|
Post Reply |
Tweet | Thread Tools |
#1
|
||||
|
||||
![]()
Quote:
TEMPO Interaktif, Jakarta - Awak kapal MV Sinar Kudus kembali ke Tanah Air, Sabtu, 7 Mei 2011 kemarin, setelah 46 hari disandera perompak Somalia. Kisah-kisah pilu dan lucu mengalir deras seiring dengan tangisan haru keluarga yang menyambut mereka di Ballroom Sheraton Hotel, Bandara Soekarno-Hatta, Cengkareng. Fajar Tri Cahyono, masinis 3 bagian mesin, langsung menggendong dan memeluk erat anak keduanya, Nursyahmi Azhar, 2 tahun 6 bulan. Di sampingnya sang istri, Siti Fitriyanti, tampak mendengar cerita suami sambil menggendong anak pertama mereka, Nur Muhamad Hamizar, 4 tahun. Ibu Fajar, Puji Astuti, terlihat lega melihat kembali anak bungsunya itu. Kepada Tempo, Fajar bercerita, di kapal yang dirampok puluhan perompak Somalia itu seluruh sandera tidak bebas bergerak. Hanya ada empat ruangan yang bisa digunakan. Itu pun dalam pengawasan perompak yang bersenjata api. "Kami tidak bebas bergerak, makanan dan pakaian diambilkan," kata Fajar. "Selama 46 hari, kami juga terpaksa tidur di anjungan karena kamar kami dipakai mereka." Fajar dan kawan-kawannya tiba di Jakarta sekitar pukul 21:30, setelah terbang selama sembilan jam dari Oman. Begitu tiba di Terminal Kedatangan Internasional 2D, 20 ABK yang dipimpin Kapten Slamet Djohari disambut para keluarga, wartawan media cetak ataupun elektronik, dan pihak-pihak terkait. Rombongan pertama kali disambut pihak PT Samudera Indonesia selaku pemilik kapal serta beberapa perwakilan dari pemerintah. Setelah itu, isak tangis pecah ketika para ABK bertemu anggota keluarganya untuk pertama kalinya setelah dibebaskan oleh perompak Somalia. Peluk, cium, dan tangis bahagia menyelimuti ruangan. Direktur PT Samudera Indonesia, Masli Mulia, juga berucap syukur, dengan nada bicara dan kaki terlihat bergetar. Masli mengatakan ke-20 awak kapal Sinar Kudus adalah aset yang harus diselamatkan. "Inilah momen yang ditunggu-tunggu. Kami sangat bersyukur," ujar Masli. Pada penyambutan itu hadir pula Tatang Razaq, perwakilan Kementerian Luar Negeri. Sebelumnya, kapal Sinar Kudus disandera perompak di perairan Somalia. Sinar Kudus saat itu mengangkut bijih nikel untuk dibawa ke Belanda. Dalam perjalanan, kapal disandera dan para perompak minta tebusan. Tebusannya pun tak tanggung-tanggung, mencapai US$ 4,5 juta. Kapal Sinar Kudus disandera selama 46 hari. Pemerintah pun telah mengirim pasukan untuk pembebasan para awak. Namun, setelah memperhitungkan keselamatan para awak kapal, Samudera Indonesia memilih opsi membayar uang tebusan. AYU CIPTA |
#2
|
||||
|
||||
![]()
Quote:
TEMPO Interaktif, TANGERANG - Kisah penyanderaan menjadi cerita mengharu-biru bagi 20 awak kapal Sinar Kudus. Suara dar-der-dor senjata api mewarnai 46 hari para awak selama ditahan 60-an perompak Somalia di dalam kapal milik PT Samudera Indonesia di Laut Arab. Cerita bak film holywood itu tercatat rapi dalam ingatan Mualim 1, Masbugin, asal Kediri dan Nakhoda Kapal, Kapten Slamet Juhari. Masbugin, baru dua tahun bergabung dengan PT Samudera Indonesia. Namun, dia termasuk anak buah kapal yang "berani melawan" perompak. Padahal Masbuqin terhitung dua kali melewati Laut Arab yang sarat dengan perompak Somalia. Namun, baru kali ini dia dan kawan-kawan disandera. Masbugin mengatakan awal penyanderaan diketahui saat nakhoda Juhari melihat dua kapal boat turun dan mendekati kapal mereka. Dengan panggilan radio seluruh awak kapal dikumpulkan di anjungan. "Perompak naik ke kapal. Ada dua sampai empat orang menembaki RPJ dari lambung kiri ke kanan," kata Masbugin mengawali cerita saat ditemui wartawan sesaat setelah mendarat di Bandara Soekarno-Hatta, Sabtu 7 Mei 2011 malam. Sejak hari itu pengalaman pahit harus diterima seluruh awak kapal. Mulai makanan persediaan yang dirampas, kamar tidur dikuasai perompak, sehingga awak kapal dipaksa tidur di anjungan. Seluruh kegiatan awak kapal dijaga ketat dengan todongan senjata api. Singkat cerita, beberapa hari menjelang bebas, ketegangan mulai terasa. Puncaknya, pada 27 April 2011. "Para perompak yang awalnya setuju dengan tebusan, menolak. Mereka ternyata pecah pandangan," kata Masbugin. Padahal, kata Masbugin, M. Salah, komandan perompak itu sudah teken persetujuan besaran uang tebusan. Diperkirakan sekitar US $ 3 juta. Menurut Masbugin, akibat tekanan psikis karena para perompak bersenjata, para awak kapal tidak bisa berbuat banyak. "Kami takut mereka bersenjata. Kalau tidak, kami lawan. Di antara mereka bahkan mengancam membunuh saya," kata Masbugin. Masbugin juga sempat mendokumentasikan dengan kameranya. "Seperti film, saya tahu urut-urutan ceritanya," ujarnya bahagia. Kapten Kapal Slamet Juhari juga punya pengalaman yang tak kalah menegangkan. Bahkan dia sempat mengatakan mau tinggal bersama perompak asalkan anak buahnya bebas. Juhari juga keras berbicara kepada kepala perompak, agar tidak mencederai anak buahnya. Juhari mengakumanut saja saat isi dompetnya dikuras perompak. Awalnya, saat perampok datang, mereka mengatakan salah tangkap. Apalagi tahu sesama muslim dan berasal dari Indonesia. Bahkan, para perompak meminta Juhari ikut mencari target. "Saya ikuti saja muter-muter tiga hari tapi tidak dapat (target). Tapi , mereka tidak tahu kalau saya sudah menghubungi 'dunia' bahwa kapal kami disandera," kata Juhari. Bagi Masbugin dan Juhari, laut adalah dunia mereka. Keduanya tidak kapok untuk kembali berlayar. "Saya tidak bisa bekerja di darat," kata Juhari lagi. Sedangkan Masbugin juga tidak kapok untuk berlayar suatu saat nanti, "Asalkan jangan lewat Somalia," katanya menutup kisah. AYU CIPTA |
Sponsored Links | |
Space available |
Post Reply |
|