JK: Kalau 1 dari 1000 Roboh Itu Bukan Krisis
Metrotvnews.com, Jakarta: Mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla menegaskan, krisis keuangan di Amerika Serikat memang berdampak pada ekonomi Indonesia. Namun, dampaknya tidak terlalu besar. "Krisis itu krisis Amerika Serikat, bukan di Indonesia," kata Jusuf Kalla di depan Panitia Khusus (Pansus) Hak Angket Bank Century di DPR, Senayan, Jakarta, Kamis (14/1).
Pernyataan Kalla disampaikan saat menjawab pertanyaan anggota Pansus Bank Century dari Fraksi Hanura, Akbar Faisal. Menurut Kalla, dampak krisis ke Indonesia akibat permintaan barang dan komoditas di Amerika Serikat menurun. Akibatnya, dana-dana asing yang ditempatkan di Indonesia ditarik ke kantor pusatnya.
Menurut Kalla, akibat dana-dana panas itu ditarik otomatis kurs rupiah melemah. Rupiah melemah mendekati Rp 12 ribu per dolar Amerika. Namun, kata Kalla, volatilitas itu hanya 20 persen. Nilainya tidak besar. "Tidak ada apa-apa negeri ini. Sama sekali tak benar kondisi 2008 lebih parah dari tahun 1998," kata Kalla. Tahun 1998 inflasi 75 persen dan volatilitas rupiah mencapai 600 persen.
Menurut Kalla, kalaupun ada dampaknya itu pada pasar modal. Namun, pasar modal itu hanya 23 persen dari keseluruhan ekonomi Indonesia. Dari pangsa itu pun 60 persennya dikuasai asing. "Tidak besar efeknya. Fund manager menarik dana keluar negeri karena dibutuhkan kantor pusat, bukan karena tidak tertarik Indonesia," kata Kalla.
Menurut Kalla, permintaan CPO dan harga-harga komoditas turun seperti harga tahun 2006. Krisis di Amerika itu berpengaruh pada pemintaan barang dan komoditas. "Kalau dari 1000 rumah ada 500 yang roboh itu krisis. Kalau 1000 rumah satu yang roboh itu bukan krisis," kata Kalla.(DOR)