FAQ |
Calendar |
![]() |
|
Nasional Berita dalam negeri, informasi terupdate bisa kamu temukan disini |
![]() |
|
Thread Tools |
#1
|
||||
|
||||
![]() ![]() Panglima TNI Jenderal TNI Moeldoko (Puspen TNI) Meski banyak dikritik terkait latihan TNI di Poso, Sulawesi Tengah, Panglima TNI Jenderal Moeldoko menegaskan, tetap akan menggelar latihan itu. Apalagi, Densus 88 Antiteror, telah menembak mati terduga teroris jaringan Santoso, Daeng Koro di Pegunungan Biru. "Begini loh, sudah kita sampaikan dalam permainan taktik itu, kan di Poso itu gunungnya bergelombang, kemungkinan teman-teman polisi masuk ke sana agak sulit. Untuk itu diperlukan TNI untuk mengobrak-abrik. Dengan begitu dia akan keluar dari sarangnya, teman-teman polisi mudah menangkap dia," jelas Panglima Jenderal Moeldoko, di Istana Negara Jakarta, Selasa 7 April 2015. Moeldoko mengatakan, taktik ini yang terus dikembangkan. Guna memberantas terduga terorisme. Optimisme untuk terus mengejar terduga terorisme ini juga karena dukungan dari Polri. Terlebih, Presiden Joko Widodo mendukung langkah TNI dan Polri ini. "Presiden sudah kita lapori, Presiden setuju. Panglima TNI tidak mau melakukan tindakan sendirian tanpa kontrol government, nggak dong. Semua undercontrol," katanya. Meski telah mendapat dukungan dari Presiden Jokowi, namun pernyataan Moeldoko justru tidak sejalan dengan penyataan Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan, Tedjo Edhy Purdijatno. Dengan tegas, Tedjo menepis tudingan sebagian kalangan bahwa latihan TNI di Poso sekaligus untuk memburu kelompok teroris di daerah itu. Menurutnya, Poso adalah wilayah yang cocok untuk latihan militer. Tedjo menambahkan, bahwa latihan bagi prajurit TNI adalah kewajiban. Latihan bukan hanya untuk meningkatkan kemampuan personel tetapi juga sebagai bentuk pertanggungjawaban prajurit TNI kepada negara. Mengenai rencana pembentukan batalion baru untuk memperkuat pertahanan di Poso, dia menyerahkan semua kepada Panglima TNI. "Nanti tergantung kebutuhan. Sudah ada aparat kewilayahan di sana. Tapi tergantung bagaimana nanti apa ditambah atau tidak. Panglima TNI yang menyiapkan," katanya. Selama latihan digelar, ribuan pasukan TNI menggempur Gunung Biru di Kabupaten Poso. TNI meluncurkan roket-roket RM-70 Grad untuk menghancurkan tempat persembunyian kelompok sipil bersenjata pimpinan Santoso dan Daeng Koro. Daeng Koro yang merupakan desersi Komando Pasukan Khusus (Kopassus) TNI AD, sudah tewas ditembak Densus 88 di Desa Pangi, Kecamatan Parigi, Poso, Sulawesi Tengah. Dari pendataan, Daeng Koro adalah pelatih dan ketua pelaksana beberapa kegiatan pelatihan militer atau tadrib asykari di daerah Tuturuga, Kabupaten Morowali, tadrib di Sulawesi Barat, tadrib di Mambi, dan tadrib di gunung Tamajeka, Poso. Dia juga aktor intelektual dalam pembunuhan Brigadir Polisi Satu Andi Sapa dan Brigadir Sudirman di Tamanjeka, Desa Masani, Poso. Daeng Karo juga adalah pelaku penghadangan dan penembakan anggota Brimob di Kalora. Kemudian, dia sebagai perakit bom Pantagolemba dan pelaku pengadaan senjata yang kini menjadi senjata inventaris Mujahid Indonesia Timur (MIT). Daeng juga sebagai ahli strategi bagi pergerakan kelompok MIT. Dia juga aktor intelektual penembakan warga masyarakat di Desa Masani. Densus 88 juga menembak mati anak buah Daen Koro, Farid alias Imam alias Ibrohim. Terkait dengan latihan operasi Pasukan Pemukul Reaksi Cepat (PPRC) TNI yang dilangsungkan di Poso, Komnas HAM yakin penggunaan peralatan operasi seperti peluru tajam, dikhawatirkan akan berakibat tidak baik kepada masyarakat di sekitar lokasi latihan. Latihan ini digelar terhitung sejak 22 Maret 2015 hingga 15 April 2015, ribuan personel TNI itu terdiri dari Kopassus (AD), Marinir-Kopaska (AL) dan Paskhas (AU) sudah dikerahkan dalam latihan operasi militer yang tergabung dalam PPRC di Poso. |
#2
|
|||
|
|||
![]()
Ayo komandan, hancurkan pemberontak-pemberontak, kasian warga yang ada di daerah konflik
Spoiler for Klik:
|
#3
|
|||
|
|||
![]() |
#4
|
|||
|
|||
![]() |
#5
|
|||
|
|||
![]() |
![]() |
|
|