Musyawarah Nasional (Munas) Partai Keadilan Sosial (PKS) akan menghadirkan Duta Besar Amerika Serikat untuk Indonesia, Cameron Hume dan Duta Besar Australia untuk Indonesia, Bill Falmer. Keduanya akan didaulat untuk memaparkan pandangan mereka terhadap dunia Islam. Sekretaris Jenderal PKS Anis Matta mengatakan itu seusai Diskusi yang diselenggarakan Radio Trijaya, di Restoran Warung Daun, Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (12/6).
Anis menegaskan, bahwa PKS menghadirkan kedua dubes itu sebagai upaya menyampaikan pesan politik ke dunia internasional bahwa faham keislaman yang dianut PKS tidak mengkhawatirkan seperti yang dipersepsikan oleh dunia barat selama ini. �Selama ini banyak faham yang salah beredar dan kekhawatiran yang tidak beralasan tentang paham keislaman yang dianut PKS. Karena itu kami ingin menchallenge AS melalui dubesnya. Mereka akan diminta bicara tentang mereka sendiri memandang Islam seperti apa,� ujar Anis.
Hal itu dilakukan PKS sebagai refleksi atas pidato Obama di Kairo tahun lalu yang mengatakan bahwa AS di bawah kepemimpinannya akan berusaha memperbaiki hubungan dengan dunia Islam. Namun, hal itu tidak ditunjukkan Obama dalam menangani konflik Palestina-Israel dan penyerbuan Israel atas kapal Mavi Marmara beberapa waktu lalu. �Ada inkonsistensi setelah pidato Obama di Kairo, karena setelah pidato itu toh ternyata tidak ada yang berubah. Hubungan baru dengan dunia Islam itu apa?,� ungkapnya.
Anis juga mengkritisi kebijakan luar negeri Indonesia yang tidak mengambil langkah konkrit dalam penyelesaian konflik Palestina-Israel. Sebagai negara berpenduduk Muslim terbesar di dunia, Indonesia seharusnya malu pada Turki dan Qatar yang penduduknya jauh lebih sedikit namun berani mengambil posisi sebagai mediator konflik di Palestina. �Baru sebatas wacana yang belum ada implementasinya. Misalnya masalah Gaza, tidak ada langkah konkrit pemerintah. Yang ada yaitu swasta semua dan NGO, kami ingin mendorong pemerintah untuk melakukan tidak hanya sekedar itu,� ungkapnya.
Sebagai simbol, maka PKS pun memilih Hotel Ritz Carlton di Mega Kuningan yang menjadi sasaran bom teroris pada Juli 2009 lalu. Hotel berlisensi dari perusahaan Amerika Serikat itu dipilih karena dua alasan, yaitu alasan ekonomi dan politik. Secara ekonomi, ujar Anis, tarifnya relatif murah dibanding hotel lainnya yang setaraf daya tampungnya terutama setelah pengeboman lalu. Secara politik, itu menjadi simbol bahwa jika PKS melangsungkan munas di Ritz Carlton dan berjalan aman, maka sudah pasti Indonesia juga aman.
Sumber :
http://www.pikiran-rakyat.com/node/115706