Hasil riset International data Coorporation (IDC) menyimpulkan bahwa otomatisasi proses industri dan pemakaian media digital ketimbang kertas dapat membantu emisi pemanasan global. Dalam artian, implementasi TI yang insentif dapat mengurangi emisi pemanasan global hampir 6 miliar ton Co2 dan bisa ditekan hingga tahun 2020.
Menurut pengamat TI M Jafar Elly, kehadiran TI tak dipungkiri bisa menjadi solusi alternatif untuk mengatasi kerusakan lingkungan sebagaimana yang diungkapkan lembaga IDC tersebut. Bahkan, dalam survey yang dilakukan perusahan reset teknologi International Data Group (IDG) tahun lalu, penilaian teknologi ramah lingkungan itu mencakup sejauh mana teknologi mampu mengatasi masalah komsumsi daya dan efesiensi.
"Indonesia memang dihadapkan pada persoalan lingkungan hidup yang serius. Sektor industri di Indonesia kini ditantang untuk menghasilkann produk-produk TI yang ramah lingkungan, yakni mampu menekan komsumsi daya listrik, menerapkan efesiensi dan prinsip-prinsip yang cerdas dalam pengambilan keputusan," katanya.
Masih menurut Jafar, Indonesia harus memiliki komitmen yang kuat untuk mengimplemntasikan 'teknologi informasi hijau' sebagai upaya untuk mengatasi atau meminimalkan dampak perubahan iklim global. Memang diakui, hingga kini belum ada data yang pasti tentang seberapa jauh TI mampu mengatasi kerusakan lingkungan di setiap negara.
Yang pasti, kelak jika pengguna TI di Indonesia meningkat lebih dari 50 persen, maka tidak mustahil bangsa Indonesia akan menjadi bangsa terdepan yang sanggup meminimalkan efek gas rumah kaca melalui pemanfaatan TI yang ramah lingkungan.
sumber :
http://computingchannel.co.id/techno...kan-lingkungan