Dahulu keilmuan Islam pernah menjadi sorotan dunia sekaligus menginspirasi munculnya ilmu-ilmu modern seperti kedokteran, psikologi hingga astronomi. Namun kini eksistensi keilmuan Islam seakan kalah populer dengan ilmu-ilmu berparadigma barat.
Prof. Djamaludin Ancok PhD sepakat dengan gagasan untuk menghidupkan kembali tradisi keilmuan Islam yang kembali bermunculan. Bagi beliau yang juga psikologi UGM itu, Islam memiliki paradigma tersendiri terkait dengan eksistensi ilmu pengetahuan. Menurut dia, banyak teori yang bertentangan dengan Islam. �Butuh kritik tajam dan penguatan kurikulum ke-Islaman dalam kajian psikologi Islam, khususnya kajian qurani, agar lahir ahli tafsir (mufassir) yang ahli psikolog,�
Djamaludin menilai, psikologi barat tidak cocok diterapkan di Indonesia bahkan hampir di seluruh negara Asia dan ini telah dibuktikan melalui survei. �Pola pikir antara orang Barat dengan orang Timur itu berbeda dan membuat ketidakcocokan itu terjadi. Dalam Psikologi Barat cenderung mengesampingkan aspek agama, namun bagi orang di Indonesia aspek agama merupakan dasar hidup manusia,� demikian ia menjelaskan.
Psikologi Islam lebih bervisi positive psychology, sementara psikologi Barat berangkat dari psikologi klinis yang cenderung negatif berangkat dari kajian orang berpenyakit kejiwaan. Menurut Djamaludin, psikologi Islam merupakan psikologi yang mengembangkan ilmu berbasis Al-Qur�an dan Hadis sebagai sumber hipotesis. Bahkan psikologi Islam lebih baik dari psikologi Barat modern karena dapat dibuktikan secara Ilmiah. Ilmu mengenai psikologi Islam ini sudah ada sebelum psikologi Barat modern ini muncul karena secara keseluruhannya tertuang dalam Al-Qur�an.
Sumber:
website lazuardi birru, berita, news
15th October 2012
Menghidupkan Kembali Tradisi Keilmuan Islam
