
17th February 2011
|
 |
Ceriwis Pro
|
|
Join Date: Jul 2010
Location: TM#45|PIC#043|
Posts: 2,510
Rep Power: 40
|
|
Lamongan Jadi Teladan Kelola Air Bersih
Quote:
LAMONGAN, KOMPAS.com - Saat ini, ada sekitar 70.000 sambungan air bersih ke rumah warga yang dikelola 227 Badan Pengelola Himpunan Penduduk Pemakai Air Minum dan Sanitasi (HIPPAMS) di Kabupaten Lamongan, Jawa Timur.
Ketua Asosiasi HIPPAMS Banyu Urip, Kasdan, Rabu (16/2/2011) menjelaskan, setelah berhasil mandiri, HIPPAMS kini fokus untuk meningkatkan pendapatan keluarga miskin di desa.
Saat ini HIPPAMS Banyu Urip sudah membentuk unit usaha Koperasi Serba Usaha (KSU) di tingkat kabupaten. "Koperasi tersebut dibentuk sebagai pengembangan program sarana air bersih di desa dengan pemberian bantuan permodalan. BP HIPPAMS yang mengalami kerus akan peralatan bisa meminjam dana untuk pembelian alat," ujarnya.
HIPPAMS merupakan lembaga nirlaba yang dibentuk pada tahun 2004 pasca proyek WSLIC (Water Sanitation for Low Income Communities) II. Keberadaan HIPPAMS di Lamongan meraih Tanda Penghargaan Manggala Karya Bakti Husada dari Menteri Kesehatan RI tahun 2010 lalu.
Pemerintah Kabupaten Lamongan memberikan suntikan permodalan melalui dana bergulir Rp 200 juta per tahun pada KSU HIPPAMS Banyu Urip. Bantuan tersebut sudah diberikan sejak tahun 2008 lalu. Wakil Bupati Lamongan, Amar Saifudin berharap agar Asosiasi HIPPA MS Banyu Urip mampu berpikir ke depan terkait sumber air bersih.
Anomali iklim yang saat ini mengakibatkan musim hujan berkepanjangan bisa jadi ke depan berbalik mengakibatkan musim kemarau berkepanjangan yang berimbas pada sumber air bersih. Amar berharap HIPPAMS melestarikan sumber-sumber yang ada dengan penghijauan. " Penanaman di lahan kritis harus terus dilakukan karena tidak semua wilayah di Lamongan memiliki sumber air bersih yang cukup," kata Amar.
Amar menyarakankan pada pengurus asosiasi HIPPAMS periode 2011-2013 membentuk unit usaha koperasi di masing-masing desa yang memiliki Badan Pengelola (BP) HIPPAMS. " Dengan adanya unit koperasi sendiri di desa, ke depan HIPPAMS semakin berdaya membiayai op erasionalnya, terutama terkait penggantian sarana prasarana distribusi air bersih yang rusak," ujarnya.
Asosiasi HIPPAMS diminta mendata kekurangan sarana prasarana distribusi air bersih, termasuk keberadaan sejumlah tandon air yang belum memiliki pipa distribusi di sejumlah desa. "Saya berharap inventarisasi itu nanti disampaikan pada Pemkab untuk kemudian dicarikan jalan keluarnya agar tandon yang sudah ada tidak sia-sia," tuturnya.
HIPPAMS di Lamongan dimulai sejak 2001 dinilai berhasil dan layak jadi percontohan. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Lamongan M Sochieb mengatakan, pada awalnya, tahun 2001 HIPPAMS dibangun di tiga desa, tahun 2002 (10), 2003 (14), 2004 (12), 2005 (18), 2 006 (16), 2007 (6), dan tahun 2008 di 40 desa.
HIPPAMS dibangun Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya berupa tower air, penampungan air hujan kini tersebar di 227 desa. HIPPAMS bertujuan menyejahterakan masyarakat serta mengembangkan ekonomi masyarakat.
Dia menjelaskan, dengan dibentuknya unit bisnis oleh asosiasi HIPPAMS berupa Koperasi Serba Usaha (KSU) Banyu Urip diharapkan usaha peningkatan pendapatan keluarga miskin dan usaha pengembangan ekonomi desa pascaproyek HIPPAMS dapat lebih cepat tercapai. Status payung hukum HIPPAMS terhitung sejak 24 Februari 2005 dengan Akta Nomor 43 Tahun 2005.
HIPPAMS punya visi pengelolaan sarana air bersih dan sanitasi yang profesional, dengan misi membantu mewujudkan HIPPAMS yang lebih baik profesional dan mandiri.
Ke depan HIPPAMS diharapkan menjadi badan usaha milik desa (BUMDes) yang merangsang geliat per kembangan ekonomi masyarakat desa. Sistem HIPPAMS di Kabupaten Lamongan telah dijadikan percontohan Departemen Pekerjaan Umum Cipta Karya Pusat dan Provinsi Jawa Timur.
|
link sumber
|