FAQ |
Calendar |
![]() |
#1
|
||||
|
||||
![]() Seminaris perlu tanamkan ‘benih pluralisme’ ![]() Siswa seminari sebagai imam masa depan hendaknya banyak mempelajari tentang pluralisme sehingga bisa mempromosikan toleransi dan saling memahami di tengah umat berbagai agama. “Sikap saling memahami, toleransi tentu akan menjaga kebhinekaan, keberanekaragaman yang merupakan nilai luhur Indonesia, sebagaimana ditanamkan para pendiri negara ini,” kata Rektor Seminari Menengah St.Petrus Canisius Mertoyudan Pastor Ign. Sumaryo SJ pada seminar kebangsaan di Seminari Menengah Mertoyudan, Magelang, 23 Juli. Pastor Sumaryo menilai para seminaris perlu dipersiapkan berwawasan pluralisme sehingga ketika menjadi imam, mereka mampu membawa umat pada toleransi, saling pengertian di antara keberagaman agama dan kepercayaan. Seminar dalam rangka se-abad Seminari Mertoyudan itu menampilkan sejumlah pembicara termasuk Zuhaeri Misrawi, Intelektual muda NU dan Chairman Moderate Muslim Society, dan Trias Kuncahyono (Wapemred Harian Kompas). Trias Kuncahyono mengatakan pendidikan atau pemahaman akan pluralisme sejak dini itu penting. “Menjadi imam bukan untuk dirinya sendiri, tetapi dia diutus dan dipilih Tuhan untuk dikirim ke tengah masyarakat yang plural,” katanya. Sedangkan Zuhaeri mengatakan bahwa merawat dan menjaga pluralism itu penting untuk menjaga negara majemuk, baik bahasa, suku maupun agama Ia meyakini bahwa pondasi dari agama-agama di Indonesia adalah pendidikan. Karena itu, jika pendidikan kuat, maka iman akan kuat. Quote:
__________________
ﷲ ☯ ✡ ☨ ✞ ✝ ☮ ☥ ☦ ☧ ☩ ☪ ☫ ☬ ☭ ✌
|
![]() |
|
|