|
Post Reply |
Tweet | Thread Tools |
#1
|
||||
|
||||
![]() ![]() Dulu, layang-layang hanya diterbangkan dan diadu dengan layangan lainnya. Layang-layang dengan benang paling tajam menjadi pemenang. Namun kini, layang-layang berkembang menjadi hobi mengasyikkan. Di tangan orang-orang kreatif, layang-layang pun bisa dibentuk dengan beragam rupa. Adrenalin terasa begitu bergejolak kala tali layang-layang mulai dibentangkan. Tiupan angin kencang dengan kecepatan lima knot di pantai menerpa bahan ritstop ukuran besar berbentuk cumi-cumi. Akhirnya, layang-layang itu mulai mengangkasa. Sang pemain mulai mengendalikan mainannya itu dengan sekuat tenaga karena layang-layang terus bergerak ke kanan ke kiri, membuat manuver. Moerseto Mardowo menceritakan pengalamannya kala menerbangkan layang-layang di Pantai Carnaval, Ancol, Jakarta Utara. Seto, panggilan akrabnya, menuturkan ada sensasi berbeda dari permainan yang banyak digemari anak-anak itu. Ketika layang-layang dengan susah payah bisa diterbangkan, lanjut Seto, sensasi kebebasan dan keberhasilan yang luar biasa langsung terasa dalam diri sang pemain. Dirinya kerap terjengkang karena tertarik layang-layang berukuran besar ini. Bahkan, diakui Seto, kakinya pernah terkilir karena menahan layang-layang dengan empat tali ini. Namun apakah itu membuatnya kapok? �Kejadian tersebut tidak membuat saya berhenti menerbangkan layang-layang,� jelas Seto. Seto menjelaskan untuk menjalani hobinya tersebut, ada beberapa �aturan� yang mesti dipatuhi. Misalnya selalu membawa kantong kain berukuran besar. Nantinya, kain tersebut diisi pasir pantai yang diikatkan pada patok besi untuk mengikat tali layanglayang. Dengan ukurannya yang begitu besar, lebih dari 100 meter, tidak mungkin pemain dengan mudah mengendalikannya. Bukannya menikmati keindahan serta sensasinya, jangan-jangan malah terbawa terbang. Pada kesempatan tersebut, Seto pun mengaku tidak begitu menghiraukan sengatan matahari saat menerbangkan mainan kesukaannya itu. �Panasnya sinar matahari tidak terlalu kami hiraukan. Para pelayang menikmati angin dan sinar matahari yang panas. Itu sensasi tersendiri. Puas rasanya jika layang-layang kita terbang, apalagi kalau layang-layang itu hasil kreasi dan desain kita sendiri,� tutur arsitek berusia 54 tahun itu. Pada dasarnya, permainan ini sudah disukai Seto sejak kecil. Namun, serius menekuni hobi itu, dikatakan Seto, dimulainya pada 1993, seusai mengikuti festival layang-layang di Selandia Baru. Jalin Persaudaraan Sejak festival tersebut, peserta asal Indonesia selalu aktif mengikuti festival layang-layang internasional. Dalam satu tahun ada enam hingga sepuluh ajang besar skala internasional. Namun di luar itu, ada festival lain yang skalanya lebih kecil, dan jumlahnya bisa mencapai puluhan. �Selama satu setengah bulan ini saja, tim Indonesia sudah ikut lima festival internasional. Dan Indonesia juga sudah mulai dipandang peserta negara lain dari segi kreativitas dan partisipasi,� ujar Seto. Belakangan ini, ditambahkan Seto, dia juga menggandrungi layang-layang modern. Layanglayang ini memiliki rangka terbuat dari karbon yang lentur namun kuat, tali dari bahan kevlar, dan bahan layang-layang dari kain ritstop, sejenis kain nilon yang tipis. Seto pun kerap membeli layang-layang saat mengikuti festival. Berbagai bentuk dan ukuran layang-layang dia koleksi. Kini, ribuan layang-layangnya disimpan rapi di rumah. Sebagian dia pajang di Museum Layang-layang milik Endang Wijanarko Puspoyo. Di Surabaya, tempat tinggalnya, dia mendirikan Perlabaya atau Persatuan Pelayang Surabaya. Kini jumlah anggotanya mencapai ratusan, terdiri dari berbagai latar belakang. Namun yang terbanyak adalah seniman, arsitek, dan desainer grafis karena menurutnya layang-layang memiliki nilai seni. Tak puas hanya membeli, Seto pun mulai membuat layang-layang sendiri. Dia selalu membuka mata dan telinga saat mengikuti festival layang-layang di luar negeri. �Salah satu tujuan ikut berbagai festival adalah mempelajari teknologi pembuatan layang-layang modern serta bahan-bahan pembuatnya,� ungkap Seto. Menurut Seto, kepuasan tiap pembuat layang-layang berbedabeda, bergantung pada pembuat dan penikmat hasil kreasinya. Dia mencontohkan peserta dari Jepang pernah membuat layanglayang kecil seukuran kuku orang dewasa. �Saat menerbangkannya, dia bangga sekali sambil berlari-lari. Dan itu memang bukan sembarang layang-layang karena ketika kita lihat lukisan di tubuh layanglayang dengan kaca pembesar, ada gambar yang begitu mendetail, bukan hanya asal coret,� terang Seto. Bangun Museum Endang Widjanarko Puspoyo, istri mantan Kepala Bulog Widjanarko Puspoyo, juga termasuk pehobi layang-layang. Banyak koleksinya dari berbagai daerah di Indonesia hingga layanglayang buatan negara-negara Eropa. Semua itu dia dapatkan seusai mengikuti berbagai festival di luar negeri dan berbagai daerah di Indonesia. Karena sudah mencapai ribuan, Endang merasa perlu menempatkan koleksinya dalam sebuah museum. Pada 21 Maret 2003, Museum Layang-layang yang terletak di Pondok Labu pun berdiri. Untuk masuk museum tersebut, setiap pengunjung hanya dikenakan biaya 10 ribu rupiah. Tarif sebesar itu sudah termasuk untuk melihat koleksi museum dan video tentang sejarah layanglayang. Selain itu, ada biaya paket sebesar 40 ribu rupiah. Dengan tarif ini, pengunjung diberikan pelatihan membuat layanglayang yang bisa langsung dibawa pulang begitu selesai dikerjakan. Koleksi di museum ini bermacam-macam. Layang layang terbesar berukuran 32 x 8 meter, bernama Mega Ray. Layang-layang ini berbentuk ikan pari, berasal dari Selandia Baru. Sedangkan yang terkecil berukuran 22 milimeter (2,2 cm). Koleksi Nusantara antara lain layang-layang berbentuk becak, atau rumah gadang dari Sumatra Barat. Dari Sulawesi Tenggara ada layangan Kaghati yang dibuat dari daun gadung, memakai serat daun nanas untuk menjahitnya. Dari Kalimantan Selatan juga ada, yakni sepasang layanglayang bernama Dandang Laki dan Dandang Bini. Layang-layang itu terbuat dari beberapa potong bambu berukuran panjang 1,5 meter dengan diameter 20 cm. Diperkirakan, usianya sudah mencapai 43-53 tahun. |
#2
|
|||
|
|||
![]()
Jadi inget wkt msh anak2 gan ... Seru bgt main layang2
|
#4
|
||||
|
||||
![]()
keinget jaman SD,sekarang udh jarang
ane liat yg main layang2 lagi ![]() |
#5
|
||||
|
||||
![]()
sama ndan,sayang skrg g bisa main lagi
![]() |
#6
|
||||
|
||||
![]()
layang2 usia puluhan th,ckckck baru dengar....
|
Sponsored Links | |
Space available |
Post Reply |
|