FAQ |
Calendar |
![]() |
|
Save Our Planet Forum diskusi tentang penyelamatan lingkungan hidup, tips, dan ide untuk GO Green |
![]() |
|
Thread Tools |
#1
|
||||
|
||||
![]()
BEBERAPA bulan terakhir, deretan bencana alam menghantam persada nusantara. Teriakan pilu dari para korban bencana pun tak terelakkan, seakan memberikan ultimatum bagi kita untuk mengubah pola pembangunan yang menitik-beratkan pada eksploitasi sumberdaya alam yang tidak mengindahkan keutuhan fungsi ekosistem.
Padahal kita sering mensosialisasikan konsep "pembangunan berkelanjutan" yang mencakup sekaligus dimensi keberlanjutan pembangunan ekonomi, kemajuan kualitas kehidupan sosial dan pelestarian ekosistem yang menjadi penopang sistem kehidupan esensial. Tanah air kita memang rawan bencana, kondisi ini diperparah terjadinya perubahan iklim dan pemanasan global (global warming). Curah hujan yang tidak menentu dari tahun ke tahun, bencana banjir, gelombang panas yang menyebabkan kekeringan dan kepunahan spesies merupakan tanda-tanda alam yang menunjukkan bahwa planet bumi tercinta ini sedang mengalami kerusakan. Tuntutan Buat Indonesia Pengertian Perubahan Iklim merupakan suatu keadaan berubahnya pola iklim dunia secara ekstrim, bahkan menurut laporan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyebutkan bahwa sembilan dari sepuluh bencana yang terjadi dalam beberapa tahun terakhir adalah akibat dari perubahan iklim. Suatu daerah mungkin mengalami pemanasan, tetapi daerah lain mengalami pendinginan yang tidak wajar. Akibat kekacauan arus panas dan dingin maka perubahan iklim juga menciptakan fenomena cuaca yang kacau termasuk curah hujan yang tidak menentu, aliran panas dan dingin yang ekstrim, arah angin yang berubah drastis dan sebagainya. Sedangkan Pemanasan Global adalah meningkatnya suhu rata-rata permukaan bumi akibat peningkatan jumlah emisi Gas Rumah Kaca (GRK) di atmosfer. Harus dipahami, atmosfer bumi terdiri dari bermacam-macam gas dengan fungsi yang berbeda-beda. Kelompok gas yang menjaga suhu permukaan bumi agar tetap hangat dikenal dengan istilah "gas rumah kaca". Disebut gas rumah kaca karena sistem kerja gas-gas tersebut di atmosfer bumi mirip dengan cara kerja rumah kaca yang berfungsi menahan panas matahari agar suhu di dalamnya tetap hangat. Pada dasarnya bumi sangat membutuhkan gas-gas tesebut untuk menjaga kehidupan, tanpa keberadaan gas rumah kaca maka bumi akan menjadi terlalu dingin untuk dihuni karena tidak ada lapisan yang mengisolasi panas matahari. Sebagai salah satu negara tropis yang memiliki kawasan hutan yang luas, Indonesia dituntut menjadi penyerap karbon yang menjadi penyebab meningkatnya gas rumah kaca di atmosfer. Pemerintah Indonesia menargetkan penurunan emisi karbon 20-an% pada tahun 2020, diantaranya melalui pembangunan hutan tanaman seluas setengah juta hektar pertahun, pembangunan hutan rakyat seluas empat juta hektar dan penurunan jumlah hot spots sebesar 20%. Lima Upaya Dari berbagai literatur disebutkan, setidaknya ada lima upaya menyelamatkan bumi. Pertama, pengurangan konsumsi daging. Laporan Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO) menegaskan bahwa industri peternakan merupakan penyebab utama pemanasan global. Industri peternakan menghasilkan emisi gas rumah kaca hampir 20%, jumlah ini melebihi emisi dari seluruh transportasi di dunia yang menyumbang 13% gas rumah kaca dan emisi pembangkit listrik di seluruh dunia yang menyumbangkan 11% gas rumah kaca. Kedua, hemat energi dan sumberdaya alam. Diharapkan menggunakan sumber-sumber energi alternatif yang tidak menghasilkan emisi CO2, jika terpaksa menggunakan bahan bakar fosil yang menghasilkan emisi CO2, harus secara bijak dan efisien. Hal ini termasuk menghemat listrik dan energi, apalagi Indonesia termasuk negara yang banyak menggunakan bahan bakar minyak untuk pembangkit listriknya. Contoh sederhana dalam kehidupan sehari-hari kita, jangan membuka pintu lemari es terlalu lama karena setiap kali pintu lemari es dibuka maka diperlukan tarikan listrik yang tinggi untuk mendinginkan kembali suhunya. Ketiga, memasyarakatkan gerakan menanam pohon. Tanaman hijau menyerap CO2 dari atmosfer dan menyimpan dalam jaringannya. Tetapi jika pohon itu mati, akan melepaskan kembali CO2 ke udara. Keempat, kurangi emisi transportasi dan beralih ke energi alternatif. Pilihan menggunakan transportasi massa daripada menggunakan kendaraan sendiri, selain boros biaya BBM juga menghindari kemacetan di jalan dan biaya pemeliharaan kendaraan. Berangkat atau pulang kerja secara berbarengan dengan rekan-rekan sekantor dalam satu mobil yang searah, sehingga bisa berbagi biaya perjalanan. Apabila jarak rumah ke kantor atau tempat kerja dekat dan bisa ditempuh dengan naik sepeda, lebih baik menggunakan sepeda. Selain menghemat biaya perjalanan, juga baik untuk menjaga kebugaran tubuh. Kelima, daur ulang diharapkan membawa perubahan. Pemerintah Kalifornia memperkirakan bahwa daur ulang pada setiap negara bagian akan menghemat penyaluran energi untuk 1,4 juta rumah dan mengurangi 27.047 ton polusi pada air serta menyelamatkan 14 juta pohon. Universitas Teknik di Denmark menemukan bahwa aluminium yang didaur ulang menggunakan 95% lebih sedikit energi dibanding alumunium yang tidak didaur ulang, 70% lebih hemat energi untuk plastik dan 40% lebih untuk kertas. Code:
sumber |
![]() |
|
|