Ceriwis  

Go Back   Ceriwis > DISKUSI > Lounge

Lounge Berita atau artikel yang unik, aneh, dan menambah wawasan semuanya ada disini dan bisa dishare disini.

Reply
 
Thread Tools
  #1  
Old 18th November 2012
sdhanifah sdhanifah is offline
Member
 
Join Date: Mar 2012
Posts: 72
Rep Power: 0
sdhanifah mempunyai hidup yang Normal
Default Sangaku, Cara Hitung Matematika Tradisi Jepang



Berbicara tentang matematika, Jepang punya tradisi sendiri yang tidak terpengaruh perkembangan matematika di Arab atau pun Barat.

Maka ketika dunia Arab melahirkan Musa al-Khawarizmi, lalu munculnya ilmuwan di negeri Barat Sir Isaac Newton, Gottfried Wilhelm Leibniz, dan lainnya sekitar abad ke-17, Jepang punya cara sendiri menjawab pertanyaan kompleks tentang geometri.

Sebagai bangsa yang dikenal religius, matematika Jepang menjadi karya seni berupa tablet kayu berukir yang disebut Sangaku dan jadi penghias dinding kuil Shinto atau Buddha. Banyak dipakai sebagai persembahan untuk dewa di zaman Edo, awal abad ke-17 sampai tahun 1857.

"Tablet Sangaku mungkin yang paling unik di antara kreasi budaya dunia. Ia sekaligus adalah obyek seni, persembahan reliji, dan catatan yang bisa kita sebut sebagai matematikanya rakyat," kata Tony Rothman dari University of Princenton.
Dia menambahkan Sangaku adalah peninggalan budaya yang layak dipertahankan dan dilindungi. "Ini mungkin hanya teka-teki silang versi Jepang era feodal, namun fungsinya menjaga pikiran mereka tetap tajam."

Tujuan dari sangaku ada tiga: memamerkan prestasi matematika, rasa syukur kepada Buddha dan Dewa, dan persembahan agar mereka dianugerahi pengetahuan matematika yang lebih.

Terlupakan dan Pelestarian
Saat Jepang mulai membuka diri, Sangaku nyaris terlupakan. Bahkan, Fukugawa, guru SMA di Jepang bergelar doktor dalam bidang matematika mengaku, dulu ia menyangka mempelajari tablet kuno sangaku adalah hal yang sia-sia.

"Sampai suatu ketika rekanku, seorang sejarawan meminta bantuan menerjemahkan sebuah buku tentang subyek itu. Barulah aku menyadari matematikawan Edo telah menuntaskan problem sulit tanpa alat bantu yang kita miliki saat ini,"kata dia. "Sejak itu aku jatuh cinta pada sangaku." Dia ingin mempertahankannya eksistensi peninggalan leluhurnya itu.

Kakek 63 tahun tersebut membantu penelitian Rothman. Meski keduanya saling terpisah ribuan kilometer dan tak pernah bertatap muka langsung. Untung, bahasa matematika adalah universal.

Selain terlibat penelitian, Fukugawa mengaku, selalu mencari cara mengajarkan sangaku pada murid-muridnya. Namun harus hati-hati agar tak justru menimbulkan masalah matematika baru. Sebab, "harus diingat bahwa Sangaku diciptakan dan ditampilkan terutama untuk kesenangan."

Seperti halnya sejumlah orang di masa itu yang hobi membuat puisi Jepang atau haiku dan kesenian lain. "Ada beberapa orang menikmati matematika, dan melihat sesuatu yang indah di dalamnya."

Matematika sudah mengakar, menjadi tradisi di Negeri Sakura. Maka tak mengherankan bahwa sudoku yang dimainkan orang saat ini, pertama kali populer di Jepang, sebelum menyebar menyeberangi lautan ke seluruh dunia.



sumber ; Sangaku, Cara Hitung Matematika Tradisi Jepang
baca juga:

Hilang 14 Jam, Bayi Dua Tahun Selamat Dijaga Anjing
Alasan Kenapa Rhoma Irama Layak Jadi Capres (Menurut Rhoma Irama Sendiri)
Sindrom Angelman Buat Bocah 2 Tahun Ini Tidak Berhenti Tertawa
Wow! Google Garap Peta Luar Angkasa.
Kenapa Kita Tidak Ingat Memori Saat Masih Bayi?
Waduh, Underware Ini Bisa Hilangkan Bau Kentut Lho..
Ternyata Beginilah Cara Orang Tua Di China Mencari Jodoh Untuk Anaknya.

Reply With Quote
  #2  
Old 22nd November 2012
adangsubandi's Avatar
adangsubandi adangsubandi is offline
Member Aktif
 
Join Date: Dec 2010
Posts: 213
Rep Power: 0
adangsubandi mempunyai hidup yang Normal
Default

Sudoku beda ya?!
Reply With Quote
Reply


Posting Rules
You may not post new threads
You may not post replies
You may not post attachments
You may not edit your posts

BB code is On
Smilies are On
[IMG] code is On
HTML code is Off


 


All times are GMT +7. The time now is 11:10 PM.


no new posts