
17th January 2011
|
 |
Moderator
|
|
Join Date: Nov 2010
Location: PIC#045~TM#090/Pal
Posts: 3,291
Rep Power: 39
|
|
Ini Keinginan Sebenarnya dariPerempuan
Silahkan dibaca
Quote:
Pepatah hati perempuan bagai
samudera yang paling dalam,
mungkin lahir dari orang yang
tak pernah bisa selesai
mendefinisikan kaum hawa.
Nah, kini ada survei yang ingin
tahu apa yang diingini kaum
perempuan. Berdasarkan
survey itu, seperti dikutip Daily
Mail, kebanyakan perempuan
masih lebih memilih untuk
menikahi laki-laki yang punya
penghasilan lebih banyak
dibanding mereka.
Jika berkecukupan materi,
perempuan juga sebenarnya
lebih senang tinggal di rumah
dengan anak mereka.
Meskipun kampanye kesetaraan
sudah dilakukan bertahun-
tahun, sekitar 64 persen
perempuan mengatakan
mereka ingin suami yang
memiliki rumah lebih besar
serta penghasilan yang lebih
tinggi dari mereka.
Tak satupun yang berniat
menikah dengan laki-laki
berpenghasilan lebih kecil dari
mereka.
69 persen mengatakan mereka
akan memprioritaskan tinggal di
rumah untuk merawat anak
jika uang bukan lagi persoalan.
Para lelaki juga sebaiknya
perhatikan ini; hanya 19 persen
perempuan yang ingin
pasangannya punya pendidikan
lebih baik dibandingkan mereka.
62 persen mengatakan mereka
menginginkan pasangannya
setingkat dalam intelektualitas.
31 persen perempuan yang
disurvey menganggap dirinya
lebih berpendidikan dibanding
pasangan mereka. Sekali lagi,
hanya 19 persen yang
beranggapan suami mereka
punya pendidikan lebih baik.
Survei itu menyusul penelitian
kontroversial yang dilansir
pekan lalu oleh Dr Catherine
Hakim dari London School Of
Economics.
Penelitian Hakim
menyimpulkan makin banyak
perempuan memilih untuk
menikah dengan memilih laki-
laki kaya dibandingkan keadaan
tahun 1940-an.
Dalam laporan yang dilansir
oleh the Centre for Policy
Studies itu, Hakim mengatakan
laki-laki mendominasi posisi
puncak karena perempuan tak
ingin karir dalam bisnis.
Penelitian yang
menggambarkan data di
Inggris dan Spanyol,
menunjukkan bahwa pada
tahun 1949, 20 persen
perempuan Inggris menikahi
suami yang punya pendidikan
jauh lebih baik.
Di tahun 1990-an, persentase
dari perempuan yang
memutuskan untuk "menikah
dengan orang yang lebih tinggi
kelasnya" meningkat menjadi
38 persen - dengan pola serupa
yang berulang di wilayah
Eropa, AS, dan Australia.
Laporan itu menyimpulkan
bahwa peran yang setara
dalam keluarga, yaitu suami
dan istri bekerja dan saling
berbagi mengurus anak dan
urusan rumah tangga "tak
dilihat sebagai hal ideal oleh
kebanyakan pasangan"
Sebuah survei dari youGov
yang dilakukan pada 922
perempuan, berusia antara 18
hingga 65 tahun, yang
ditampilkan dalam surat kabar
Sunday Times pekan lalu,
mendukung pengakuan Dr
Hakim.
Pada polling mengenai
perempuan YouGov, sebanyak
62 persen mengatakan suami
mereka memperoleh
pendapatan lebih dari mereka.
Hanya 16 persen perempuan
yang punya pendapatan
melebihi suami mereka. 18
persen memperoleh
pendapatan yang sama. Empat
persen mengatakan mereka tak
mengetahui berapa pendapatan
suami mereka.
56 persen mengatakan mereka
ditekan oleh masyarakat untuk
bekerja.
Dr Hakim mengatakan "bukti
penelitian secara konsisten
menunjukan bahwa
kebanyakan suami merupakan
pencari nafkah utama dalam
keluarga mereka dan bahwa
kebanyakan ibu tak ingin
berkompetisi dalam hal kerja
dan upah."
"Kebanyakan perempuan
menyukai membesarkan anak
dan kebanyakan ayah tak
seantusias ibu da;a, melakukan
hal itu sepenuhnya. Secarea
sosial, struktural dan budaya,
laki-laki tanpa pekerjaan akan
dipandang rendah oleh
masyarakat."
Tetapi, beberapa pakar tak
setuju menilai tak semua
perempuan bisa memilih antara
kerja atau mengurus anak.
Professor Jude Browne,
Direktur Centre for Gender
Studies universitas Cambridge
menambahkan, bagi banyak
keluarga soal mengurus anak
dan bekerja bukanlah bisa
memilih, kecuali mereka sangat
kaya raya.
|
Sumber
|