Tampilan fisik pada dasarnya sudah dikodekan dalam gen (DNA) kita. Gen dalam tubuh kita terletak dalam inti sel, dalam kromosom, yang tersusun dari untaian rantai DNA. DNA sendiri tersusun atas urutan pasangan basa (kode genetik) yang menyimpan semua informasi tentang bagaimana tubuh kita terbentuk, organ-organ bekerja, hingga tampilan luar tubuh kita.
Kode genetik dalam DNA diintepretasikan dalam ekspresi gen. Dikenal 2 istilah dalam ekspresi gen, yaitu genotip dan fenotip. Genotip adalah ekspresi gen yang terkodekan namun tidak muncul ke permukaan, sedangkan fenotip adalah ekspresi gen yang muncul dan teramati. Contoh dari genotip dan fenotip bisa dilihat dari penyakit bawaan. 2 orangtua normal bisa memiliki anak dengan kelainan jantung karena salah satu atau keduanya adalah
carrier (pembawa) gen penyakit tersebut dari garis keluarganya. Dengan demikian, gen kelainan jantung adalah genotip pada orangtua, namun fenotip pada anak.
Lalu apa hubungannya dengan keragaman manusia? Keragaman pada manusia (begitu juga pada spesies lain) dapat ditelusuri melalui perbedaan urutan basa dalam DNA. Ada lebih dari 2 milyar pasangan basa yang menyusun rantai DNA. Jika rantai DNA yg terpilin dalam bentuk kromosom itu diurai, maka ia akan membentang sepanjang 1,8 m. Dari sudut pandang genetika, menusia, apapun rasnya adalah >99% identik, meskipun perbedaan itu hanya 0,00 sekian %, tidak ada gen yang persis sama.
Yang ini berkaitan dengan perbedaan warna kulit, gan.
Kulit terdiri dari beberapa lapisan yaitu epidermis, dermis, dan hipodermis. Yang menentukan warna kulit seseorang adalah pada lapisan epidermis di mana pada lapisan ini terdiri dari dua bagian yaitu lapisan tanduk dan lapisan malpighi. Pada lapisan malpighi terdapat pigmen melanin yang memberi warna pada kulit. Semakin banyak jumlah pigmen maka semakin gelap warna kulit. Selain itu juga warna kulit manusia ditentukan oleh berbagai faktor, yang terpenting adalah jumlah pigmen melanin kulit, peredaran darah, tebal tipisnya lapisan tanduk dan adanya zat-zat warna lain yang bukan melanin yaitu darah dan kalogen.
Di daerah tropis seperti Afrika dan Indonesia, umumnya memiliki warna kulit sawo matang dan cenderung gelap. Hal ini terjadi karena iklimnya yang panas dan sangat sering terkena paparan sinar matahari sehingga kulit beradaptasi agar dapat terlindung dari kerusakan yang terjadi akibat paparan sinar matahari yang mengandung sinar ultra violet. Karena itu, semakin gelap warna kulit maka ia akan semakin terlindungi terhadap sinar ultraviolet yang mana sinar tersebut dapat menyebabkan berbagai masalah kulit bahkan kanker kulit.
Untuk pengaruh lingkungan ini lebih mudah dipahami karena daerah tempat tinggal mempengaruhi produksi pigmen di kulit, gan. Jadi wajar kalau warnanya beda-beda.
</span></span></span></span>
<span class="post-quote" style="width: 100%; margin: auto;font-family:Roboto,Helvetica,Arial,Sans-serif;font-size:14px;font-style:normal;font-weight:normal;text-align:left;color: #484848; display:block;">Quote:<span style="width: 95%;margin:auto;border: 1px solid #CCC; background: #EEE; padding: 5px; color: #484848; display:block;"><span style="font-family:Times New Roman;"><span style="color:black;"><span style="display:block; text-align:center;">
Adaptasi