
14th April 2011
|
 |
Ceriwiser
|
|
Join Date: Apr 2011
Location: perkebunan cabe
Posts: 410
Rep Power: 0
|
|
Saatnya Bersahabat dengan Alam
Wabah ulat bulu merebak di berbagai daerah di Indonesia. Sejak pertamakali di Probolinggo, kini sudah menjalar di banyak tempat meliputi Jawa Timur, Bali, Jawa Tengah, Jawa Barat, dan yang terakhir ini dikabarkan merebak juga di sebagian wilayah Jakarta.
Menurut penuturan Dr Ir Toto Himawan SU, dari Tim Hama Penyakit Tanaman (HPT) Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya �Satu hal yang berbeda di Probolinggo selain (pengaruh) hujan, ada kiriman abu Gunung Bromo. Nah, kemungkinan abu ini sangat mengganggu terutama untuk parasit telur (ulat)�, demikian seperti yang diungkapkan.
Jadi wabah ulat bulu yang merebak pertama kali di Probolinggo ini bisa disimpulkan bahwa karena efek dari abu Gunung Bromo yang menyebar ke segala penjuru kemarin mematikan parasit alami yang seharusnya menjadi pemutus rantai makanan baik terhadap ulat maupun telur ulat.
Sebagian besar wilayah Pulau Jawa yang mengalami hujan berkepanjangan selama tahun 2010 kemarin pun turut membantu mudahnya evolusi ulat bulu. Dengan melimpahnya daun-daun pepohonan yang notabene adalah makanan utama ulat bulu, maka reproduksi ulat bulu ini pun diperkirakan sangat lancar dan cepat melebihi waktu normal. Hal ini diperparah juga dengan langkanya predator alami maupun parasit alami yang seharusnya menjadi penyeimbang ekosistem dalam siklus rantai makanan.
Wakil direktur Penelitian Bio Teknologi Universitar Muhammadiyah Malang Dr Maftucah, menerangkan bahwa siklus regenerasi ulat bulu dapat diputus dengan pemberian bakteri Bacillus Thuriniensis yang ditemukan pada tanah. Dari penelitian ini disimpulkan bahwa dengan bakteri tersebut maka akan dihasilkan �cry gen� yang dapat menghancurkan usus ulat bulu bila ulat bulu mengkonsumsinya via tanaman yang telah diberi cry gen ini. Penggunaan cry gen pun juga tidak akan membahayakan manusia bila mengkonsumsi tanaman tersebut.
Disisi lain, kepala Laboratorium Agronomi Fakultas Pertanian dan Peternakan UMM Dian Indratmi mengatakan bahwa, penggunaan jamur Entomo-Patogen atau jamur Beauveria Bassiana yang isolat-nya sendiri diambil dari ulat bulu tersebut. Namun dengan cara ini hanya akan mampu menghentikan pada generasi kedua, artinya dengan penggunaan jamur ini maka ulat yang terserang masih akan bisa bermetamorfosis menjadi kupu-kupu, tapi telur yang dihasilkan tidak akan berkembang biak karena pengaruh dari kontaminasi jamur Entomo-Patogen.
Meski pengaruh alam cukup besar dalam perkembangan wabah ulat bulu, namun kita juga tak dapat memungkiri bahwa ini semua juga terjadi karna tangan-tangan kita sendiri. Pemberian pestisida memang secara langsung bisa dikatakan mematikan ulat, tapi seberapa besar kualitas dan kuantitas pestisida tersebut dapat menghentikan merebaknya ulat bulu ini. Pemberian pestisida juga dikhawatirkan dapat merusak lahan maupun tanaman disekitarnya, atau yang lebih ditakutkan lagi bila ulat malah akan semakin imun dengan pemberian vaksin yang tak terkontrol.
Sudah saatnya kita kembali pada alam, jangan sampai alam marah kepada kita karna kita tidak mampu menjaga lingkungan pemberianNya ini. Saatnya kita lebih peduli dengan menjaga kelestarian dan keseimbangan lingkungan. Penggunaan sumber daya alam yang sewajarnya tanpa mengeksploitasinya juga perlu dicanangkan selain memikirkan Analisa Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL).
Marilah kita bersahabat dengan alam, karena bila kita ramah pada lingkungan niscaya lingkungan pun akan memberi kenyamanan pada kita. Dan persahabatan pun bagai kepongpong, merubah ulat menjadi kupu-kupu.
|