
5th April 2011
|
 |
Ceriwiser
|
|
Join Date: Nov 2010
Location: Hogwarts|PIC#11
Posts: 618
Rep Power: 50
|
|
Sisi gelap ketergantungan dunia terhadap batubara
Quote:
Dibutuhkan waktu 5 sampai 10 hari, polusi dari pembangkit listrik batubara Cina sampai ke Amerika Serikat. Selama perjalanan, polusi tersebut juga menyumbang hujan asam yang terjadi di Jepang dan Korea Selatan.
Setibanya di Amerika, polusi tersebut meninggalkan mercury di dalam tubuh ikan bass dan trout hasil tangkapan dari sungai Willamette, Oregon. Tidak hanya berhenti sampai di situ, masalah kesehatan pun terkena imbasnya, mulai dari Taiyuan hingga Amerika Serikat.
Sebuah sisi gelap meningkatnya penggunaan batubara di seluruh dunia. Murah dan berlimpah, batubara akhirnya menjadi pilihan di sebagian besar belahan dunia, menyediakan energi bagi bangkitnya ekonomi di Cina dan India yang mengangkat jutaan orang dari kemiskinan.
Permintaan batubara secara global diperkirakan meningkat sekitar 60% hingga tahun 2030 sebesar 6,9 milyar ton per tahun, sebagian besarnya digunakan untuk pembangkit listrik. Batubara tidak lepas dari pemanasan global, masalah-masalah lingkungan dan kesehatan, termasuk hujan asam dan asma.
Menurut WHO, polusi udara menghilangkan nyawa 2 juta orang lebih cepat. Dan Jaffe, ilmuwan atmosfir di University of Washington, mengatakan,''Batubara adalah sumber polutan yang paling kotor, sekaligus bahan bakar yang paling buruk.'' Jaffe telah mendeteksi adanya polutan dari Asia di situs monitoringnya yang berada di Mount Bachelor Oregon dan Cheeka Peak di Washington. Untuk memahami apa yang dipertentangkan dari batubara bisa dilihat di Taiyuan dan sekitar propinsi Shanxi, wilayah penghasil batubara terbesar dan sekaligus yang paling parah mengalami polusi.
Hampir sepanjang malam, batubara telah mengubah petani-petani miskin di kota tersebut menjadi jutawan mendadak. Hotel-hotel gemerlap, mal-mal mengiklankan produk-produk Versace dan Karl Lagerfeld. Real Estate pun membumbung tinggi, crane - crane menjulang tinggi memenuhi angkasa. Sebuah gambaran museum Taiyuan yang merayakan kemenangan sebagai berkat dari batubara.
Batubara dihadirkan sebagai penunjang berkembangnya ekonomi di Cina. Sementara ladang jagung sepanjang jalan raya di luar kota sejauh 254 mil wilayah selatan Beijing ditutupi debu. Debu yang sama juga menutupi sayuran yang dijual di sisi jalan raya, dan di pagi harinya, asap tebal menutupi matahari pagi. Akibat lebih buruknya, jalan raya terpaksa ditutup dan penerbangan-penerbangan ditunda.
Dengan adanya persyaratan yang mengharuskan negara penyelenggara Olimpiade membersihkan kota-kota besarnya yang dijadikan sebagai pusat kegiatan, pemerintah pusat segera mengalihkan perhatiannya kepada Shanxi sebagai propinsi yang diharapkan bisa memenuhi kebutuhan listrik di negara tersebut. ''Menurut mereka, Taiyuan dan Shanxi sangat parah polusinya, sehingga tidak menjadi masalah jika dibangun lagi lima pembangkit listrik,'' ungkap Ramanan Laxminarayan, anggota senior di Resources For the Future, yang mendapati kaitan antara polusi udara dan meningkatnya jumlah pasien yang dirawat di Taiyuan. ''Saya mengunjungi pembangkit-pembangkit listrik tesebut dan tidak ada konsep yang diterapkan untuk mengendalikan polusinya,'' tambahnya. ''Mereka malah tertawa dan bertanya,'mengapa Anda berharap kami memasang peralatan untuk mengendalikan polusi?' ''.
China, menurut Bank Dunia, sebenarnya merupakan rumah dengan 20 dari 30 kota dengan polusi yang paling parah di dunia. Biaya-biaya untuk kesehatan yang berkaitan dengan polusi udara mencapai US$ 68 milyar setahunnya, hampir mendekati 4% dari penghasilan ekonomi negara tersebut. Sheng Huaren, pejabat senior parlemen Cina, tahun lalu mengungkapkan, hujan asam juga telah mengkontaminasi sepertiga bagian negara. Akibatnya tanaman pangan senilai US$ 4 milyar hancur tiap tahunnya. ''Apa yang sedang kita lihat di Cina sekarang ini adalah pertumbuhan ekonomi yang luar biasa, dan Cina sedang membayarnya,'' ujar Henk Bekedam, perwakilan WHO bagi negara tersebut. ''Pertumbuhannya tidak berdasar perspektif lingkungan. Kabar baiknya, mereka menyadari hal tersebut, sedangkan kabar buruknya, mereka tergantung kepada batubara sebagai sumber energi.''
Harga yang harus dibayar tidak hanya berhenti sampai di situ. Debu yang berasal dari pembangkit listrik memperparah pemanasan global, karena seperti diketahui, batubara mengeluarkan CO2 dua kali lebih banyak jika dibandingkan dengan gas alam. Para peneliti dari Texas A&M University mendapati peningkatan sebesar 20% hingga 50% awan dan sebagian besar badai di samudera Pasifik yang diakibatkan oleh polusi udara dari Cina dan India selama lebih dari 20 tahun terakhir. Merkuri, sebagai produk sampingan dari penambangan batubara, juga menjadi perhatian khusus. Logam berat tersebut mencemari perairan dan terbukti kandungannya di dalam ikan. Kontribusi Asia terhadap tingkat pencemaran merkuri selama lebih dari 20 tahun, menurut Daniel J. Jacob, profesor teknik lingkungan dan kimia atmosfir Harvard University, berasal dari negara lain, khususnya Cina. ''Sekarang, hal ini menjadi masalah global, dan Cina adalah sumber terjadinya peningkatan tersebut,'' tambahnya. ''Jika ingin menurunkan kadar merkuri yang terdapat pada ikan, maka kita harus menyelesaikan masalah emisi di Asia Timur.'' Bruce K. Hope, Departemen Kualitas Lingkungan di Oregon, menambahkan,'' Menyadari bahwa sebagian masalah yang dihadapi disebabkan perilaku orang lain adalah suatu hal yang membuat kita menjadi frustrasi. Kita tidak bisa begitu saja mendatangi mereka dan berkata,'Bisakah kamu melakukan sesuatu yang lain ?'.
Menurut Pen Center for Global Climate Change, Cina telah menutup beberapa pabrik yang mengakibatkan polusi dan akan mengistirahatkan 50 gigawatt pembangkit listrik yang tidak efisien, atau 8% dari total jaringan listrik yang ada hingga tahun 2010. Pemerintah juga merencanakan 10% dari total energi disediakan oleh sumber energi terbarukan, dan memerintahkan industri untuk mengurangi konsumsi energi hingga 20%. Robert N. Schock, direktur pengkajian untuk World Energy Council, sependapat bahwa batubara akan tetap menjadi sumber energi yang penting untuk beberapa tahun ke depan dan juga penting untuk meningkatkan standar kehidupan bagi negara-negara berkembang. '' Dua puluh lima persen pembangkit listrik di seluruh dunia menggunakan batubara, dan semua pembangkit itu tidak bisa begitu saja menghilang dalam semalam,'' tambahnya.
Seperti dikutip Xinhua News Agency, di propinsi Shanxi, pihak yang berwenang telah menutup 900 tambang batubara dan lusinan pabrik yang mengolah batubara untuk industri baja. Asian Development Bank menyediakan lebih dari US$ 200 juta dalam bentuk pinjaman untuk meningkatkan kualitas udara di propinsi tersebut, melalui sebuah program untuk menggantikan penggunaan batubara ke gas alam bagi rumah tangga, serta proyek ujicoba untuk menangkap methane, gas penyebab efek rumah kaca yang diakibatkan oleh pertambangan batubara. Taiyuan, yang pada tahun 1990 mendapat predikat kota paling berpolusi di dunia, kini tidak lagi menjadi yang terburuk polusinya.
Berbagai usaha dilakukan termasuk mengurangi secara bertahap boiler yang menggunakan batubara sebagai bahan bakarnya. Meski demikian, tingkat polusi udara di Taiyuan masih mencapai 5 hingga 10 kali lipat lebih tinggi dibandingkan dengan New York atau London. Penduduk lokal mengatakan, mereka hanya melihat langit biru kurang dari 120 hari per tahun. Mereka menyekat jendela untuk mencegah udara yang kotor memasuki rumah mereka.
Banyak orang tua merasa kuatir jika anak-anak mereka bermain di luar rumah. Sayuran dan buah-buahan harus dicuci terlebih dahulu dengan deterjen sebelum dikonsumsi. Banyak keluhan yang berkaitan dengan masalah kesehatan, seperti radang tenggorokan kronis, bronchitis, kanker paru-paru dan pulmonary fibrosis. Satu studi yang dilakukan oleh para peneliti di Center for International Climate and Environmental research, Norwegia, mendapatkan hasil bahwa polusi di Taiyuan meningkatkan angka kematian sebesar 15% dan infeksi saluran pernafasan kronik sebesar 40 hingga 50%.
|
|