Ceriwis  

Go Back   Ceriwis > DISKUSI > News

News Semua berita yg terjadi di dunia internasional ataupun lokal diupdate disini

Reply
 
Thread Tools
  #1  
Old 9th March 2011
sindhu's Avatar
sindhu sindhu is offline
Ceriwiser
 
Join Date: Jul 2010
Location: Bandung. LEV#25
Posts: 380
Rep Power: 19
sindhu tau seluk beluk forumsindhu tau seluk beluk forumsindhu tau seluk beluk forumsindhu tau seluk beluk forumsindhu tau seluk beluk forumsindhu tau seluk beluk forumsindhu tau seluk beluk forumsindhu tau seluk beluk forum
Default Isu Sosial dan Manifesto Medan Seni Rupa

.

Seni rupa Indonesia kini telah memiliki infrastruktur yang cukup memadai. Seniman, kurator, kritikus, institusi pendidikan, galeri, kolektor, dan balai lelang, semua ada di negeri ini. Belum lagi banyaknya event yang diikuti praktisi seni Indonesia dalam skala Internasional. Semua itu menandakan bahwa Indonesia telah memiliki medan seni (artworld) yang mapan.

Saking mapannya, medan seni kita terkesan berjalan terpisah dengan kehidupan di sekitar. Wacana yang dikejawantahkan terlalu berkiblat pada teori barat dan jauh dari pemahaman masyarakat luas. Walaupun ada, isu sosial yang notabene mudah dicerna masyarakat tidak banyak diangkat.

Dalam skala kecil kita bisa melihat beberapa seniman yang mengangkat isu sosial dalam karyanya. Pada pertengahan Februari lalu Tisna Sanjaya membawa tiga kontainer sampah dari Cigondewah, Kabupaten Bandung ke Singapura untuk dipamerkan. Sampah tersebut dirangkai menjadi karya seni sebagai bentuk kritik sosial terhadap kondisi lingkungan dan kemiskinan di sekitar tempat tinggalnya dan Indonesia pada umumnya. "Sampah itu sengaja tidak dicuci. Jangan Indonesia saja yang bau sampah, sesekali perlu juga mencium bau sampah di singapura", ucap Tisna di media Kompas cetak tertanggal 22 Februari 2011.

"Intelegent Bacteria", karya komunitas seni HONF (House of Natural Fiber) yang membuat seperangkat instalasi cairan fermentasi buah. (foto: http://wiki.natural-fiber.com/)

Kemudian ada karya dari komunitas seni HONF (House of Natural Fiber) asal Jogja. Mereka membuat seperangkat instalasi cairan fermentasi buah. Sebuah karya yang berangkat dari keperihatinan akan banyaknya kematian orang akibat salah meminum minuman keras yang mengandung metanol. Karya berjudul "Intelegent Bacteria" ini memenangi festival media baru internasional Transmediale Award di Berlin, Jerman 6 Februari 2011 lalu.

Isu sosial memang hadir dalam karya-karya seniman Indonesia, namun tidak dominan dalam medan seni yang ada. Medan sosial seni rupa Indonesia terlihat asik sendiri dalam dunianya. Manifesto yang didengungkan terjebak pada persoalan apa itu contemporaneity yang sampai sekarang belum ada konvensi dalam hal definisi. Kemudian ada juga isu soal boom karya seni rupa Indonesia di pasar domestik dan internasional.

Dua isu ini memang telah menghidupkan gairah di medan seni rupa. Pameran-pameran karya seni rupa berlangsung setiap bulan di kota-kota besar, karya seniman Indonesia dibawa ke banyak lelang internasional dan terjual dengan harga yang fantastis, kompetisi senirupa berlangsung setiap tahun, sejarah seni rupa Indonesia dikaji dan dipelajari lewat diskusi-diskusi dan seminar, dan jumlah galeri seni rupa komersil juga terus bertambah. Tak ada pihak yang menyangkal bahwa dekade 2000-an adalah dekade yang hingar-bingar dalam artworld kita.

Namun, hingar-bingar itu tidak tersentuh oleh masyarakat umum. Tidak banyak warga yang tahu bahwa pameran-pameran seni rupa diselenggarakan terbuka untuk umum. Banyak masyarakat enggan atau malu datang ke galeri untuk mengapresiasi karya seni rupa. Bentuk seni ini masih kalah dengan bentuk seni lain dalam hal apresiasi. Bandingkan dengan seni musik dan film yang mampu menjangkau dan hidup di benak masyarakat luas.

Dunia seni rupa masih dianggap dunia kecil dengan penghuni yang eksklusif, transaksi triliunan rupiah setiap tahunnya berputar di lingkaran yang tidak terlalu besar. Kenyataan itu membuat khalayak tidak tahu potensi yang ada di dunia seni rupa, dan membuat orang tidak 'berani' untuk terjun ke dalamnya. Tak heran jika banyak pelajar yang ingin melanjutkan studi di bidang ini harus berdebat panjang dengan orang tuanya. Setelah lulus pun sulit untuk menjelaskan profesinya kelak.

Hidup dalam sendi-sendi masyarakat

Menanamkan isu sosial secara menyeluruh dalam karya bukanlah jawaban dari persoalan yang ada. Isu estetik tetap tidak bisa dipisahkan dari seni rupa. Yang dibutuhkan adalah bagaimana mengkonstruksi ulang manifesto agar lebih berpulang ke masyarakat umum. Membangun museum seni rupa nasional yang kredibel bisa jadi salah satu caranya. Kontinuitas museum dalam mengkoleksi karya-karya penting juga harus tetap dijaga.

Manifesto ini haruslah membantu menanamkan seni rupa untuk hidup kembali dalam sendi-sendi masyarakat. Sebagaimana yang telah dilakukan seni tradisi kita sebelumnya. Perkembangan bentuk dan fungsi seni yang terjadi sekarang bukanlah alasan untuk memaklumi kekurangan yang ada. Melainkan teka-teki zaman yang harus dipecahkan.

Karena itu marilah kita mencari-tahu, mencari-tahu kemana seni rupa kita ini akan kita bawa.


"Isu Sosial dan Manifesto Medan Seni Rupa", oleh P. Mukmin, Perupa. Untuk Indonesian Art News, 9 Maret 2011. Ditulis ulang oleh T.A. Putra a.k.a Sindhu, Perupa. Untuk Ceriwis, 9 Maret 2011.

- Selamat malam, Ceriwiser - :minum:

Reply With Quote
Reply


Posting Rules
You may not post new threads
You may not post replies
You may not post attachments
You may not edit your posts

BB code is On
Smilies are On
[IMG] code is On
HTML code is Off


 


All times are GMT +7. The time now is 08:50 AM.


no new posts