FAQ |
Calendar |
![]() |
|
Misteri, Horror, Supranatural Yuk baca cerita horor, lihat dan share penampakan mahluk gaib disini. Boleh juga membuka konsultasi ramalan,tarot dan sejenisnya |
![]() |
|
Thread Tools |
#1
|
||||
|
||||
![]() Dalam perkembangan jaman yang semakin maju, di mana semua orang berlomba-lomba untuk mencari yang baru dan menciptakan hal-hal yang spektakuler (canggih) untuk memenuhi kebutuhan pribadi maupun golongan tentu sangat bertolak belakang dengan peninggalan sejarah yang dianggap sangat tidak mendukung perkembangan jaman, atau tidak memberi keuntungan. Pada jaman yang modern ini orang biasa menjaga, melestarikan, dan menciptakan sesuatu yang dianggap menguntungkan. Sayangnya di negara kita peninggalan sejarah belum begitu diperhatikan sehingga dianggap tidak memberi keuntungan. Padahal negara kita punya semboyan "Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa para pahlawannya." Salah satu dari pahlawan kita sebenarnya adalah nenek moyang yang mewariskan warisan budayanya. Satu bentuk peninggalan penting dari ranah Batak adalah Sarkofagus (kubur batu bentuk peti batu). Sarkofagus adalah peti kubur batu yang terdiri dari wadah dan tutup yang pada ujung-ujungnya terdapat tonjolan, masyarakat setempat menyebut batu sada, atau parholian. (Siahaan, 2005: 353). Kubur peti batu sarkofagus terdapat hampir di seluruh daerah di wilayah kabupaten Samosir, Toba Samosir, Tapanuli Utara dan Humbang Hasundutan. Namun penyebaran kuburan bentuk ini paling banyak terdapat di Pulau Samosir. Sedang di Kabupaten Toba Samosir, Tapanuli Utara dan Humbang Hasundutan relatif sedikit, hanya ditemukan di beberapa tempat saja. Hasil pengamatan dan penelitian di lapangan jumlah sarkofagus yang teridetifikasi sebanyak 49 sarkofagus, temuan di Samosir sebanyak 35 sarkofagus, di Toba Samosir 11 sarkofagus, Tapanuli Utara 1 sarkofagus, dan di Humbang Hasundutan 2 sarkofagus, berdasarkan penelitian pendahuluan oleh Pusat Penelitian Arkeologi setempat. Kuburan batu atau sarkofagus yang terdapat di beberapa wilayah seperti Samosir, Toba Samosir, Tapanuli Utara, dan Humbang Hasundutan terbuat dari batu utuh, istilah daerah batu sada (batu satu) atau parholian. (Siahaan, 2005: 354). Terbuat dari jenis batuan tufa, dan sebagian lain dibuat dari batu pasir dan breksi. Secara umum bentuk kuburan batu ini empat persegi panjang, simetris yang terbagi atas dua bagian, yaitu bagian wadah, merupakan tempat untuk menyimpan jenazah atau kerangka. Bagian wadah ini lebih pendek dibanding bagian atasnya, sehingga tampak bagian atasnya lebih lebar dari pada bagian bawahnya. Bagian tutup, yang berukuran besar dari bagian wadah biasanya terdiri dari beberapa lempeng batu yang dijajar memanjang sehingga terbentuk menyerupai bentuk atap rumah atau perahu. Namun ada juga sarkofagus yang bagian tutupnya berupa lempeng batu utuh. Dari sejumlah temuan Sarkofagus ada yang polos dan ada yang mempunyai ornamen. Ukuran bangunan kubur batu ini juga bervariasi,panjang berkisar antara 148 cm- 307 cm, lebar 60 cm � 125 cm, tinggi 96 cm � 180 cm. Bahkan di situs Tomok (Marga Sidabutar)17 terdapat sarkofagus yang berukuran lebih kecil, panjang antara 100 cm � 145 cm, lebar 40-55 cm, tinggi 96 cm -100 cm . Secara fisik dilihat dari ornamen yang terdapat pada sejumlah batu sada (sarkofagus) dapat pada gambar di atas, Sarkofagus marga Situngkir. Sarkofagus tipe ini pada bagian depan terdapat hiasan yang bentuknya seperti muka manusia atau seperti muka binatang. Pahatan bentuk manusia digambarkan laki-laki atau perempuan dalam posisi duduk atau jongkok. Di atas tutup bagian depan atau belakang sarkofagus tipe ini terdapat patung manusia, ada yang berupa patung perempuan atau laki-laki dalam posisi duduk dengan kaki terlipat. Penggambaran sarkofagus ini menampakkan karakter tersendiri. Bentuk seperti ini diantaranya terdapat di berbagai tempat di pulau Samosir dan salah satunya di Desa Situngkir Kecamatan Pangururan. Tidak diketahui secara pasti tahun pendirian sarkofagus ini, karena tidak ada angka tahun yang tertera pada bangunan tersebut. Berdasarkan tipologi yang terlihat, bahwa pendirian sarkofagus kemungkinan besar telah dibuat sejak sebelum ada pengaruh agama Kristen. Dan berkaitan dengan hunian awal daerah ini. Dugaan tersebut didasarkan pada kenyataan bahwa di sarkofagus tidak terdapat atribut agama Kristen. Selain itu didasarkan atas analogi yang dilakukan terhadap temuan sejenis di beberapa daerah di Indonesia, seperti temuan sarkofagus di Bali dan Sumbawa, Sumba, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, dan lainnya. Menurut para ahli, tradisi membuta kuburan batu tersebut merupakan hasil budaya masyarakat pada masa megalitik. Tradisi ini merupakan ciri dan memberikan identitas kehidupan yang bersumber pada kepercayaan terhadap nenek moyang. (Sukendar, 1997: 113). Sarkofagus yang ditemukan di Samosir, Toba Samosir, Tapanuli Utara dan Humbang Hasundutang merupakan salah satu hasil budaya yang dibuat oleh pendukung budaya yang bersumber dari kepercayan terhadap nenek moyangnya. Memperhatikan peninggalan leluhur di era modern ini merupakan suatu perjuangan tersendiri dalam upaya menghargai dan menghormati nenek moyang kita. Mungkin karena kita tidak pernah menghargai sejarah kita, dan kita tidak mau tahu dengan peninggalan sejarah yang notabene adalah asal muasal kita, maka kita sulit untuk besar (berkembang). Kalau kita lihat di negara maju, museum dan peninggalan sejarah adalah hal yang paling utama. Semua negara maju memiliki situs sejarah yang nilai historinya bernilai tinggi, karena itu marilah kita mulai melestarikan nilai budaya yang kita miliki... sumber -> google |
![]() |
|
|