FAQ |
Calendar |
![]() |
|
Internasional Baca berita dari seluruh mancanegara untuk mengetahui apa yg sedang terjadi di dunia. |
![]() |
|
Thread Tools |
#1
|
||||
|
||||
![]() ![]() Donald Trump. (AP via ABC News) Washington – Kubu Partai Republik Amerika Serikat (AS) sekarang dipusingkan oleh gelombang kecaman sepanjang Rabu (9/12) terhadap salah satu bakal calon presidennya, Donald Trump. Miliarder dan pengusaha berusia 69 tahun tersebut mendulang kemarahan setelah dalam pidatonya, Senin (7/12) mengusulkan larangan sementara umat Muslim masuk ke AS, terkait serangan di Paris, Prancis dan San Bernardino, California, AS. Kubu Republik khawatir ulah Trump bisa memupus harapannya menguasai Gedung Putih pada 2016. Sebab, Republik sangat berharap bisa mengakhiri delapan tahun kekuasaan Demokrat di Gedung Putih. Trump saat ini memimpin jajak pendapat dengan marjin dua digit atas rival-rivalnya di Republik. Namun, Republik sekarang dihadapkan pada pilihan yang sangat sulit, antara terus mendukung bakal calon terdepannya itu atau melindungi kepentingan partai dan menafikan sang miliarder yang dicap oleh banyak warga AS sebagai seorang fanatik. Para bakal calon presiden lainnya di Republik ikut mengecam rencana tersebut. Tapi, tokoh-tokoh senior partai menolak untuk menyingkirkan Trump dari pencalonan atau untuk tidak memilihnya. “Saya suka dan respek terhadap Donald Trump dan akan tetap begitu. Bila para kandidat yang lain terang-terangan berusaha menyingkirkannya, menghina dia, saya tetap menolak hal seperti itu,” ujar Senator Ted Cruz, bakal calon favorit kalangan konservatif di Republik, seperti dikutip AFP, Rabu (9/12) waktu setempat. Trump sudah mencium bakal adanya masalah. Ia pernah terang-terangan mengingatkan akan meluncurkan kampanye partai ketiga jika Republik menyingkirkannya. Jika itu terjadi, peluang Republik hampir dipastikan pupus untuk mengalahkan Hillary Clinton, jika dia yang akhirnya dimajukan oleh Partai Demokrat. “Hasil jajak pendapat baru mengindikasikan, 68% pendukung saya akan memilih saya jika saya keluar dari GOP (Republik) dan maju sebagai calon independen,” tulis Trump di laman Facebook-nya, Selasa (8/12). Hasil survei USA Today-Suffolk yang dirilis Selasa menunjukkan, Trump didukung oleh 27% bakal pemilih Republik. Dukungan sebesar itu terus bertahan meski berbulan-bulan lamanya ia menimbulkan kontroversi. Rival terdekatnya, Cruz, didukung oleh 17% responden, sedangkan Senator Marco Rubio 16%. Semakin kontroversial komentar Trump, semakin besar sorotan yang ia dapat dari TV-TV dan media sosial. Belum Tentu Terpilih Walaupun para sesepuh partai mengingatkan bahwa dia belum resmi dinominasikan sebagai calon presiden Republik, yang akan dimulai di negara bagian Iowa kurang dari dua bulan lagi. “Saya masih yakin bahwa mayoritas di GOP, yang menominasikan Mitt Romney empat tahun lalu, tidak akan menominasikan Trump,” ujar Katie Packer Gage, tokoh utama di balik kampanye Romney, lewat akun Twitter. Romney empat tahun lalu menjadi capres dari Republik, tapi kemudian kalah dari Barack Obama. Kubu Republik juga makin cemas kalau terus mendukung Trump akan menjauhkan mereka dari para pemilih. Oleh karena AS secara demografis makin kurang warga kulit putihnya, Republik bisa makin teralienasi dari para pemilih minoritas, yang condong memilih wakil dari Demokrat. “Republik dalam dilema yang pelik. Bagaimana mereka bisa menyatukan kubu Trump yang antikemapanan dan kubu mapan di partai? Satu-satunya cara adalah dengan kompak membenci Hillary Clinton dan Barack Obama. Ini mungkin cukup, mungkin juga tidak,” tutur Larry Sabato, direktur Center for Politics at the University of Virginia. |
![]() |
|
|