
12th May 2011
|
 |
Ceriwis Geek
|
|
Join Date: Nov 2010
Location: PIC#01
Posts: 19,459
Rep Power: 0
|
|
Pro-Kontra Ganja Saban Mei

ANTARA/ Reno Esnir
Quote:
TEMPO Interaktif, Jakarta - Setiap akhir pekan pada bulan Mei, para aktivis legalisasi ganja di sejumlah kota di dunia menggelar aksi turun ke jalan untuk memperingati hari Global Marijuana March. Di Jakarta, aksi serupa juga dilakukan sekelompok orang dari Lingkar Ganja Nusantara, Sabtu lalu, dengan membawa berbagai spanduk berisi permintaan untuk melegalkan ganja dan bahwa ganja bukanlah narkoba.
Dalam kegiatan tersebut, sekitar 50 aktivis legalisasi ganja berkaus putih bergambar daun Cannabis sativa dengan latar belakang kepulauan Nusantara dan pita hijau terikat di lengan itu mengelilingi Tugu Tani di tengah pengawalan ketat polisi. Mereka menyatakan bila ganja dilegalisasi, peredarannya justru bisa diawasi dengan lebih mudah oleh pemerintah sehingga risiko penyalahgunaannya bisa diperkecil.
Namun, Badan Narkotika Nasional (BNN) ragu, penyalahgunaan tanaman Cannabis sativa itu bisa ditekan dengan melegalisasi ganja. "Bila ganja dilegalisasi, secara logis semua orang malah lebih mudah mendapatkannya sehingga risiko penyalahgunaannya dikhawatirkan meningkat," kata Kepala Humas BNN Sumirat Dwiyanto.
Penolakan juga disampaikan oleh Ketua Komnas Perlindungan Anak Arist Merdeka Sirait dengan alasan bahwa legalisasi ganja akan merusak masa depan dan kehidupan anak muda. Tanpa dilegalisasi sekalipun, ganja sudah banyak merusak generasi muda.
Efek halusinasi ganja membuat anak asyik sendiri, tak mempedulikan orang tua, keluarga, guru, agama, dan orang lain. "Komnas Anak berdiri paling depan menolak legalisasi ganja," kata Arist, akhir pekan lalu. "Anak yang sudah terkontaminasi akan rusak otaknya, juga masa depannya."
Dalam kegiatan yang berlangsung selama beberapa jam itu, para aktivis juga mendesak dicabutnya ganja dari golongan narkotika serta dihentikannya kriminalisasi terhadap pecandu. "Informasi kepada masyarakat lebih banyak buruknya, padahal ganja itu banyak manfaatnya, baik untuk medis maupun industri," kata Siti Soraya Kasandra, salah seorang peserta aksi tersebut.
Meski bukan pengguna mariyuana atau ganja, Siti ingin memberi edukasi dan fakta obyektif tentang tanaman tersebut, sebab masyarakat kurang memahami tanaman yang sebenarnya bisa dimanfaatkan untuk obat kemoterapi dan AIDS itu bahkan digunakan sebagai bahan baku industri kertas.
Ketua Lingkar Ganja Nusantara Dhira Narayana menyatakan pemerintah tidak obyektif dalam memandang tanaman yang dianggap zat adiktif ini. "Kami mengumpulkan bahan dan menerjemahkan jurnal ilmiah, ternyata ada fakta bahwa ganja memberikan manfaat," katanya.
Ahli kesehatan, Prof. Dr. dr. Dadang Hawari menolak dengan tegas gagasan melegalisasi ganja di Indonesia karena konsumsi tanaman itu sangat berbahaya bagi kesehatan psikis. "Ganja memang tidak membunuh, tapi membuat orang sakit jiwa," ujarnya.
Efek yang timbul saat mengkonsumsi ganja adalah euforia, yaitu rasa senang yang tidak diketahui penyebabnya. Pemakai ganja juga mengalami delusi, yaitu munculnya waham atau rasa percaya pada apa yang dianggap benar, padahal tidak. Efek ini akan menimbulkan dampak jangka panjang berupa gangguan mental dan perilaku pada pengguna.
Pengguna ganja akan mengalami keadaan maladaptif atau tak bisa beradaptasi dengan kenyataan. Dadang sering merawat pasien yang mengalami gangguan mental lantaran ganja. "Yang awalnya baik-baik saja, setelah memakai ganja berubah 180 derajat," katanya. "Jadi sering bolos, produktivitasnya menurun."
Dadang tak pernah mendengar pemakaian ganja untuk keperluan medis, seperti kemoterapi untuk kanker atau pengobatan HIV/AIDS. Pada saat ini, dunia kedokteran sudah mulai meninggalkan zat bersifat adiktif untuk keperluan medis. "Morfin saja sekarang sudah tak dipakai, diganti dengan analgesik (penghilang rasa sakit) yang tak membuat kecanduan," katanya.
Di sejumlah negara, daun ganja memang telah diolah menjadi kertas yang dinamakan hemp paper. Bahkan disebutkan, kertas dari serat tanaman ganja tahan ratusan tahun lebih lama dibanding kertas dari pulp kayu. Sumirat Dwiyanto mengatakan selama masih ada bahan baku lain untuk membuat kertas, sebaiknya ganja tidak digunakan. "Manfaat ganja tidak sebanding dengan mudaratnya," katanya.
Dhira mengatakan aksi kampanye ini mulai intensif dilakukan sejak 2010. Indonesia sudah menjadi bagian dari 255 kota di 100 negara yang menggelar aksi Global Marijuana March. Kegiatan itu sebenarnya merupakan perayaan untuk menerima penggunaan ganja sebagai sebuah pilihan gaya hidup individu. Para peserta berkumpul untuk mendiskusikan, mendukung, dan memberi edukasi tentang ganja.
TJANDRA DEWI | FRANSISCO ROSARIANS | ALWAN RIDHA RAMDANI | RATNANING ASIH
|
|