FAQ |
Calendar |
![]() |
|
Lounge Berita atau artikel yang unik, aneh, dan menambah wawasan semuanya ada disini dan bisa dishare disini. |
![]() |
|
Thread Tools |
#1
|
||||
|
||||
![]()
Banyak destinasi wisata di Jakarta yang mulai terlupakan, bahkan yang bernilai sejarah seperti Museum Bahari. Yang menyedihkan, kondisi museum ini jauh dari kata terawat. Museum Bahari pun seolah menjerit lewat tuanya bangunan.
"Nenek moyangku seorang pelaut, gemar mengarung luas samudera." Itulah secuplik lagu yang menggambarkan kebanggaan anak Indonesia pada nenek moyangnya yang seorang pelaut. Tapi sayang, rasa bangga itu mulai terkikis dengan mulai terlupakannya keberadaan Museum Bahari. Mengenaskan, mungkin itu kata-kata yang cocok untuk menggambarkan kondisi Museum Bahari yang sudah ada sejak 1656 di Jalan Pasar Ikan 1, Penjaringan, Jakarta Utara. Banyak bagian museum yang tak terawat. Padahal, museum ini menyimpan begitu banyak jejak-jejak kejayaan bahari Indonesia. "Kita mengalami krisis terhadap sejarah. Kalau kita ingin tahu awal konsep kota modern Jakarta, harusnya itu bisa jadi perhatian sendiri, karena itu identitas kultural masyarakat Jakarta," kata Sejarawan Universitas Indonesia, JJ Rizal, saat dihubungi detikTravel, Kamis (30/8/2012). Rizal menyayangkan kurangnya perhatian pemerintah kota dan pemerintah pusat terhadap keberadaan museum dalam pengelolaannya. Ia juga mengingatkan pentingnya lingkungan museum yang menyimpan atmosfer historis. "Seharusnya Museum Bahari menjadi museum besar Kota Jakarta. Saya tidak melihat ada upaya pengelolaan wilayah yang bisa memberikan atmosfer tempo dulu. Dikhawatirkan keberadaan lingkungan sekitar museum, seperti di museum bahari yang dikelilingi pasar, hal ini bisa jadi ancaman, ini masalah tata kotanya," ucap Rizal. Rizal menyarankan agar pemerintah kota dan pemerintah pusat lebih serius menjaga identitas historis bangsa. Kepedulian pemerintah terhadap museum yang menyimpan nilai historis mampu menunjukkan beradabnya bangsa tersebut. "Harus ada perbaikan pengelolaan lintas sektoral, karena di dunia itu sekarang ini mengembangkan kekuatan lunak (soft skill). Contoh seperti Singapura yang jauh lebih modern dari Jakarta tapi bisa mempertahankan atmosfer tempo dulunya. Jadi kearifan lokal dan historis itu penting, harus jadi perhatian serius pemerintah lokal hingga pusat," tutup Rizal. Kondisi mengenaskan Museum Bahari bisa langsung Anda lihat saat berkunjung ke sana. Ada sejumlah balok kayu jati besar, konstruksi bangunan museum yang dimakan rayap. Tidak hanya itu, sejumlah koleksi museum juga banyak yang berdebu dan rusak. Masuk ke dalam, ada banyak ruangan tidak terpakai atau dibiarkan kosong. Pelancong pun semakin enggan datang karena lingkungan museum yang dikelilingi pasar, membuat museum tersebut terkesan bangunan kosong. Padahal, museum ini menyimpan 800 koleksi bahari di Indonesia. Mulai dari lukisan perahu tradisional Indonesia, hingga sejarah pelabuhan besar di Indonesia. Koleksi, struktur, dan lingkungan sekitar museum banyak dinilai pengunjung kurang terawat dan nyaman. Walau hanya dikunjungi rata-rata 3.000 pengunjung per bulan, 30 persennya adalah turis mancanegara. Spoiler for Prihatin:
Spoiler for Prihatin:
Spoiler for Prihatin:
Bagaimana kedepannya? lebih parah kah? atau mungkin sebaliknya?salah siapa ini semua? |
![]() |
|
|