Pengusaha kecil menolak pemerintah menaikan Tarif Dasar Listrik. Karena usaha yang mereka jalankan sering libur akibat seringnya pemadaman listrik oleh PLN. Kenaikan TDL dikhawatirkan akan menambah beban usaha mereka. Adanya keputusan pemerintah yang akan menaikkan Tarif Dasar Listrik (TDL) dan akan diberlakukan pada awal Juli mendatang ditentang sejumlah kalangan dunia usaha. Mereka menilai rencana itu merupakan akal-akalan pemerintah untuk menutupi kerugian yang selama ini terjadi dengan membebankannya kepada masyarakat. Para pengusaha yang kebanyakan merupakan usaha kecil di Kota Palangkaraya, Kalimantan Tengah (Kalteng), seperti warung internet (warnet), jasa pengelasan, serta jasa pencucian baju (
laundry) mengaku akan merasakan dampak langsung bila kebijakan kenaikan TDL ini benar-benar dilaksanakan.
Syamsudin, pemilik usaha jasa pengelasan yang berlokasi di jalan Kutilang, ketika ditemui, Minggu (20/6), mengaku, saat ini, usaha yang dijalankannya sejak 10 tahun lalu akan kembali terpuruk bila rencana itu benar-benar diterapkan. �Sudah hampir setahun ini omzet usaha saya mengalami penurunan sejak PLN melakukan pemadaman bergilir di Kota Palangkaraya. Sekarang tiba-tiba pemerintah akan menaikan TDL. Ini jelas tidak
fair dan sangat merugikan,� ujarnya.
Alasannya, menurut pria asal Jawa Timur itu, sejak PLN melakukan pemadaman bergilir, target pekerjaaan yang telah disusun tidak bisa diterapkan karena listrik sering padam. Akibatnya, jasa usahanya lebih sering libur. �Bagaimana mau kerja maksimal karena listrik mati tidak beraturan,� ujarnya.
Kondisi tersebut berujung dengan turunnya pendapatnya sekitar 30 persen. Bila TDL tetap dipaksakan untuk naik pada awal Juli ini, dirinya mengaku masih belum tahu berapa lagi penurunan penghasilannya.
Senada dengan Syamsudin, Rico, pemilik usaha jasa warnet yang berlokasi di Jalan Yos Sudarso berseberangan dengan Universitas Palangkaraya (Unpar), mengaku, rencana kenikan TDL ini jelas akan berdampak langsung terhadap usaha yang sudah dijalankannya sejak setahun lalu tersebut. �Lagi pula persaingan antara warnet saat ini sudah semakin ketat. Kami tidak mungkin menaikkan sewa per jam kepada pelanggan yang saat ini sudah Rp6.000 karena bisa ditinggal pelanggan,� jelasnya.