
NET
Wakil Ketua Umum DPP Partai Gerindra, Fadli Zon
Minggu (20/10/2013) Lingkaran Survei Indonesia (LSI) merilis survei terbarunya terkait Capres 2014. Rilis LSI yang bertepatan dengan ulang tahun salah satu partai politik. Dalam rilisnya diungkap, ada 3 capres yang bisa maju di Pilpres 2014 karena diusung tiga parpol teratas hasil survei tersebut, yaitu: Aburizal Bakrie (Golkar: 20,4 persen); Megawati Soekarno Puteri (PDIP: 18,7 persen) dan Capres hasil konvensi Partai Demokrat (PD: 9,8 persen). Sedangkan Prabowo Subianto (Gerindra: 6,6 persen) dan Jokowi ditempatkan sebagai "Capres Wacana".
LSI menggunakan tiga ukuran/indeks. Pertama, Capres dicalonkan tiga parpol teratas dalam perolehan suara pemilu. Kedua, Capres merupakan pengurus struktural partai.Ketiga, Capres dicalonkan secara resmi oleh parpol.
"Ketiga alasan tersebut menjadi sumir. Ukuran LSI terlalu sederhana, tidak mempertimbangkan koalisi antara partai politik. LSI juga tidak pertimbangkan perilaku pemilih maupun fluktuasi dukungan terhadap partai politik. Dalam penelitian, dikenal measurement error, bila skala pengukuran lemah akan mempengaruhi kualitas dan hasil penelitian," ujar Wakil Ketua Umum DPP Partai Gerindra, Fadli Zon, Senin (21/10/2013).
Survei sebagai salah satu bentuk ilmu pengetahuan, Fadli mengingatkan, tak boleh dilakukan secara tendensius. Oleh karena itu, lembaga survei sebaiknya jangan menjadi konsultan politik dari salah satu kandidat.
"Metode push poll yang bertujuan untuk membentuk opini masyarakat terhadap kandidat tertentu, ketimbang mengumpulkan opini masyarakat secara umum, masih diperdebatkan penggunaannya di kalangan peneliti, tetapi sebagian besar menolak menggunakan metode push poll," tegasnya.
Untuk menjamin kredibilitas, tegas
Fadli Zon lagi, lembaga survei juga harus menjelaskan sumber pendanaan, apakah dari internal perusahaan atau klien.
"Survei yang dibuat konsultan politik biasanya akan menguntungkan pemesan atau klien. Sangat manipulatif dan tak mendidik. Kami tak khawatir. Rakyat yang memilih," pungkasnya.