FAQ |
Calendar |
![]() |
|
News Semua berita yg terjadi di dunia internasional ataupun lokal diupdate disini |
![]() |
|
Thread Tools |
#1
|
||||
|
||||
![]() ![]() Seorang gadis remaja di New Jersey, AS, kalah dalam putaran pertama upaya hukumnya untuk menuntut orangtuanya membayar uang kuliah dan biaya hidupnya. Kasus itu tengah dipantau secara saksama di AS karena hal itu berkaitan dengan konflik yang tampaknya universal antara orangtua dan para anak remaja mereka. Rachel Canning, nama gadis remaja itu, meninggalkan rumah dua hari sebelum ulang tahunnya yang ke-18 pada Oktober lalu. Dalam persidangan hari Selasa (4/3/2014) di pengadilan di Morristown, New Jersey, Canning menuntut bayaran 723 dollar AS untuk tunjangan anak mingguan dan sisa uang sekolahnya di Morris Catholic High School. Hakim Pengadilan Tinggi Peter Bogaard menolak tuntutan itu tetapi memerintahkan para pihak kembali ke pengadilan pada 22 April mendatang. Sidang pada April itu untuk mendebat pertanyaan yang lebih luas, yaitu apakah orangtuanya wajib memberikan dukungan finansial buat seorang anak perempuan yang mengatakan dia terpaksa meninggalkan rumah karena orangtuanya kasar. Pihak keluarga mengatakan, remaja tersebut pergi karena ia menolak untuk mematuhi aturan rumah, termasuk melakukan beberapa tugas dan mematuhi jam malam. Sementara masalah itu masih harus diperdebatkan. Hakim itu pada Selasa menyampaikan rasa skeptis tentang beberapa klaim remaja itu dan dampak potensial pada kasus-kasus lain dalam perselisihan keluarga dan konflik antar-generasi. Hakim Bogaard mengatakan, gugatan itu dapat menyebabkan para remaja mencemooh orangtua mereka, meninggalkan rumah, dan kemudian meminta dukungan finansial. "Apakah kita akan membuka pintu gerbang bagi anak 12 tahun menuntut untuk mendapatkan Xbox? Anak 13 tahun menuntut untuk mendapatkan iPhone?" tanyanya. "Kita harus berhati-hati terhadap potensi dari suatu tindakan yang tidak dapat diterima." Ketika hakim Bogaard membaca pesan dari mesin penjawab telepon yang penuh sumpah serapah dan kemarahan yang ditinggalkan Rachel untuk ibunya, Elizabeth, di mana gadis itu berkata, "Saya akan menghajar mukamu," Bogaar berkata, "Apakah Anda pernah dalam pengalaman Anda melihat kekurangajaran semacam itu untuk orangtua? saya tidak melihat itu di rumah saya." Kasus di New Jersey menarik perhatian di AS karena hal itu menyoroti kekhawatiran para orangtua tentang remaja yang bertumbuh dan mungkin menolak kendali dari otoritas orangtua. Dokumen pengadilan tentang kasus itu tampaknya mendukung diktum terkenal Leo Tolstoy: "Semua keluarga bahagia sama. Namun, keluarga-keluarga yang tidak bahagia, ketidakbahagiannya berbeda-beda." Dokumen pengadilan itu penuh dengan tuduhan dan penyangkalan. ![]() Menurut Rachel Canning, ia meninggalkan rumah sebelum ia berusia 18 tahun, setelah orangtuanya berpisah lalu berdamai dan remaja itu mulai mengalami kesulitan di sekolah menengah. Canning, seorang pemandu sorak dan pemain lacrosse, berharap bisa menjadi seorang insinyur biomedis. Ia mengatakan orangtuanya kasar, berkontribusi pada gangguan makan yang dia alami dan mendorongnya untuk mendapatkan beasiswa basket. Dalam dokumen pengadilannya, orangtua Canning, yaitu pensiunan Kepala Polisi Lincoln Park, Sean Canning, dan istrinya, Elizabeth, mengatakan putri mereka secara sukarela telah meninggalkan rumah karena dia tidak ingin mematuhi aturan rumah tangga yang wajar, seperti bersikap hormat, mengikuti aturan jam malam, melakukan beberapa tugas dan mengakhiri hubungan dengan seorang pacar yang menurut orangtuanya berpengaruh buruk. Mereka mengatakan, tak lama sebelum dia berumur 18 tahun, gadis itu mengatakan kepada orang tuanya bahwa dia akan menjadi orang dewasa dan bisa melakukan apa pun yang diinginkannya. Orangtuanya mengatakan mereka mendukung, membantunya melewati gangguan makan, dan membiayai dia masuk sekolah swasta. Pengacara remaja itu, Tanya Helfand, kepada hakim mengatakan, keluarga telah membuat Rachel "kesulitan karena mereka tidak mau membayar." Helfand mengatakan bahwa kliennya membentuk perilakunya dari orangtuanya, terutama ibunya, dengan siapa ia punya hubungan yang sulit. "Orang-orang ini yang menyebut dirinya orangtua yang penuh kasih melukiskan potret paling menjijikkan tentang putri mereka" dalam dokumen pengadilan, kata Helfand. "Mereka menunjuk jari demi menghindari tanggung jawab mereka sebagai orangtua." Laurie Rush-Masuret, pengacara yang mewakili orangtua, menyebut klaim Rachel Canning keterlaluan. "Tidak ada kekerasan. Tidak ada pengabaian," kata pengacara itu. "Mereka bukan orangtua yang tidak pantas. Dia bisa pulang malam ini." Rachel Canning kini telah tinggal bersama keluarga sahabatnya. Adapun Sean Canning mengatakan kepada stasiun televisi WCBS TV pada Senin bahwa ia "tercengang" mendapati dirinya sedang digugat oleh salah satu dari tiga anak perempuannya. Dia menyebut Rachel "pemberontak" dan mengatakan, dana kuliahnya aman. "Kami punya sebuah universitas yang tersedia untuknya, tidak ada keraguan soal itu," kata sang ayah. |
#2
|
||||
|
||||
![]()
Tes reply ya
Sent from my iPhone using Ceriwis |
#3
|
|||
|
|||
![]() Last edited by Jafar.Siddik; 7th March 2014 at 02:23 PM. |
#4
|
|||
|
|||
![]()
musti kudu sabar buat hadepin anak macam gini nih.
Apa yang diinginkan wanita berpotongan dada rendah? Perhatian atau sebaliknya? |
![]() |
|
|