Goodyear Tire & Rubber Co (GT.O), perusahaan pembuat ban terbesar di Amerika Serikat (AS) mengatakan bahwa mereka akan menutup pabrik-pabrik Goodyear yang berlokasi di Wolverhampton, Inggris dan mentransfer hasil produksinya ke wilayah Eropa, Timur Tengah dan Afrika (EMEA) untuk memangkas biaya. Selain akan mengalihkan hasil produksi di Wolverhampton ke wiliayah EMEA, pabrik Goodyear yang berada di Wittlich, Jerman juga nampaknya akan mengalami nasb serupa.
Keputusan ini diambil Goodyear seiring dengan adanya rencana Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) yang mencapai 360-390 karyawan. PHK dilakukan dengan harapan dapat meningkatkan laba usaha Goodyear di wilayah EMEA setidaknya dengan membukukan profit sebesar $ 30 juta per tahun mulai tahun 2017 mendatang. Sebagai informasi saja, di wilayah EMEA sendiri, Goodyear sudah memiliki 17 pabrik, dan di wilayah ini juga profit tertinggi ke-2 dapat diraih perusahaan setelah pabrik yang berlokasi di Amerika Utara.
Namun sayang, apresiasi Dollar AS terhadap mata uang mitra dagang utama AS hingga hari ini akhirnya memukul kinerja Goodyear di wilayah EMEA, dan dengan menguatnya Dollar AS, kompetitor pangsa pasar Goodyear jadi semakin banyak, seperti Michelin, Continental dan Pirelli. Sebagi informasi, Goodyear per 31 Desember 2014 lalu sudah memiliki sekitar 67.000 karyawan yang tersebar di seluruh dunia. Melalui wacana restrukturisasi ini, Goodyear diprediksi akan mencatat biaya sekitar $ 95 juta untuk membayar pesangon para karyawan yang terkena PHK. Wacana ini akan direalisasikan setidaknya pada akhir 2016 mendatang.
Apa yang dialami Goodyear ini sejalan dengan kinerja manufaktur AS yang cenderung tertekan hingga saat ini. Seperti diketahui, indeks yang digunakan untuk mengukur kinerja sektor manufaktur AS untuk bulan Juni ini kembali menurun. Kondisi ini disebabkan oleh masih murahnya harga minyak dan apresiasi dolar AS yang diprediksi akan terus membatasi aktivitas pabrik di AS untuk sementara waktu. Sebagai informasi saja, sektor manufaktur berkontribbusi sekitar 12 persen terhadap
perekonomian AS. (Lihat juga:
Apresiasi Dolar dan Pemangkasan Investasi Tekan Kinerja Manufaktur AS)