
15th April 2011
|
 |
Ceriwiser
|
|
Join Date: Apr 2011
Location: perkebunan cabe
Posts: 410
Rep Power: 0
|
|
NASA Mematikan Sistem Pemburu Komet
Perjalanan panjang Stardust, si pemburu komet, yang telah mengarungi antariksa sejauh 5,69 miliar kilometer, berakhir pada 24 Maret 2011. Pada 33 menit lepas 16.00 waktu setempat, wahana milik Badan Antariksa Amerika (NASA) menyelesaikan transmisi terakhirnya dengan Bumi.

Quote:
NASA mengakhiri "hidup" Stardust setelah wahana itu menuntaskan misinya mengunjungi dua komet dan mengirimkan "oleh-oleh" partikel hasil perburuannya ke bumi. Di pengujung usianya pun Stardust masih mengirimkan data bahan bakar yang sangat berharga bagi para insinyur wahana antariksa.
Hari itu, pusat kendali Bumi memerintahkan Stardust menyalakan keempat roket pendorongnya untuk terakhir kali dan menghabiskan semua bahan bakar yang tersisa. Para insinyur mengawasi dengan saksama ketika tangki propellant wahana itu mengering. Transmisi terakhir berupa data pembakaran itu kelak akan membantu mengukur cadangan bahan bakar pada misi di masa depan dengan lebih akurat.
"Stardust telah mengajarkan kita tentang tata surya sejak wahana itu diluncurkan pada 1999," kata Tim Larson, Manajer Proyek Stardust-NExT dari Jet Propulsion Laboratory (JPL) NASA di Pasadena, California. "Masuk akal bila momen terakhirnya pun akan memberikan data yang dapat kami gunakan untuk merencanakan operasi misi luar angkasa di masa depan."
Manuver pembakaran hingga bahan bakar habis itu didesain untuk menyulut roket Stardust sampai bahan bakarnya habis. Pada saat yang sama, data pembakaran itu dikirimkan ke Bumi, yang berjarak 312 juta kilometer. Petugas di pusat kendali misi bakal membandingkan jumlah bahan bakar yang dikonsumsi dalam pembakaran itu dengan jumlah yang diperkirakan akan terbakar berdasarkan pemodelan konsumsi bahan bakar wahana tersebut.
Pemodelan konsumsi bahan bakar itu sangat penting karena belum ada yang menciptakan alat pengukur bahan bakar yang dapat diandalkan untuk wahana antariksa ketika melakukan penerbangan dalam lingkungan tanpa bobot di luar angkasa. Untuk menyiasatinya, tim perencana misi dapat mencocokkan penggunaan bahan bakar dengan mempelajari sejarah penerbangan wahana itu, termasuk berapa banyak dan berapa lama motor roket tersebut disulut.
Petugas misi menyaksikan masuknya data final pembakaran itu dari fasilitas pengawas penerbangan di JPL dan dari pusat pendukung misi Stardust-NExT di Lockheed Martin Space Systems di Denver. "Motor Stardust terbakar selama 146 detik," kata Allan Cheuvront, Manajer Program Stardust NexT di Lockheed Martin Space Systems. "Kami akan membedah angka-angka itu dan melihat seberapa dekat realita dengan proyeksi kami. Data itu akan digunakan ketika kami merencanakan misi di masa depan."
Keputusan untuk melakukan pembakaran final itu diambil karena bahan bakar sang pemburu komet memang hampir habis. Stardust telah berkelana sejauh 21 juta kilometer dalam perjalanannya di sekitar matahari dalam beberapa pekan sejak berpapasan dengan komet Tempel 1 pada hari Valentine, 14 Februari lalu. Total jarak yang telah dilaluinya sekitar 5,69 miliar kilometer. Ketika jarak tempuh itu dicatat, tim Stardust menyadari bahwa wahana tersebut telah sekarat.
Kamis petang itu menjadi momen menyedihkan bagi para petugas di Mission Support Area di Lockheed Martin Space Systems. "Kami menyebutnya manuver selamat berpisah," kata Cheuvront.
Untuk menjamin Stardust tidak melakukan "kekacauan", peranti lunak yang dibuat secara khusus diunggah untuk mematikan sistem proteksi anti-kegagalan pada wahana itu, sehingga proses eksekusi berlangsung lancar.
Informasi terakhir yang diberikan Stardust dapat membantu sejumlah wahana lain yang masih beroperasi, seperti Mars Odyssey dan Mars Reconnaissance Orbiter, yang kini mengitari planet merah atau wahana Cassini di Saturnus. "Data itu akan membantu memberi perkiraan yang lebih baik soal kapan bahan bakar itu akan habis," kata Cheuvront. "Data itu akan berguna untuk misi kami ke depan. Lewat penempatan sensor tekanan dan suhu yang lebih baik, kami dapat memperbaiki pemodelan komputer yang ada."
Sebelum sistemnya dimatikan, wahana yang diluncurkan pada 7 Februari 1999 itu telah menyelesaikan misi utamanya, yakni mengambil sampel pertama dari sebuah komet pada Januari 2006. Hingga akhir hayatnya, Stardust telah terbang melewati asteroid 5535 Annefrank pada November 2002, terbang separuh jalan menuju Jupiter untuk mengambil sampel partikel dari awan gas bercahaya yang mengelilingi inti komet Wild 2 (Januari 2004), dan terbang kembali mendekati Bumi untuk mengirimkan kapsul sampel yang telah lama dinantikan para ilmuwan komet.
Pasca misi senilai US$ 300 juta tersebut, NASA menugasi kembali wahana antariksa itu untuk melaksanakan misi tambahan guna terbang melintasi komet Tempel 1. Dalam misi Stardust NExT (Stardust New Exploration of Comet Tempel 1), wahana itu harus mengambil gambar luka parut yang ditinggalkan oleh wahana Deep Impact, yang sengaja ditabrakkan ke komet untuk mengetahui komposisinya.
Setelah menuntaskan semua misinya dengan gemilang, tiba saatnya bagi Stardust untuk beristirahat selamanya. Tanpa bahan bakar, wahana itu tak bisa lagi mengendalikan pergerakannya, dan bakal melayang-layang tanpa tujuan di antariksa. Panel surya yang selama ini memasok baterainya tak lagi bisa diarahkan menghadap matahari dan baterainya perlahan akan melemah.
Untuk memenuhi persyaratan perlindungan planet NASA, para pengendali Stardust telah menjalankan serangkaian simulasi lintasan berdasarkan berbagai faktor yang terbentuk oleh pembakaran final. Studi itu menunjukkan bahwa wahana pengorbit matahari tersebut tak akan melayang menuju planet mana pun, termasuk Mars.
Manajer Misi Stardut mengatakan analisis NASA memprediksi Stardust tidak akan mendekati orbit Bumi lebih dekat dari 2,7 juta kilometer dan hampir 21 juta kilometer dari orbit Mars. "Stardust diperintahkan untuk mematikan transmiternya dan tidak menyalakannya lagi," kata Cheuvront.
Sebagai orang yang telah 15 tahun menangani Stardust, mulai blueprint hingga wahana itu meluncur ke antariksa, Cheuvront amat kehilangan. "Perasaan saya kosong ketika mengetahui bahwa kami tak akan berbicara dengannya lagi," ujarnya.
Kini, dengan tangki bahan bakar kosong dan pesan terakhirnya telah ditransmisikan, Stardust resmi pensiun dari NASA. "Ini terasa seperti babak akhir dalam film koboi lama ketika Anda menyaksikan sang jagoan menaiki kudanya menuju ke arah datangnya matahari," kata Larson.
|
Terkait: - JUAL Ikan komet
- JUAL Instalasi, Servis dan Maintain sistem Listrik, PABX, Fire alarm sistem, dll.. (M/E)
- KEREN GAN.!!! Komet Tempel dekati Satelit NASA
- JUAL Software Berbasis Web Untuk Sistem Rumah Sakit, Sistem Kepegawaian/HRD, Kasir dsb
- Sistem pakar, sistem pendukung keputusan, sistem informasi, kriptografi, p.o.s, dll
|