
Siti Asiyah/KBRI Suriname Joget Sikep adalah salah satu budaya Belanda yang diserap masyarakat Suriname. Warga keturunan Jawa juga kerap menggelar joget sikep dalam perhelatan acara tertentu namun dengan iringan lagu pop Jawa atau Indonesia.
Oleh: Siti Aisyah, Staf KBRI Suriname
Meski masih memegang warisan budaya leluhur, masyarakat keturunan Jawa di Suriname tak bisa tidak untuk menyesuaikan diri dengan budaya setempat.
Suriname, yang seperti Indonesia, pernah dijajah Belanda, menyerap banyak kultur Negeri Tulip dalam kehidupan sehari-hari, salah satunya adalah budaya
joget sikep.
Sekilas dari bahasanya, budaya ini terkesan seperti sebuah tarian khas Jawa. Ternyata,
joget sikep adalah budaya dansa asal Belanda yang dalam bahasa aslinya disebut
tegeldans.
Nah, masyarakat Suriname keturunan Jawa juga kerap menggelar
tegeldans dalam acara-acara tertentu. Menariknya, saat berdansa, masyarakat Jawa Suriname tak menggunakan lagu-lagu Barat, tetapi lebih suka menggunakan lagu-lagu pop berbahasa Jawa dan Indonesia.
Lagu yang paling digemari untuk mengiringi
tegeldans adalah lagu berjudul "Pulang Jo" asal Manado, Sulawesi Utara. Tak hanya lagu asal Manado itu yang populer di kalangan masyarakat Jawa di Suriname. Beberapa lagu dari grup band Wali, misalnya "Baik-baik Sayang", juga populer, dan bahkan kerap dibawakan oleh grup-grup musik Suriname.
Selain itu, lagu-lagu pop bahasa Jawa karya Didi Kempot serta lagu keroncong Mus Mulyadi dan Waljinah juga dengan mudah ditemukan di Suriname. Bahkan, para musisi Indonesia itu sudah berulang kali
manggung di Suriname.
Warisan budaya Jawa ini juga berpengaruh pada perkembangan musik berbahasa Jawa di Suriname. Di negeri ini, bahasa Jawa tak melulu digunakan untuk musik-musik tradisional semacam campur sari atau gamelan tradisional.
Tak jarang ditemukan, grup band rock di Suriname membawakan lagu-lagu karya mereka dalam bahasa Jawa, hal yang justru jarang atau tak pernah terjadi di Indonesia saat ini.