Jakarta - Mesir secara tegas menolak bertanggungjawab atas menyebarnya wabah E. coli yang menewaskan 49 orang di Perancis dan Jerman. Hal ini merespon tudingan Uni Eropa yang menyatakan bahwa bakteri akibat biji fenugreek yang diimpor dari Mesir.
Departemen Pertanian Mesir mengatakan, banyak yang mencurigai bahwa wabah tersebut muncul dari impor benih kering pada tahun 2009. Padahal bakteri tidak bisa hidup dalam jangka waktu lama.
"Sebanyak 48.088 biji telah diekspor pada bulan November 2009 sebagai benih kering. Secara ilmiah, bakteri tidak dapat bertahan pada permukaan kering dari 2009 sampai Juni 2011," tegas kementerian itu.
"Kontaminasi kecambah fenugreek bisa terkait dengan proses penanganan yang berbeda tergantung kemasan ulang atau air yang digunakan untuk tumbuh," tambahnya.
Pada hari Selasa, Badan Keselamatan Makanan Eropa (EFSA) menyebut kontaminasi bakteri E Coli diduga memiliki hubungan dengan impor dari Mesir. Tudingan ini kemudian diikuti larangan sementara semua benih dan biji dari Mesir berdasarkan temuan EFSA itu.
"Laporan diterbitkan hari ini membawa pada penarikan sebagian benih Mesir dari pasar Uni Eropa dan larangan sementara impor semua benih dan biji yang berasal dari negara itu," kata Uni Eropa kesehatan komisaris John Dalli.
Selain menyebabkan puluhan tewas, wabah E Coli telah mencemari 4.178 orang di Uni Eropa, Norwegia dan Swiss. Larangan impor sementara, akan diberlakukan sampai dengan 31 Oktober untuk semua biji, buah, spora, termasuk kacang kedelai, sayuran polongan kering dan biji minyak dari Mesir. Selain Eropa, Rusia juga memutuskan untuk menghentikan impor beberapa benih dari Mesir.
sumber