Suzuki Tidak Butuh Pembeli
Tertarik billboard Ertiga, saya mampir ke Suzuki Pondok Indah. Setelah melihat2 kendaraannya, saya dapati interiornya cukup mewah, tetapi ruangan kabin dan terutama bagasi tampaknya terlalu sempit. Seorang Bapak yang juga melihat mobil tersebut berkata kepada saya, "Coba ini panjangnya ditambahin dikit ya." Saya mengiyakan. Setelah itu, seorang petugas pria disana meminta seorang sales wanita untuk membantu saya. Lalu, saya sampaikan kepada mbak tersebut bahwa ruangan kabinnya terasa sempit. Mula2 mbak tersebut menjawab, "Ah, enggak kok, Pak". Lalu, setelah saya katakan "Jawabnya jangan dengan kata2, tapi pakai data", dia mengatakan bahwa ukuran panjang dan lebarnya sama dengan kompetitornya (si mobil sejuta umat itu), hanya kalah tinggi. Saya menerima informasi itu. Lalu, saya tanyakan, "Kenapa bagasinya kok dibuat sempit begitu? Sedangkan Av@*za kelihatanya bisa lebih lega." (seperti percakapan saya dengan bapak tamu yang lain sebelumnya). Tiba2, mbaknya berkata, "Ya, kalau Bapak mau ambil Av@*za, ya monggo�" Belum selesai terkejut mendengar jawaban itu, mbaknya berkata lagi, "Kami, yang indent juga banyak kok." Wah, luar biasa! Bukannya informasi teknis yang saya dapatkan atau alasan mengapa bagasi itu lebih sempit padahal ukurannya katanya sama, tapi malah jawaban yang seperti itu yang saya dapatkan dari seorang "sales", yang saya kira lebih mengerti produknya daripada saya. Tampaknya, KESOPANAN tidak termasuk dalam kualifikasi seorang "sales" Suzuki. Saya jadi merasa menyesal telah "dilayani" oleh mbak tadi. Mungkinkah, seperti kata mbak itu, "Yang indent sudah banyak", jadi SUZUKI TIDAK BUTUH PEMBELI LAGI?
|