FAQ |
Calendar |
![]() |
|
Save Our Planet Forum diskusi tentang penyelamatan lingkungan hidup, tips, dan ide untuk GO Green |
![]() |
|
Thread Tools |
#1
|
||||
|
||||
![]() ![]() Oleh: Bahasili Papan Spoiler for for:
Bahasili Papan, siapakah yang mengenal nama ini? Tentu saja ada, namun jumlah tak banyak. Maklum dia bukan seorang artis atau tokoh politik yang saban hari tebar pesona di televisi. Dia juga bukan seorang kong-lomerat yang namanya sering disebut karena limpahan kekayaan yang dimilikinya. Bahasili Papan hanya seorang pengusaha kapal yang masuk jajaran menengah. Namun keputusannya untuk terjun ke bisnis perkapalan memiliki satu visi dan misi yang sangat besar untuk membawa Indonesia sejajar dengan negara-negara kaya lainnya di dunia. “Melihat laut Indonesia yang sangat luas, saya selalu bertanya dalam hati, mengapa sangat sedikit orang yang mencari nafkah di sana?” ujar Bahasili memulaiNamun keputusannya untuk terjun ke bisnis perkapalan memiliki satu visi dan misi yang sangat besar untuk perbincangannya dengan BIRU VOICE. Bagi jebolan salah satu universitas di AS ini, dengan luas lebih dari 50 juta km persegi, laut Indonesia bukan saja berisi triliunan ton ikan yang siap dimasukkan dalam siklus perdagangan dunia, tetapi juga menyimpan potensi lainnya bisa mendatangkan uang dalam jumlah yang tak terbatas. “Anda hitung saja berapa besar potensi pariwisata kita, belum lagi budidaya laut, pertambangan laut, hingga transportasi laut. Sungguh tak terkira kekayaan yang kita miliki,” ujar Bahasili. “Tapi kenapa kebanyakan orang Indonesia enggan mencari nafkah di laut?” lanjutnya tak habis pikir. Setelah mengamati dan mempelajari permasalahan yang ada, sampailah dia pada satu kesimpulan: laut Indonesia yang begitu luas hanya dilayani oleh jumlah kapal yang sangat terbatas. Dengan kondisi ini, wajar saja sangat sedikit orang Indonesia yang bersentuhan laut. Hanya sedikit orang Indonesia yang memahami potensi yang dimiliki oleh laut Indonesia. Bahasili pun memutuskan untuk mendirikan pabrik perkapalan. Usaha ini dia mulai pada tahun 1997. Bahan utama pembuat badan kapal adalah fiber glass. Selain lebih ringan, harganya juga lebih murah. Ukuran kapal yang diproduksi oleh perusahaan Bahasili mulai dari 5 meter hingga 35 meter. Peruntukkannya pun untuk berbagai macam kebutuhan. Di antaranya sebagai patroli polisi dan Departemen Perhubungan, kapal penumpang pariwisata, hingga kapal pemancingan ikan. Kapalnya juga bertebaran mulai dari Aceh hingga Papua. “Hampir semua provinsi sudah menggunakan kapal kami,” jelas penyuka mancing ini. Meski Bahasili merasakan bisnis perkapalan ini sangat menjanjikan, namun misi utamanya bukan itu. “Misi utama saya adalah agar makin banyak orang Indonesia yang bersentuhan dengan laut. Dengan itu saya mengharapkan mereka makin mengenal potensi yang dimiliki laut kita, dan mulai berpikir untuk memulai usahanya di tampat ini,” tegasnya. ![]() Pemberdayaan Masyarakat Untuk mewujudkan misinya, Bahasili tak hanya berhenti pada produksi kapal, tetapi dia juga mulai terjun pada upaya-upaya pemberdayaan masyarakat. Dan yang dia lakukan adalah membangun sebuah pilot project budidaya ikan Kerapu dengan sistem kerambah, serta budidaya rumput laut di lokasi yang berdekatan. Pilot project ini berlokasi di Desa Cikagrondong, Ujung Kulon, Jawa Barat. “Sejak tahun lalu kami sudah memulai pilot project ini dan melibatkan nelayan yang ada di sini. Lumayan hingga saat ini jumlah kerambahnya sudah mencapai 40 buah dan sudah panen kerapu macan satu kali,” jelasnya. Lewat pilot project ini, Bahasili mau mengajarkan kepada masyarakat pesisir bahwa yang namanya budidaya tidak hanya di darat, tetapi di laut juga bisa. Dan keuntungan ekonomi yang diperoleh dari budidaya ini juga sangat besar. Contohnya 1 kg kerapu macan harganya Rp 120.000,-. Sedangkan 1 kg kerapu tikus Rp 350.000,-. “Dan kita tidak perlu mengeluarkan banyak ongkos ope-rasional sebab harga pakan ikan-ikan ini sangat murah,” ujar Bahasili. Dan bagaimana dengan rumput laut? “Rumput laut selain bernilai ekonomis, dia juga bisa menjadi sumber oksigen bagi ikan karena hasil metabolismenya mengeluarkan oksigen yang sangat dibutuhkan oleh ikan. Karena itu budidayanya harus satu lokasi agar terjadi simbiosis mutualisme.” Hasil kerja Bahasili ini, ternyata mendapat tanggapan positif dari Pemprov. Banten. Saat ini Pemprov Banten sudah siap bekerjasama dengan perusahaan untuk memberikan bantuan kerambah dan kredit kepada para nelayan agar budidaya ikan ini bisa lebih diperluas. “Saya sangat berterima kasih untuk perhatian Pemprov Banten. Ke depan saya berharap para nelayan sendirilah yang menjadi raja di tempat usahanya sendiri, sementara kami akan mengambil posisi sebagai penyalur dan pembimbing saja,” mimpi Bahasili. Dia berharap, lewat usaha-usaha kecil semacam ini, semakin banyak orang Indonesia yang terbuka kesadarannya untuk mulai memanfaatkan semua potensi yang dimiliki laut. Mulai dari potensi ikan, tambang laut, hingga pariwisatanya. Karena itu tidak salah bila Bahasili mengajak kita semua, baik pemerintah maupun masyarakatnya, untuk membangun Indonesia dari Laut. Satu ajakan yang sungguh masuk akal! (Celestino Reda) Sumber: http://www.biruvoice.com/berita/soso...dari-laut.html
__________________
Semoga Ceriwis Makin Rame Ya
![]() |
![]() |
|
|