Ceriwis  

Go Back   Ceriwis > DISKUSI > News > Surat Pembaca

Surat Pembaca Posting ataupun baca komentar,keluhan ataupun laporan dari orang-orang dengan pengalaman baik/buruk.

Reply
 
Thread Tools
  #1  
Old 21st April 2015
Gusnan's Avatar
Gusnan Gusnan is offline
Moderator
 
Join Date: Jun 2013
Posts: 27,623
Rep Power: 49
Gusnan memiliki kawan yg banyakGusnan memiliki kawan yg banyakGusnan memiliki kawan yg banyak
Default Surat Kartini yang Membuat Saya Merinding (Sebuah Renungan di Hari Kartini)





Tjiptadinata











Surat Kartini yang Membuat Saya Merinding (Sebuah Renungan di Hari Kartini)
Pagi ini, saya mencoba membaca surat-surat Kartini, sebagai rasa hormat terhadap sosok wanita yang menjadi panutan kaum wanita. Tidak hanya bagi wanita yang terlahir di Pulau Jawa, tetapi juga oleh kaum wanita diseluruh Nusantara.
Tiba tiba mata saya bagaikan terpaku, membaca salah satu surat Kartini. Saya tidak tahu apakah diterjemahkan secara keliru dari bahasa Belanda atau memang tulisan ini aslinya dalam bahasa Indonesia?
Membaca setiap kalimat dalam surat ini, terasa bagaikan tersengat aliran listrik. Begitu keras dan menghujam. Hal ini telah mendorong saya untuk mengutip dan mempostingnya disini. Tanpa sama sekali bermaksud masuk kedalam konteks agama, melainkan semata untuk dijadikan renungan.
“Ya Tuhan, kadang-kadang saya berharap, alangkah baiknya, jika tidak pernah ada agama. Sebab, agama yang seharusnya justru mempersatukan semua manusia, sejak berabad-abad menjadi pangkal perselisihan dan perpecahan, pangkal pertumpahan darah yang sangat ngeri.
Orang-orang seibu-sebapa ancam-mengancam berhadap-hadapan, karena berlainan cara mengabdi kepada Tuhan yang Esa dan yang sama.
Orang-orang yang berkasih-kasihan dengan cinta yang amat mesra, dengan sedihnya bercerai-berai. Perbedaan gereja, tempat menyeru kepada Tuhan yang sama, juga membuat dinding pembatas bagi dua hati yang berkasih-kasihan.
Betulkah agama itu berkah bagi umat manusia? Agama yang harus menjauhkan kita dari berbuat dosa, justru berapa banyaknya dosa yang diperbuat atas nama agama itu!
(Surat Kartini kepada Ny. Van Kol, 21 Juli 1902 (dikutip dari blog forum lintas batas)
Membaca surat ini, sungguh membuat saya merinding.
Entah mungkin diri pribadi saya yang terlalu sensitif ataukah faktor usia yang sudah menjelang ke angka 72 tahun, membuat saya semakin rentan terhadap kalimat-kalimat yang mengandung pencerahan diri? Ataukah gabungan dari semuanya, yang menandakan bahwa diri saya adalah sosok yang melankonis? Entahlah. Jujur, saya sungguh tidak memiliki jawabannya.
Secara pribadi saya memaknai surat Kartini ini, tidak semata untuk kaumnya, yakni : “kaum wanita”, tetapi juga untuk semua orang. Masih menurut saya, sepotong surat ini, jauh lebih bernilai dari ratusan khotbah yang saya dengarkan di mimbar rohani dari agama manapun.
Bagi saya surat ini adalah sebuah pencerahan diri, bahwa setiap orang yang mengaku beragama, seharusnya senantiasa hidup dalam saling asah dan saling asuh. Saling mengasihi dan bukan sebaliknya.
Saya jadikan introspeksi diri, apakah benar saya seorang beriman? Jangan-jangan agama hanya saya gunakan untuk pelengkap di KTP saja, karena itu saya tempatkan tulisan ini dikanal Catatan Harian.
Saya publish tulisan ini, tanpa minta ijin kepada Kartini, karena surat Kartini sudah menjadi milik bangsa Indonesia dan saya adalah satu dari 240 juta orang Indonesia.
Iluka, Hari Kartini, 21 April, 2015
Tjiptadinata Effendi

Reply With Quote
Reply


Posting Rules
You may not post new threads
You may not post replies
You may not post attachments
You may not edit your posts

BB code is On
Smilies are On
[IMG] code is On
HTML code is Off


 


All times are GMT +7. The time now is 06:27 PM.


no new posts