
5th June 2011
|
 |
Ceriwis Geek
|
|
Join Date: Nov 2010
Location: PIC#01
Posts: 19,459
Rep Power: 0
|
|
Jakarta-Bali pun Jadi Penuh Makna
Quote:
BEBERAPA waktu laluMedia Indonesiaberkesempatan melakukan perjalanan darat menggunakan beberapa seri BMW terbaru, dari Jakarta ke Pulau Dewata, Bali.
Tujuan utamanya ingin menguji keekonomisan mesin advanced diesel poduksi Bosch, yang diaplikasikan pada sejumlah produk seri terbaru BMW. Tetapi, karena perjalanan ini melalui sejumlah kota pengalaman sepanjang jalan bisa jadi memori yang tidak terlupakan.
Apalagi konvoi kendaraan dalam perjalanan ini adalah sejumlah seri BMW yang mengandalkan mesin diesel generasi baru, seperti BMW X1sDrive20d, X3xDrive20d, X5xDrive30d dan 520d. Selain itu, rombongan juga menyertakan satu unit BMW X3 versi bensin dan dua unit minibus sebagai kendaraan pendukung.
Soal kenyamanan, sejumlah fasilitas audio seperti CD player, radio, memang menjadi perlengkapan standar pada mobil kelahiran Bavaria, Jerman ini. Jadi urusan hiburan sepanjang perjalanan bukan masalah lagi. Untuk berkomunikasi antarkendaraan di sepanjang perjalanan, disediakan radio komunikasi.
Setelah mengisi bahan bakar di SPBU Pertamina di Jl MT Haryono, Jakarta, perjalanan pun dimulai. Pada rute Jakarta-Semarang, Media Indonesia mendapat kesempatan menikmati kenyamanan sedan premium BMW 520d, bermesin diesel dengan teknologi terkini.
Interior yang lapang untuk kelas sedan, dan transmisi otomatis 8 percepatan, membuat rute yang sarat jalan berlubang dan antrean kendaraan angkutan barang, dilalui dengan lincah dan nyaman.
Di rest area km 57 tol Jakarta-Cikampek segelas frapucino dari kedai kopi ternama, membangkitkan semangat untuk mengawali perjalanan. Lewat Cikampek dan melintas di simpang Jomin, aura Pantura Jawa pun mulai terasa. Jalan berlubang tersebar di sepanjang jalan. Deretan truk angkutan barang dan truk pengangkut BBM pun perlahan jalan beriringan. Alhasil, rangkaian BMW berbagai seri yang kami tunggangi untuk menuju Bali, terpaksa dihela dengan gaya Amerika.
"Karena truk-truk berjalan lambat terpaksa kita mendahuluinya dengan American Style alias lewat sisi kiri," ujar instruktur perjalanan di ujung radio komunikasi.
"Wuusss....wuss." BMW X1sDrive20d, X3xDrive20d, X5xDrive30d dan 520d ngacir melibas rangkaian truk dari sisi kiri. Jalur pantura yang permukaannya 'keriting' hingga Indramayu.
Jajaran penjual mangga di tepi jalan menjelang gerbang Tol Palimanan-Kanci (Palikanci), cukup menarik perhatian. Tetapi, paling menarik perhatian adalah gerbang Tol Palikanci. Jalan bebas hambatan memang sangat diharapkan, setelah sepanjang jalan bersaing dengan truk. Kenyatannya, jalan bebas hambatan yang seharusnya mulus itu pun malah berlimpah tambalan.
Tetapi kondisi tersebut bukan masalah yang berarti, karena setiap BMW dilengkapi teknologi suspensi yang sangat nyaman dengan mengombinasikan double-joint spring strut axle di depan dan five-link axle di belakang. Dengan teknologi ini kelincahan dan kenyamanan mengemudi di jalan penuh tambalan sangat terjamin.
Bertenaga
Tol Palikanci hingga Pejagan pun dilalui dengan mudah dan bertenaga. Setelah memacu BMW dengan sepenuh hati, rasa lapar pun hinggap dengan cepat. Apalagi kota terdekat lepas Pejagan adalah Tegal. Kota dengan semboyan Kota Bahari yang terkenal dengan kulinernya.
Karena salah satu kendaraan dalam rangkaian mendesak untuk mengisi bahan bakar, SPBU Pertamina MURI di Tegal pun jadi sasaran antara. Benar saja, di mini market yang berada di kompleks SPBU dengan 107 toilet itu, kuliner khas Tegal seperti tahu aci dan nasi bogana pun mulai menyapa. Lumayan, untuk mengganjal perut.
Tempat istirahat yang sesungguhnya, sekitar 10 km dari SPBU MURI Tegal. Rumah makan yang dilengkapi dengan tempat bermain anak ini, menghidangkan ikan bakar, karedok, puyung hay dan berbagai minuman segar, yang mampu menuntaskan rasa lapar.
Tidak berhenti sampai di situ, di Semarang lidah pun diminta mencicipi kuliner tempo dulu di rumah makan Pesta Keboen. Setelah istirahat semalaman di Semarang, rangkaian kendaraan premium kelahiran Bavaria, Jerman, ini siap melanjutkan rute perjalanan menuju Bali, melalui Solo – Ngawi – Jombang – Mojokerto – Pasuruan – Situbondo – Banyuwangi (Ketapang) – Gilimanuk – Negara dan Seminyak (Kuta), sepanjang 700 km.
Tanjakan Gombel jelang lepas Semarang, jalan berliku dan deretan pohon jati di Ungaran hingga antrean kendaraan di sekitar pabrik tekstil di daerah Ngawi, mewarnai perjalanan sepanjang pagi jelang siang.
Santap siang gaya prasmanan di Rumah Makan Notosuman di Ngawi jadi pilihan. Memasuki wilayah Jawa Timur, jalur jalan lebih didominasi dengan ruas jalan sempit, hanya cukup untuk dua kendaraan. Akibatnya, kendaraan seringkali berpapasan dengan bus yang melaju dengan kecepatan tinggi. Adrenalin pun diuji pada ruas ini.
Tekanan dalam perjalanan pun mencair ketika memasuki Jombang. Radio komunikasi yang semula hanya digunakan oleh instruktur perjalanan, kali ini digunakan untuk 'berdiskusi' oleh para peserta. Topik politik, sejarah, hingga banyolan segar meluncur bersahutan lewat radio komunikasi.
Aura kawasan pesisir mulai tercium apalagi sempat melintas di jalan raya Porong, Sidoarjo, kota yang kolaps akibat luapan lumpur alam yang keluar dari perut bumi. Kesan gersang, meranggas tanpa harapan sangat pekat saat melintas jalan yang di sepanjang tepinya berdiri tanggul penahan lumpur, menambah kesan was-was saat melintas.
Tetapi rasa itu segera berganti, karena ruas antara Pasuruan menuju Ketapang (Banyuwangi) diwarnai dengan sejumlah perbaikan jalan di beberapa ruas, hutan jati dan jalan berliku. Pemandangan terindah di ruas ini adalah saat melintasi pembangkit listrik di Paiton.
Di titik itu, ujung timur pulau Jawa ini seperti kota metropolitan dengan gedung berhias kelap-kelip lampu malam. Pulau Dewata pun tinggal sekedipan mata, dengan perantara feri untuk menyeberangi Selat Bali, rombongan pun menjejak di Bali saat fajar menyingsing. Sinar mentari, jalan berliku dan sawah yang hijau, serta deburan ombak terus menyapa sejak Gilimanuk, Negara hingga Seminyak.
Apalagi W Retreat & Spa Bali di kawasan Seminyak, Bali, yang menjadi tujuan akhir perjalanan, memberi kehangatan dan menebar keramahannya. Perjalanan Jakarta-Bali pun menjadi penuh makna. Meski hampir di sepanjang perjalan bertabur lubang memicu kemacetan, tetapi kehidupan terus berjalan.
Perjuangan hidup para pekerja tekstil di seputar Ungaran, petani di Bali, penjual mangga Indramayu di tepi jalan, memang tidak terpengaruh hiruk pikuk politik di negeri ini. Yang mungkin hiruk pikuk itu membuat jalan peninggalan Deandeles di zaman Belanda ini terus berlubang hingga akhir zaman.(M-1)
|
|