FAQ |
Calendar |
![]() |
#1
|
||||
|
||||
![]() Bhiksu Berkantong ![]() Buddha Maitreya pernah terlahir sebagai Bhiksu berkantong (?-917 masehi), lahir di kabupaten Feng Hua daerah Ce Ciang, Ming Cou (Tiongkok), namun asal usul keluarganya kurang diketahui. Bhiksu berkantong senantiasa menampilkan senyum kasih. Kedua daun telinga-Nya terkulai hingga ke bahu, mamakai jubah yang tidak menutupi perut. Tangan-Nya memegang sebuah tongkat untuk memikul sebuah kantong besar. Beliau selalu berkelana untuk menyadarkan dan membimbing umat manusia. Pada masa akhir pemerintahan Liang tahun ke-2 Cen Ming bulan 3, bhiksu berkantong menetap di kuil Yue Lin. Pada detik-detik menjelang nafas terakhir, Beliau bersabda: �Maitreya oh Maitreya, ribuan kali menjelma di dunia untuk membimbing umat manusia, namun umat manusia tidak mengenal-Nya.� Sosok Bhiksu Berkantong inilah yang diabadikan ke dalam bentuk lukisan dan pratima Buddha Maitreya yang kini dikenal luas sebagai Buddha Kebahagiaan. Catatan tambahan : Dalam Tripitaka yakni Sutra Pertanyaan tentang Ikrar Bodhisatva Maitreya (Dialog Sang Buddha dengan Ananda) terdapat percakapan sebagai berikut: Saat Bodhisatva Maitreya menempuh jalan pembinaan diri, ia tidak mengorbankan kepuasan indera telinga, hidung, kepala, tangan kaki, badan raga, jiwa, harta, istana, istri serta tanah kerajaan guna mencapai Kebuddhaan. Namun Beliau menjalani pembinaan yang fleksibel dan bahagia yang akhirnya juga mencapai penerangan tertinggi. Ananda: �Kebajikan apa yang dimiliki Bodhisatva Maitreya sehingga Beliau dapat mencapai Kebuddhaan?� Sang Buddha: �Ketahuilah Ananda, Bodhisatva Maitreya membersihkan badan, lalu dengan pakaian yang rapi bersembah sujud dan berseru kepada para Buddha di sepuluh penjuru. Ia memanjatkan ikrar: �Saya mengaku dan menyesali segala dosa, terpanggil membimbing umat manusia untuk bersembah sujud ke hadapan para Buddha di sepuluh penjuru, dengan ini aku mencapai kebijaksanaan yang tiada tara.�� Buddha Maitreya membina dengan cara bertobat (mengoreksi diri), menjalin jodoh bajik dengan semua makhluk, dan menjalin jodoh Kebuddhaan tiada tara dengan semua Buddha, dengan demikian beliau mencapai kesempurnaan cinta kasih dan kebijaksanaan. Inilah yang menghantar Beliau sebagai Buddha yang bertepatan masa dengan umat manusia di akhir zaman. |
![]() |
|
|