25th February 2011
|
 |
Ceriwis Geek
|
|
Join Date: Nov 2010
Location: PIC#01
Posts: 19,459
Rep Power: 0
|
|
Saat Anak Alami "Spina Bifida"
Ilustrasi
Quote:
Burhan Saputra (6) sempat sesaat menangis ketika kedua tungkainya diperiksa oleh ahli bedah tulang Rumah Sakit Fatmawati Jakarta, dr Iman Widya Aminata, Senin (21/2) kemarin. Tungkai kirinya yang pengkor cukup serius butuh untuk dioperasi.
Tungkai pengkor (club foot) yang diderita Burhan sejak lahir berbeda dengan tungkai pengkor biasa yang lazim disebut CTEV (congenital talipes equinovarus) yang bentuknya mirip tungkai kuda. Apa yang dialami Burhan adalah manifestasi spina bifida (sumbing tulang belakang) yang lebih rumit penanganannya.
Spina bifida (yang dalam bahasa Inggris padanannya adalah split spine) atau celah pada tulang belakang karena ada ruas-ruas tulang belakang yang gagal menyatu sejak proses awal kehamilan. Tak tertutupnya secara sempurna tabung saraf embrionik, lazim disebut cacat pembuluh saraf (neural tube defect/NTD), mengakibatkan cacat bawaan berupa tungkai pengkor hingga kelumpuhan kaki, kehilangan kontrol buang air kecil dan buang air besar, hingga gangguan tumbuh kembang lainnya.
Selain kaki yang pengkor, ada benjolan lunak yang cukup besar di tulang belakang bagian pinggang Burhan. Ia juga terus mengompol. Hingga usianya enam tahun, Burhan belum juga bisa berjalan.
Burhan tergolong cukup terlambat dibawa ke fasilitas layanan kesehatan. Danil, ayah kandung Burhan yang sehari-hari tukang ojek di Serpong, mengaku selama ini ia dan istrinya malu dengan kecacatan Burhan dan cenderung menyembunyikan anaknya. Baru beberapa bulan yang lalu ia memeriksakan Burhan ke sebuah klinik di Pamulang yang kemudian merujuk ke RS Fatmawati. Di rumah sakit ini Burhan diperiksa oleh dr Tiya Romli, ahli bedah saraf.
Oleh dr Tiya, Burhan diminta menjalani pemindaian kepalanya dengan CT Scan. �Saya bingung, mengapa anak saya ada benjolan di pinggang, kok yang difoto kepalanya,� tutur Kartinah, ibu Burhan.
�Apa yang diminta oleh dr Tiya sudah benar karena spina bifida biasanya juga disertai burut otak atau encephalocele. Tapi yang paling serius pada penderita spina bifida adalah kecacatan kaki dan gangguan buang air. Sedini mungkin dikoreksi akan lebih baik,� kata Prof dr Padmosantjojo, pakar senior bedah saraf FK UI/RSCM.
Operasi
Menurut Prof Padmo, walaupun usia Burhan sudah enam tahun, tetap lebih baik jika menjalani tindakan medis seperti operasi tungkainya yang pengkor, koreksi urologi untuk mengompolnya, dan kemungkinan operasi mengecilkan benjolan di pinggangnya.
�Lebih baik agak terlambat daripada tidak dilakukan tindakan apa pun. Kualitas hidup anak seperti Burhan bisa membaik walaupun tidak bisa sebaik anak normal lainnya,� katanya.
Kebingungan orangtua yang awam seperti Kartinah dan Danil dapat dimaklumi karena mereka adalah warga masyarakat sederhana. Ironisnya, mereka tinggal di Desa Rawa Buntu, Serpong, yang tak jauh dari Jakarta. Namun, kesehatan anak mereka nyaris tak terpantau petugas kesehatan pemerintah sebagai perpanjangan tangan negara yang memiliki kewajiban melindungi tumbuh kembang anak-anak.
Bukan cuma asam folat
Salah satu penyebab terjadinya spina bifida adalah kurangnya asupan asam folat pada wanita hamil. Tingkat kejadian spina bifida dapat ditekan sampai 75 persen jika kaum ibu rajin mengonsumsi asam folat sebelum terjadinya pembuahan.
Asam folat diketahui sebagai koenzim untuk produksi DNA dan RNA serta meningkatkan replikasi sel. Kecukupan asam folat sangat penting karena, menurut dr Noyorono Wibowo SpOG dari Divisi Fetomaternal Bagian Obstetri dan Ginekologi FK UI/RSCM, NTD terjadi saat kehamilan belum disadari, yaitu pada minggu kedua sampai minggu keempat pertumbuhan janin (Kompas, 17/5/2003).
Di Amerika Serikat tercatat sekitar 5 per 10.000 kelahiran dengan cacat pembuluh saraf (NTD) seperti spina bifida, encephalocele, dan pertumbuhan otak tak sempurna (anencephaly). Di Indonesia diperkirakan tingkat NTD seperti spina bifida yang dialami Burhan cukup tinggi, yaitu 15 per 10.000 kelahiran (Kompas, 14/9/2007).
Namun tidak mustahil jika penyuluhan kesehatan dan gizi bagi para calon ibu dan perempuan usia subur tidak berjalan dengan baik, selain juga karena meluasnya kekurangan gizi pada ibu-ibu di kalangan keluarga miskin, maka jumlah kasus spina bifida akan meningkat.
Menurut pakar gizi klinis FK UI/RSCM, Prof Dr Waloejo Suryodibroto, kekurangan asam folat hanyalah salah satu penyebab terjadinya spina bifida.
�Bisa juga terjadi jika ibu merokok atau menjadi perokok pasif atau jika ia ketika menjelang dan selama kehamilan mengalami kekurangan protein,� tuturnya.
Ada empat jenis spina bifida. Yang dialami Burhan adalah myelomeningocele atau spina bifida cystica, jenis yang paling penting dan paling lazim yang menimbulkan disabilitas pada kebanyakan anak yang mengalaminya. �Di negara-negara kesejahteraan seperti Belanda dan Jerman, ada tim dokter khusus yang menangani kasus ini. Di sini belum,� kata Prof Padmo.
Irwan Julianto
|
|
