
16th August 2010
|
 |
Super Moderator
|
|
Join Date: Jun 2010
Posts: 5,258
Rep Power: 114
|
|
Sekilas Problematika HIV/AIDS
Seringkali kita melihat di media massa tentang bahaya HIV/AIDS. Penjelasan yang gamblang tentang cara penularan, faktor risiko, dsb tetapi tidak sejalan dengan fakta dimana angka kejadian terus bertambah dari tahun ke tahun. Sepanjang triwulan tahun 2009 saja kasus AIDS mencapai 743 kasus.
Sementara itu hingga akhir September 2009 Departemen Kesehatan mencatat pengidap penyakit ini mencapai 18.442 orang yang tersebar di 32 provinsi dan 300 kabupaten. Pertanyaan mendasar, apa sebenarnya yang dapat meningkatkan angka kejadian ini?. Walaupun media massa membantu mensosialisasikan akan bahaya HIV/AIDS, tetapi media massa pula lah yang menyiarkan tentang hal tak senonoh dan perilaku menyimpang lainnya. Sejuta umat pun melihat.
Hal penting yang harus digarisbawahi sebenarnya adalah, cara penularan penyakit ini sesungguhnya tidak gampang, tetapi karena perilaku kita lah yang justru memudahkannya. Banyak anggapan bahwa penyakit yang satu ini tertular disebabkan karena perilaku seksual yang menyimpang seperti, homoseksual, biseksual, dan sebagainya. Akan tetapi tidak menutup kemungkinan yang heteroseksual pun juga bisa terkena. Bahkan prosentasenya tinggi yaitu 49,7 % dibanding HIV/AIDS yang disebabkan karena IDU sebesar 40,7%. Dari total jumlah pengidap tersebut mayoritas adalah laki-laki dengan rasio perbandingan 3:1 antara laki-laki dan perempuan. Rata-rata si penderita berusia produktif, 20-29 sebanyak 49,57%. Sedangkan usia 30-39 mencapai 29,84 %.
Pasti terpikirkan oleh kita untuk mengucilkan mereka, dengan alasan agar mereka jera. Tetapi hal itu sebenarnya tidak membantu, yang dimaksudkan disini adalah menyinggung soal kemanusiaan. Tetapi masih ada yang menyangkal dengan dalih bahwa mereka sendiri tidak memiliki humanity, kenapa kita harus memanusiakan mereka, hanya nafsu yang menguasai mereka dan tidak ada bedanya dengan binatang. Terlepas dari itu semua, belum tentu yang menderita HIV/AIDS karena perbuatannya sendiri dan setiap orang punya hak untuk berobat.
Walaupun pada kenyataannya, banyak sekali oknum yang menghalalkan cara itu, yaitu mengucilkan, mendiskriminasi, atau apapun lah istilahnya. Tidakkah kita bisa mengambil pelajaran dari si penderita bahwa perilaku seperti itu bisa menyebabkan HIV/AIDS dan harus dijauhi. Tidakkah kita bisa hidup berdampingan dengan mereka, karena mereka punya hak. Tidakkah kita bisa untuk tidak mengutuk atau mendiskriminasi, karena ada yang lebih berhak dibanding kita yaitu Sang Pencipta.
Kembali ke idiom kuno, mencegah lebih baik daripada mengobati. Dan ingat bahwa sebenarnya cara penularan tidak mudah, akan tetapi karena perilaku kita bisa memudahkan penularan HIV/AIDS.
|