|
Go to Page... |
Post Reply |
Tweet | Thread Tools |
#1
|
||||
|
||||
![]()
Krisis dan Minat Investor Asing ke Indonesia
Ekonomi Indonesia diprediksi terus menarik seiring laju pemulihan ekonomi global yang tak terlalu signifikan digoyang krisis Yunani. Krisis itu dinilai bisa memberikan peluang bagus, seperti industri pasar modal dan pasar uang negara-negara Asia, khususnya Indonesia. Berikut ulasan wartawan SP(Suara Pembaruan) Lona Olavia : Menteri Keuangan Amerika Serikat (kiri) berbincang dengan IMF Managing Director Dominique Strauss-Kahn di sela pertemuan menteri keuangan dan gubernur bank sentra negara G-20 di Busan, Korea Selatan, akhir pekan lalu. Kondisi Indonesia dengan fundamental makro yang dinilai kuat dan return portofolio yang menarik sebenarnya berpeluang menjaring investor keluar dari pasar saham Eropa. Riset yang dipublikasikan Standard Chartered Bank memprediksi, tahun ini, PDB AS hanya tumbuh 3,1% dan Zona Eropa 1,2%. Sedangkan, negara-negara Asia, seperti Tiongkok diprediksi tumbuh 10 %, India 8,1%, Filipina 5,9%, Malaysia 5%, Singapura 6,5%, Thailand 2,8%, dan Jepang 1,5%. Sementara PDB Indonesia diprediksi akan tumbuh mencapai 6,2% dan 6,5% untuk tahun 2011. Ekonom Bank Mandiri Mirza Adityaswara menilai, krisis Eropa belum dapat diketahui apakah sekadar gejolak kecil, seperti Dubai World atau bakal menjadi besar seperti kolapsnya Lehman Brothers. �Jika ternyata hanya seperti Dubai World yang cepat mereda, kemungkinan semakin banyak dana asing masuk ke emerging markets, yaitu Asia. Sebab, ekonomi makronya terbukti lebih baik dan prudent,� katanya beberapa waktu lalu. Sebagai informasi, banyak dugaan bahwa negara- negara Eropa Selatan yang sering disebut negara PIGS (Portugal, Italy, Greece, Spain) memiliki karakteristik yang nyaris sama. Utang yang besar (Italia 116% dari PDB, Spanyol 52%, Portugal 75%), defisit anggaran yang tinggi dan �terperangkap� dalam euro yang terlalu kuat. Kesamaan karakteristik itulah yang mengkhawatirkan banyak pihak, bukan karena Yunani merupakan negara kecil, sehingga harus diselamatkan dengan segala cara, seperti kasus Bank Century. Indonesia belum memiliki Undang-Undang Jaring Pengaman Sistem Keuangan (JPSK). Menurut Sekretaris Jenderal Kementerian Keuangan Mulia Nasution yang juga merangkap sebagai Ketua Tim Pembaruan MoU dalam penanganan krisis, pemerintah dan Bank Indonesia (BI) akan memperbarui MoU Penanggulangan Krisis dengan melibatkan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk masuk Komite Koordinasi (KK). Diharapkan, dengan pembaruan MoU, otoritas fiskal dan moneter akan lebih siap menghadapi krisis keuangan yang bisa saja terjadi setiap saat. �Jadi, tujuannya memperkuat SOP (standard operating procedure),� tuturnya. Sebelumnya, Menteri Keuangan Agus Martowardojo menyatakan, pihaknya dan BI telah sepakat memperbarui MoU untuk mempertegas fungsi dan wewenang setiap entitas yang terlibat dalam penanggulangan krisis. Likuiditas Aman Urgensi tentang penanggulangan krisis kembali mencuat menyusul pernyataan Pjs. Gubernur BI Darmin Nasution bahwa sistem keuangan Indonesia sempat mendekati �lampu kuning� beberapa pekan lalu tapi saat ini sudah berlalu. Disebutkan, pelarian dana asing (capital outflow) di instrumen sertifikat Bank Indonesia (SBI) dalam 1 bulan terakhir mencapai Rp 40 triliun atau separuh dari posisi April yang sempat menembus Rp 80 triliun. Sehingga, nilai tukar rupiah melemah di level Rp 9.400-an per dolar AS dari semula pernah menembus Rp 8.900 per dolar AS. Namun, Darmin memastikan likuiditas di pasar masih longgar sehingga belum ada kekhawatiran terjadinya kekeringan likuiditas perbankan. Hal senada juga disampaikan Direktur OCBC NISP Rama Pranata Kusumaputra. Dikatakan, kondisi likuiditas di pasar uang antarbank saat ini cukup baik, hampir tidak ada indikasi kekeringan likuiditas seperti yang terjadi pada 2008. �Krisis Eropa yang berasal dari Yunani diperkirakan pengaruhnya sangat kecil terhadap Indonesia termasuk terhadap sektor keuangan dan perbankan,� tandasnya. Sementara itu, dari sisi pasar modal, Senior Economist Standard Chartered Bank Fauzi Ichsan menuturkan, masih rentannya pemulihan ekonomi Amerika Serikat dan Zona Eropa akan membuat pasar modal Asia, termasuk Indonesia akan jauh lebih menarik bagi investor. �Bursa Asia termasuk Indonesia saat ini jauh lebih menarik di mata investor dibanding Amerika atau Eropa,� katanya. Menurutnya, jika melihat pertumbuhan PDB, ekonomi Indonesia yang sebesar 6,2% itu maka laba perusahaan dan perbankan dalam negeri akan naik. �Tahun lalu saja ketika pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 4,5%, 85% emiten berhasil membukukan laba. Bagaimana kalau bertumbuh 6,2% itu artinya emiten yang membukukan laba bisa lebih banyak,� tukasnya. Justru dengan krisis fiskal di empat negara Eropa tersebut, maka investor global akan memburu aset negara-negara dengan fundamental ekonomi yang baik, yakni Asia. Dengan krisis tersebut, jelasnya, secara valuasi harga saham-saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) menjadi lebih rendah. Berdasarkan perkiraan laba tahun 2010 nilai rata-rata price-to-earning-per share ratio (PER) saham-saham di BEI sebesar 14. Sedangkan, bursa Nikkei Jepang sebesar 18, Sensex India 16, Bolsa Mexico 15, Shanghai China 15, KLCI Malaysia 15, STI Singapura 15, S&P 500 AS 13, PSI Filipina 13, Han Seng Hongkong 13, dan KOSPI Korea Selatan 10. Penurunan itu justru menjadi momentum bagi investor menerapkan strategi pembelian selektif sedikit demi sedikit, sambil menunggu tersentuhnya level terendah indeks. Analis PT Anugerah Securindo Indah Viviet Savitri Prapita Putri mengatakan, Indonesia bisa memanfaatkan peluang dari krisis Eropa. Dengan tingkat pengembalian investasi (return) yang tinggi dan kuatnya fundamental makro ekonomi, Indonesia tetap menarik bagi pemodal global yang keluar dari Eropa. Analis BNI Securities Norico Gaman memprediksi, meski volatile dalam jangka pendek, tapi dalam jangka menengah-panjang IHSG akan menguat karena fundamental makro ekonomi dan emiten yang bagus. �IHSG bisa tembus 3.050 pada akhir tahun karena daya tahan bursa nasional relatif bagus. Itu perkiraan moderat. Kalau optimisnya, IHSG bisa 3.200 sedangkan skenario pesimistis pada 2.800,� ujarnya. Lebih lanjut, kata Fauzi, pelemahan indeks pasar saham dan nilai tukar rupiah yang terjadi beberapa hari ini disebabkan adanya ketidakpastian di pasar saham. Untuk sementara waktu investor memarkir dana di pasar uang meski dengan bunga rendah. �Namun dengan pemulihan ekonomi global dan naiknya harga komoditas global, bursa Indonesia dan global dengan segera akan kembali naik. Apalagi ekonomi dunia pada 2010 kami prediksi akan tumbuh 4,2%,� ucapnya. Pemulihan bursa-bursa saham dan suku bunga global yang diperkirakan masih rendah hingga akhir tahun ini akan membantu penguatan mata uang negara-negara Asia, termasuk rupiah. �Kami memproyeksikan nilai tukar rupiah hingga akhir tahun ini bisa menguat hingga ke level Rp 8.800 per dolar AS,� ujar Fauzi. Buka Peluang Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Rusman Heriawan mengimbau agar masyarakat Indonesia jangan takut berlebihan walaupun krisis Yunani masih berlanjut. Pasalnya, APBN Indonesia masih aman dan bisa membayar utang, cadangan devisa masih cukup untuk membiayai impor. Selama neraca perdagangan masih surplus menandakan perdagangan Indonesia masih aman. Per April 2010, tercatat neraca perdagangan sebesar US$ 517,75 juta atau dalam empat bulan ini surplus US$ 6,09 miliar. Meski begitu, Indonesia harus tetap waspada dengan mencari strategi lain. Pasalnya, Indonesia memiliki tiga tujuan negara ekspor utama yakni Jerman, Inggris, dan Perancis. Kalau negara potensial, seperti ketiga negara Eropa tersebut terganggu, maka ini saat yang tepat untuk melakukan diversifikasi. �Jangan ke pasar konvensional saja, tapi juga pasar tradisional seperti Amerika, Jepang, Tiongkok, dan Timur Tengah. Ini peluang di mana kita dapat peringatan juga. Sudahlah kalau Eropa begitu, kita harus cari pasar baru sekalian melakukan diversifikasi,� tukasnya. Untuk 2010 ini, Rusman menargetkan akan meraih ekspor senilai US$ 150 miliar atau lebih tinggi dari 2008 bahkan sebelum krisis finansial global yang mencapai US$ 135 miliar. �Kita maunya US$ 150 miliar di tahun 2010,� ucapnya. Sumber 3 |
#2
|
||||
|
||||
![]()
Semoga kondisi ekonomi kita cepat membaik ya ndan
|
#3
|
||||
|
||||
![]()
jadi pengen balik Pemerintahan sebelum reformasi,,,
cepek masi bisa dapet permen,,,,huhuhu |
#4
|
|||
|
|||
![]() Belom gede jaman segitu ane .. ![]() |
#5
|
||||
|
||||
![]()
ayooo indonesia .. kamu pasti bisa
![]() nice info ndan
__________________
![]() |
#6
|
||||
|
||||
![]()
iya nih ndan, harus pinter" menarik investor....
![]() |
#7
|
||||
|
||||
![]()
ayo Indonesia!!!!Maju terus BangsaQ!!!!
![]() ![]() |
Sponsored Links | |
Space available |
Post Reply |
|