
29th January 2011
|
 |
Ceriwis Geek
|
|
Join Date: Nov 2010
Location: PIC#01
Posts: 19,459
Rep Power: 0
|
|
Polisi pun Menyerahkan Seragam ke Demonstran di Mesir
Sejumlah demonstran anti pemerintah melempari polisi dengan batu pada hari kedua unjukrasa di Kairo, Mesir (26/1). AP/Ben Curtis
Quote:
TEMPO Interaktif, Kairo - Polisi Mesir dinilai bertindak berlebihan dalam menangani aksi demonstrasi besar-besaran di Mesir. Mereka menembakkan gas air mata, meriam air, peluru tajam dan bahkan mengerahkan tank-tank menyerbu demonstran. Tapi ada juga cerita unik bagaimana polisi akhirnya menyerah dan berbalik mendukung demonstran.
Di Alexandria, misalnya, sejumlah polisi menyerahkan senjata dan menanggalkan seragam mereka pada aksi demonstrasi Sabtu dini hari. Mereka mengangsurkan seragam dan lencana kepada demonstran. Para pengunjuk rasa itu membalas dengan menawarkan minuman pada aparat yang "menyerah" itu dan mengajak shalat bersama.
Di kota wisata ini pula, amunisi peluru dan gas air mata milik ratusan polisi kehabisan ketika menghadapi pengunjuk rasa seusai shalat Jumat. Ribuan demonstran yang mengetahui bahwa para polisi telah kehabisan amunisi segera mengepung.
Untunglah ribuan orang itu tak membalas melakukan kekerasan. Mereka membariskan polisi di halaman masjid sembari berseru, "Kami berdemonstrasi dengan damai... Kami berdemonstrasi dengan damai!" Mereka juga meminta para polisi itu bergabung dengan mereka.
Di Kairo dilaporkan seorang komandan polisi berbalik bergabung dengan demonstran. Ia meletakkan tameng dan senjata gas airmata seraya berseru ia kini mendukung pengunjuk rasa. Seorang wartawan lokal yang melihat kejadian itu bertanya pada sang komandan, apakah rezim Mubarak akan jatuh? "Rezim pemerintah sudah jatuh, ini tidak bisa dihentikan," katanya.
Namun di Suez, dua orang polisi yang menolak perintah komandannya menembakkan gas air mata ke kerumunan orang langsung ditangkap. Di kota ini, korban jiwa yang jatuh terhitung yang terbanyak. Demonstran tak sungkan menyerbu kantor polisi, menyita senjata, dan membakar kantor dan belasan truk polisi. Dilaporkan sebanyak 13 warga tewas di Suez dalam aksi sepanjang Jumat kemarin.
Bentrok terjadi di 11 dari 28 provinsi negara berpenduduk 80 juta jiwa itu. Sebagian besar polisi menangani demonstran dengan kekerasan pada hari yang disebut para demonstran sebagai Hari Amarah Nasional itu.
"Kami adalah orang-orang yang akan membawa perubahan," seru Sharif Ahmed, 21 tahun. "Jika kami tidak melakukan apapun, segalanya akan lebih buruk. Perubahan harus datang!." Sharif tampak mengenakan masker untuk menangkal gas air mata.
Puluhan ribu pengunjuk rasa itu datang dari semua golongan masyarakat dan agama. Ada warga Kristen yang membawa gantungan salib, ada warga Islam yang menenteng tasbih. Ada pula laki-laki muda yang mengenakan seragam restoran cepat saji atau para wanita yang mengenakan kerudung hitam dan lebar. Mereka berbaur dengan para wanita dengan tata rambut mahal, jins ketat dan sepatu kets Amerika.
Di pusat kota Kairo, orang-orang di balkon melemparkan kaleng Pepsi, lemon, dan botol air untuk pengunjuk rasa di jalanan di bawah mereka. Kaleng-kaleng minuman itu seketika habis dipakai untuk mengucek mata mereka yang baru saja disiram gas air mata.
Akbar Pribadi (Kairo) | YR (AP)
|
|