Denny: Perlu Ada Perbaikan Sistem di Rutan dan Lapas
Rabu, 13 Januari 2010 | 14:44 WIB
ani
Berbeda dengan ruang tahanan Arthalita Suryani, tahanan lainnya yang tinggal di ruang tahanan blok A Rumah Tahanan Pondok Bambu Jakarta terpaksa harus berdesak-desakan karena diisi sekitar 12 hingga 20 orang. Kondisi ini terlihat saat wartawan menilik rutan, Senin (11/1/2010).
JAKARTA, KOMPAS.com �Sekretaris Satuan Tugas Pemberantasan Mafia Hukum Denny Indrayana mengatakan, perlu ada perbaikan sistem di rumah tahanan atau lembaga pemasyarakatan agar tidak ada mafia hukum. Perbaikan sisitem ini juga perlu dilakukan agar tidak ada perlakuan khusus yang diberikan terhadap beberapa tahanan atau narapidana.
"Yang jelas harus ada perbaikan sistem secara menyeluruh agar tidak ada pelanggaran-pelanggaran apakah itu fasilitas yang berbeda atau kejahatan dalam lapas seperti perjudian tidak lagi terulang," ujar Denny usai bertemu dengan jajaran hakim Mahkamah Kosntitusi atau MK, di gedung MK, Jakarta, Rabu (13/1/2010).
Sebelumnya, Minggu malam lalu Satgas melakukan sidak di Rumah Tahanan Pondok Bambu. Saat itu, Satgas menemukan ada perlakuan berbeda yang diberikan oleh para tahanan. Diketahui, ada beberapa tahanan mendapatkan fasilitas mewah, termasuk terpidanan perkara suap Arthalyta Suryani. Mayoritas tahanan tidak mendapatkan fasilitas istimewa itu. Atas kejadian tersebut, Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Patrialis Akbar telah mencopot Kepala Rutan Sarju Wibowo.
Menurut Denny, sidak tersebut hanya sebagai terapi kejut dalam melakukan pemberantasan mafia hukum. Menurutnya, pencopotan Kepala Rutan merupakan tindakan yang tepat karena dianggap bertanggung jawab atas kasus ini. Saat ini, Departemen Hukum dan HAM juga tengah melakukan investigasi untuk menindaklanjuti sidak tersebut.
"Sedang ada proses di Dephuk dan HAM atas tindak lanjut sidak kemarin. Kalau ternyata yang terlibat hanya Kalapas (Sarju Wibowo), ya cukup. Kalau tidak setiap orang yang bertangung jawab harus diambil langkah-langkah yang sama," ujarnya.