Ceriwis  

Go Back   Ceriwis > DISKUSI > Religion > Islam

Reply
 
Thread Tools
  #1  
Old 19th April 2011
blueparadise's Avatar
blueparadise blueparadise is offline
Super Moderator
 
Join Date: Jun 2010
Posts: 5,258
Rep Power: 114
blueparadise has disabled reputation
Default Kedalaman Makna Surat Al Ikhlash

Oleh Mahmud Yunus

Allah SWT berfirman: "Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus." (QS Al- Bayyinah [98]: 5). Dalam ayat lainnya: "Luruskanlah mukamu (dirimu) pada setiap shalat dan sembahlah Allah dengan mengikhlaskan ketaatanmu kepada-Nya." (QS Al-'Araf [7]: 29).

Ahli tafsir menjelaskan, yang dimaksud dengan lurus adalah menghindari perbuatan syirik (menyekutukan Allah SWT dalam segala bentuknya dan terhindar dari penyimpangan sekecil apa pun). Kewajiban menjaga keikhlasan dalam beribadah kepada Allah SWT ditegaskan berulang-ulang di dalam Alquran.



Bahkan, surah ke-112 dinamai dengan Al-Ikhlash (memurnikan keesaan Allah). Secara fisik surah Al-Ikhlash itu terdiri atas empat ayat pendek, namun kandungannya sangat panjang dan luar biasa.

Rasulullah SAW bersabda, "Membaca 'Qul huwa Allahu ahad' pahalanya setara dengan membaca sepertiga Alquran." (HR Bukhari, Muslim, Abu Dawud, Tirmidzi, An-Nasa'I, Ibn Majah, Malik, Ahmad, Thabrani, Al-Bazzar, dan Abu 'Ubaid).

Oleh karena itu, Saja' Al-Ghanawi RA mengatakan, "Barang siapa membaca 'Qul huwa Allahu ahad' tiga kali, maka ia seakan-akan membaca Alquran seluruhnya." Atau, sebagaimana diriwayatkan oleh Ahmad, bahwa Muadz ibn Anas RA berkata, "Barangsiapa membaca 'qul huwa Allahu ahad' sebelas kali, maka Allah (akan) membangunkan sebuah rumah untuknya di Surga."

Atau, seperti yang diriwayatkan Thabrani, bahwa Fairuz RA berkata, "Barangsiapa membaca 'Qul huwa Allahu ahad' seratus kali, di dalam shalat atau lainnya, maka ia dicatat oleh Allah sebagai orang yang terbebas dari siksa Neraka." Dan, masih ada beberapa riwayat yang lainnya. Namun, perlukah kita menghitung-hitung "kebaikan" atau "ketaatan" kita sendiri?

Menurut Ibn Sina sebagaimana dikutip Muhammad Quraish Shihab dalam salah satu karyanya, niat atau motivasi beribadah itu bertingkat-tingkat. Pertama, tipe pedagang (mengharap keuntungan). Kedua, tipe budak atau pelayan (takut terhadap majikannya).

Ketiga, tipe 'arif (bersyukur atas segala yang diberikan Allah SWT kepadanya). Dan tipe lainnya dinamakan sebagai tipe robot (otomatis, tanpa pemikiran, tanpa pemahaman, dan tanpa penghayatan).

Tentu bijaksana, jika kita terbiasa melaksanakan ibadah menurut tipe 'arif. Sebab, sebagaimana dijelaskan oleh Allah SWT dan Rasul-Nya bahwa tidak sedikit amal (ibadat) yang dibatalkan atau dihapuskan pahalanya akibat niatnya tidak murni karena Allah SWT.
Wallahu 'alam.


Sumber : republika.co.id

__________________



Reply With Quote
Reply


Posting Rules
You may not post new threads
You may not post replies
You may not post attachments
You may not edit your posts

BB code is On
Smilies are On
[IMG] code is On
HTML code is Off


 


All times are GMT +7. The time now is 05:05 AM.


no new posts