FAQ |
Calendar |
![]() |
|
Health Mencegah lebih baik dari mengobati. Cari tahu dan tanya jawab tentang kesehatan, medis, dan info dokter disini |
![]() |
|
Thread Tools |
#1
|
||||
|
||||
![]() ![]() Sering menggerakkan kaki pada saat stres atau malam hari? Mungkin Anda terkena Restless Leg Syndrome atau RLS. Menurut peneliti di Amerika, hampir 23 persen orang di dunia mengalami sindrom ini dan kebanyakan penderitanya adalah wanita. RLS adalah penyakit saraf karena adanya sensasi yang tidak diinginkan pada kaki dan rasa gelisah yang mendorong kaki untuk melakukan gerakan tidak terkontrol. Penderita RLS selalu menggerakkan kakinya untuk menenangkan perasaan. Sensasi yang tidak diinginkan pada penderita RLS diantaranya yaitu perasaan panas, sentakan atau seperti ada serangga yang bergerak di dalam kaki. Penderita RLS biasanya merasakan sensasi ini ketika duduk atau berbaring. Sensasi yang muncul sesekali pada malam hari ini terjadi pada daerah lutut hingga mata kaki dan akan berakhir di pagi hari. Penderita RLS biasanya sulit tidur, merasa kehausan, lelah pada siang hari, susah berkonsentrasi dan memiliki kemampuan mengingat yang rendah. Beberapa orang sering menganggap remeh sindrom ini dan merasa tidak perlu diobati, padahal jika dibiarkan terus bisa berpengaruh pada aktivitas sehari-hari. Psikiater dan dokter mengatakan bahwa sindrom ini ada kaitannya dengan ketegangan, insomnia, stres, arthritis, kejang dan penuaan. Beberapa penderita RLS juga umumnya mengalami Periodic Limb Movement Disorder (PLMD) yang menyebabkan kaki kejang selama 10 hingga 60 detik selama tidur pada malam hari. Meski penyebabnya masih belum diketahui dengan pasti, peneliti menduga sindrom ini diakibatkan oleh ketidakseimbangan pengaturan hormon dopamin pada otak. Penggunaan obat-obatan yang bisa meningkatkan aktivitas hormon dopamin terkadang bisa mengatasi sindrom ini. Studi terkini yang dilakukan peneliti dari California menyebutkan bahwa sindrom ini empat kali lebih banyak terjadi pada orang non Afrika dan Amerika. Selain itu, 2 dari 5 wanita ras kaukasia mengalami sindrom RLS lebih banyak dibanding orang Afrika dan Amerika. Jumlahnya meningkat 10 persen dari jumlah sebelumnya. "Wanita memang lebih banyak mengalami sindrom RLS. Ini disebabkan karena wanita lebih banyak kekurangan zat besi dan mengalami rematik dibanding pria. Hal itu menjadi salah satu faktor pemicu RLS," jelas Dr. Ammar Alkhazna dari the University of Missouri, Kansas City seperti dikutip dari Reuters, Kamis (5/11/2009). Peneliti menyimpulkan hal itu setelah melakukan studi terhadap 190 pasien yang menjalani tes RLS. Sebanyak 103 partisipan adalah orang Afrika-Amerika dan 87 orang bukan orang Afrika-Amerika, dengan mayoritasnya adalah orang Kaukasia dan 60 persennya adalah wanita. Studi ini menunjukkan sindrom RLS dipengaruhi oleh faktor ras dan jenis kelamin. Selain itu, orang yang kekurangan zat besi, penyakit ginjal, Parkinson, diabetes serta ibu hamil trimester terakhir juga berisiko mengalami sindrom RLS. Perubahan pola hidup bisa mengurangi sindrom ini, seperti mengurangi kafein, alkohol dan rokok. Konsumsi suplemen yang mengandung zat besi, folat dan magnesium juga dapat membantu. Selain itu, pengaturan pola tidur yang teratur, olahraga, mandi air hangat dan pijatan di kaki bisa menenangkan penderita sindrom RLS ini. sumber |
![]() |
|
|