|
Post Reply |
Tweet | Thread Tools |
#1
|
||||
|
||||
![]() Gereja: Kokoh dalam Peziarahan yang Dinamik ![]() �Pergilah ke seluruh dunia, dan wartakanlah Injil kepada segala makhluk� Tanggal 29 Juni 2011 kemarin Gereja merayakan Hari Raya Santo Petrus dan Santo Paulus. Santo Petrus memimpin Gereja dari Pusat. Dia-lah yang diberi kunci dan kepemimpinan Gereja oleh Kristus sendiri. Kristus memberikan kuasa dan kepemimpinan Santo Paulus yang menjamin kekokohan Gereja pada ajaran iman yang mempersatukan seluruh Tubuh-Nya. Kristus sendirilah Kepala tubuh yang satu dan tidak terpecah-pecah itu hingga kekal. Santo Paulus berjuang mewartakan injil sampai ke ujung dunia. Ia menampakkan karunia Kristus, untuk bergerak dinamis mewartakan karya keselamatan, dengan tetap menjaga kesatuan ajaran dengan �pusat�. Gereja yang diinspirasi oleh Santo Paulus, ialah Gereja misioner, bergerak keluar dari dalam yang membual oleh semangat keselamatan ilahi. Kedua hal itu: kekokohan dan dinamika, merupakan sifat khas Gereja yang satu, kudus, katolik dan apostolik. Ada kalanya, kekokohan terlalu dominan. Ada kalanya dinamika terlalu banyak. Jika kekokohan terlalu dominan, maka yang terjadi ialah kelembaman atau kemandegan. Jika dinamika terlalu cair, maka yang terjadi ialah ketidakpastian atau perpecahan yang tidak dikehendaki Kristus. Santo Petrus di tahta kepemimpinan para rasul yang diteruskan oleh hirarki sampai ke paus yang ke 265 sekarang, serta sampai selamanya, ialah penjamain ajaran abadi Kristus yang tak pernah goyah. Prinsip keselamatan abadi yang luhur dan mulia. Santo Paulus, dengan semangat penginjilan yang berkorban ke seluruh area Laut Tengah, merupakan tanda abadi Gereja yang berziarah dan mewartakan kesaksian serta kebenaran iman dengan teguh jaya. Keduanya memiliki satu kesamaan: menyerupai Kristus yang satu dan sama. Keduanya merupakan sifat Gereja yang satu sebagai satu Tubuh Kristus yang tampak di dunia. Keduanya wafat sebagai martir seperti Sang Guru, di kota yang sama: Roma, pusat kekristenan dunia. Santo Petrus disalibkan terbalik, dan Santo Paulus dipancung. Baik yang mengemban tugas sebagai penjaga kebenaran ajaran iman, maupun pewarta sampai ke ujung bumi, menanggung resiko yang sama dengan yang diwartakan, yaitu Kristus, yang mati di kayu salib dan bangkit. Sebagai pribadi Katolik, bukankah hakikat hidup kita tidak berbeda dengan karakter kedua orang kudus yang agung itu? Kokoh dalam iman, sekaligus dinamik dalam bersaksi? Yohanes Dwi Harsanto, Pr
__________________
ﷲ ☯ ✡ ☨ ✞ ✝ ☮ ☥ ☦ ☧ ☩ ☪ ☫ ☬ ☭ ✌
|
Sponsored Links | |
Space available |
Post Reply |
|