Jakarta - Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) diminta menggalakkan program deradikalisasi di Kota Bima, NTB. Hal ini penting menyusul peristiwa ledakan bom di Pondok UBK dan teror bom buku ke rumah anggota polisi di kota itu.
"NTB harus dimasukkan ke dalam peta wilayah yang mendapatkan perhatian khusus untuk radikalisasi," kata Wakil Ketua Komisi I DPR, TB Hasanuddin, saat dihubungi detikcom, Minggu (17/7/2011).
Hasanuddin mengatakan, selama ini BNPT sudah memasukkan beberapa wilayah di Jawa Barat, seperti Bogor, Majalengka dan Cirebon, sebagai wilayah fokus deradikalisasi. "Melihat keadaan, sepertinya Bima juga harus dimasukkan," kata politikus PDI Perjuangan ini.
Selain itu, Hasanuddin meminta pemerintah daerah, beserta dinas pendidikan dan keagamaan, untuk ikut mengontrol kegiatan masyarakat di Kota Bima. Hasanuddin menyoroti tidak terdaftarnya Pondok Ummar Bin Khatab di Kementerian Agama.
"Masak sudah bertahun-tahun di situ, ada plang, ada pengumpulan massa, tidak terdaftar dan terpantau kegiatannya," ujarnya.
Lebih lanjut, Hasanuddin mengatakan, pihak intelijen seharusnya juga bisa mampu mengendus kegiatan yang berbau radikalisasi di kota tersebut. "Jangan intel berangkatnya dari TKP terus. Kalau polisi dalam terorisme hanya mengandalkan penghancuran secara fisik, sampai kiamat pun nggak akan berhasil," ujarnya.
Seperti diketahui, polisi sudah menetapkan 7 tersangka dalam kasus ledakan di Pondok UBK, Kota Bima, NTB. Kemarin, rumah polisi di kota tersebut diteror bom buku dan 4 empat wanita bercadar, yang diidentifikasi sebagai pelaku, berhasil diringkus. Diduga kuat, teror bom buku adalah aksi balas dendam kepada polisi yang telah mengobok-obok Pondok UBK.
sumber