FAQ |
Calendar |
![]() |
#1
|
||||
|
||||
![]() Sombong, Munafik, Keras kepala dan Terjang Batasan-batasan Banyak orang bilang “Gapailah mimpimu setinggi-tingginya!”. Gaya tarik seseorang dengan mimpi dan harapan adalah sebuah kekuatan yang tak akan pernah bisa terukur dengan sebuah kepuasan. Walau pun ketika di tanya “Apa akhir dari sebuah pencapaian itu?”. Maka sudah pastilah jawabanya sebuah kepuasan. Jika kepuasan adalah titik akhir dari sebuah mimpi dan pencapaian yang berarti memiliki titik akhir di mana seseorang akan berhenti pada titik yang sudah di tentukan sebelumnya. Maka hal yang dikatakan cukup pun akhirnya menjadi pembatas seseorang untuk meneruskan mimpi lain dan baru yang sebenarnya jauh lebih memuskan daripada mimpi sebelumnya. Seorang teman membuat sebuah pernyataan bahwa dia merasa tidak pernah merasa puas dengan apa yang telah di capainya. Seakan dia selalu menuntut hal lebih dari apa yang telah di capainya, jika di pikir-pikir hal ini seolah menjadi sesuatu yang terlihat serakah serta arogan. Berawal dari hal kecil yang akhirnya berubah menjadi semakin besar dan besar. Contoh dimulai dari selembar kertas, lalu buku, tas, kemudian berlanjut lagi ke hal yang lebih glamor seperti baju mahal, permata emas dan seterusnya. Tapi dari sifat serakah itulah kekuatan dari mimpi yang berubah menjadi sebuah semangat untuk terus mencoba dan membuat bermacam-macam pembuktian bahwa dia selalu mampu untuk melakukan pencapaian yang sebenarnya tidak pernah memiliki titik dari kepuasan itu. Mungkin hal ini yang sedang saya gali saat ini. Saya memulai dari hal kecil yang terus saya kembangkan untuk menjadi semakin besar. Jika adanya kemauan atas sesuatu yang setiap kali pencapaian itu tercapai menjadi hal yang semakin besar lagi maka sudah pasti gaya tarik dalam hukum magnet yang ada antara manusia dengan keinginan itu menjadi semakin besar. Semakin besar gaya tarik itu, semakin kuat juga tindakan atau kerja keras yang dilakukan oleh saya untuk mendapatkan hal yang sebenarnya semakin membesar saja. Sombong, serakah, munafik, keras kepala serta hal-hal yang di padang sebagai hal negatif ternyata memang harus selalu ada di dalam jiwa manusia. Hal-hal itu yang sebenarnya menajdi kekuatan dengan dasaran pengontrolan yang tepat. Jika ada seseorang yang mengaku bahwa dia tidak sombong, munafik serta keras kepala atas apa yang telah di capainya maka sudah pasti orang itu adalah orang yang tidak sadar diri bahwa dia sudah melakukan hal-hal itu sebelumnya. * Saya selalu menghindari batasan itu. Bagi saya jika ingin bercerita tentang sesuatu sudah pasti jangan pernah menampakkan kepalsuan dalam cerita itu, seperti menggunakan kata pengganti yang jauh lebih sopan sehingga tulisan yang tersajikan terasa tidak tepat sasaran. Tulis saja apa yang terlintas di dalam kepala anda walau pun itu sangat tidak sopan sekali pun. contoh dari hal ini pernah saya temui di salah satu novel terjemah di mana di sana di ceritakan tentang sebuah surat yang sangat tidak pantas untuk di baca. Tapi dengan kata-kata yang tepat sasaran maka kata yang terangkai terasa biasa dan sangat berkesan : Contoh : setiap kali aku melihat dirimu dari balik siluet kejauhan aku selalu membayangkan dirimu ada di samping ku tanpa busana, aku menciumi bibirmu hingga mencapai kemaluanmu yang terasa basah. Contoh di atas itu tergambar sangat kuat bukan, di mana si penulis sangat jujur tentang keinginannya mencium kamluan yang dikatakannya terasa basah. Mengapa harus menggantinya dengan kata yang lain jika kata itu adalah kata yang lebih cocok dan tepat. Contoh lain lagi seperti yang pernah di tuliskan oleh Djenar Maesa Ayu dalam cerpennya yang berjudul Menyusu Ayah : “…..Karena saya tidak mengisap puting payudara Ibu. Saya mengisap pen|s Ayah. Dan saya tidak menyedot air susu Ibu. Saya menyedot air mani Ayah….” Kalimat yang dirangkai oleh Djenar begitu kuat bukan, dia menggambarkan pengalaman yang mengerikan dengan bahasa yang lugas dan tepat sasaran. Jadi sadarkah anda atas batasan yang telah anda lakukan dalam ber-fiksi?. * Jika kita di sebut sebagai seorang yang sombong dan arogan atas apa yang telah kita lakukan mengapa kita harus marah, toh anggap saja orang-orang itu beriri hati kepada kita bahwa sebenarnya orang-orang itu tidak pernah berani membebaskan diri mereka dari sebuah batasan yang sebenarnya mengunci pergerakan mereka.(sumber) Terkait:
__________________
ﷲ ☯ ✡ ☨ ✞ ✝ ☮ ☥ ☦ ☧ ☩ ☪ ☫ ☬ ☭ ✌
Last edited by vals; 28th May 2011 at 09:13 AM. Reason: ganti pict |
![]() |
|
|