FAQ |
Calendar |
![]() |
|
Surat Pembaca Posting ataupun baca komentar,keluhan ataupun laporan dari orang-orang dengan pengalaman baik/buruk. |
![]() |
|
Thread Tools |
#1
|
||||
|
||||
![]() Reputasi Presiden Joko Widodo di mata warga pengguna internet atau netizen sempat jeblok akibat dianggap tak mampu memenuhi ekspektasi publik dalam penyelesaian konflik KPK versus Polri beberapa waktu lalu. Tokoh yang disebut sebagai media darling itu seolah tak berkutik untuk menelurkan kebijakan yang pro publik. Reputasi Jokowi sangat rentan dipengaruhi kebijakan yang dia ambil. Peristiwa sebesar apa pun tak akan mampu berkontribusi pada sentimen positif Jokowi jika kebijakan itu tak langsung bersesuaian dengan aspirasi publik. Misalnya, ketika Jokowi mengadakan Konferensi Asia Afrika (KAA) yang membanggakan Indonesia, hal itu tetap tak bisa menjadi momentum untuk menggenjot popularitas Jokowi. Cara kerja Jokowi makin membosankan, minim terobosan. Bahkan, dalam konteks KAA, analis media sosial dari Awesometrics, Fitria Risdayani, memaparkan, momentum berharga itu "dicuri" Wali Kota Bandung Ridwan Kamil yang mampu mendulang reputasi bagus di mata netizen. Hal itu seperti diberitakan Kompas (18/4/2015) dengan tulisan, "Persiapan 60 Tahun KAA, Siapa Bintangnya Menurut Netizen?". Namun, pada akhirnya, Jokowi kembali menemukan momentum untuk memperbaiki reputasinya. Kali ini, sembilan srikandi yang diangkat menjadi anggota Panitia Seleksi (Pansel) Calon Pimpinan KPK yang menjadi penyelamat Jokowi. Publik merespons langkah Jokowi dengan antusias. Ada yang pro, ada pula yang kontra. Namun, kali ini tanggapan netizen lebih dominan positif. Pola ini cukup langka untuk pergerakan reputasi Jokowi akhir-akhir ini. Lembaga pemantau percakapan di media sosial, PoliticaWave, mencatat adanya lonjakan percakapan terkait Jokowi hanya dalam kurun waktu 24 jam, mencapai 24.574 percakapan berasal dari 5.553 akun. Jangkauan percakapan mencapai 66.551.013 dan jumlah pemberitaan di kanal pemberitaan daring sebanyak 499 berita. Jumlah itu terus bertambah mengingat pemberitaan soal pansel pimpinan KPK masih terus mengalir. Direktur PoliticaWave Yose Rizal mengatakan, pihaknya melakukan pemantauan sejak 21 Mei atau berbarengan dengan timbulnya isu tersebut. "Reaksi publik menunjukkan sentimen positif yang sangat besar. Sentimen positif mendominasi 93 persen percakapan dengan lebih dari 22.000 percakapan bertendensi positif," kata Yose. Sentimen positif Sentimen positif tumbuh setelah netizenmelihat kesembilan anggota pansel pimpinan KPK yang ditunjuk Presiden semuanya perempuan yang punya kredibilitas. Menurut Yose, pujian berdatangan dari berbagai kalangan mulai dari aktivis perempuan, aktivis anti korupsi, figur publik, hingga politisi. "Di antaranya datang dari putri mantan Presiden Abdurrahman Wahid, yaitu Yenny dan Alissa Wahid, penyanyi Glenn Fredly, Wakil Ketua DPR Fahri Hamzah dan Taufik Kurniawan," kata Yose. Ada pula dari mantan pembawa acara berita Grace Natalie, pentolan Slank Abdee Negara, pengacara Todung Mulya Lubis, dan politisi PDI-P, Budiman Sudjatmiko. Sentimen negatif masih tetap muncul terkait pansel yang semuanya diisi perempuan. Kritik tajam yang menjadi perbincangan netizenberasal dari mantan penasihat KPK, Abdullah Hehamahua. Abdullah meragukan kemampuan pansel karena menilai sebagian besar di antara anggota pansel tidak berpengalaman dalam praktik langsung pemberantasan korupsi. "Sentimen negatif 6 persen dari total keseluruhan percakapan," kata Yose. Sisanya dihitung sentimen positif dan netral. Percakapan negatif lain dipicu anggapan bahwa Jokowi hanya sekadar membuat sensasi dengan memanfaatkan isu jender untuk mengangkat popularitasnya kembali. "Namun, jumlah percakapan tersebut jauh lebih kecil dibandingkan apresiasi positif," kata Yose. Penunjukan anggota pansel ini menjadi kurva kenaikan reputasi Jokowi yang baru, setelah sebelumnya selalu datar, bahkan menurun. "Panah" para srikandi telah mampu mengangkat Jokowi. Padahal, dari data Kompas, sentimen negatif Jokowi terus meningkat sejak bulan ketiga kepemimpinannya. Catatan analis media sosial Awesometrics, Yustina Tantri, kenaikan sentimen negatif dimulai 8 Januari 2015 dengan 2.784 percakapan, 10 Januari menjadi 4.868 percakapan, naik lagi pada 13 Januari sebanyak 6.911 percakapan, dan tertinggi 15 Januari sebanyak 9.967 percakapan. Sejak itu, reputasi positif Jokowi terus turun. Memang, tak selamanya suara di media sosial hanya berupa noise. Dengan teknik tertentu yang dimiliki tim Jokowi, voice dari media sosial yang merupakan salah satu kanal aspirasi rakyat bisa langsung didengar Jokowi saat itu juga, tanpa harus menunggu pertikaian KPK vs Polri yang telah menguras banyak energi bangsa ini. (Amir Sodikin) |
![]() |
|
|