Ceriwis  

Go Back   Ceriwis > DISKUSI > Religion > Katolik

Reply
 
Thread Tools
  #1  
Old 9th August 2011
vals's Avatar
valsVIP vals is offline
Super Moderator
 
Join Date: Apr 2011
Posts: 3,914
Rep Power: 50
vals has disabled reputation
Default Membangun Komunitas Pendampingan

Membangun Komunitas Pendampingan

Komunitas Pendampingan menjadi elemen penopang penting bagi pasang naik kaderisasi kaum muda Katolik saat ini. Dalam arus kegelisahan akan tantangan kemandegan internal Gereja maupun eksternal yang dihadapi Gereja Katolik Indonesia, komunitas pendampingan lahir sebagai gumpalan sosiologis yang mencoba menjawab tantangan yang ada.

Komunitas Pendampingan adalah sekumpulan orang yang secara khusus berkumpul dan mengembangkan gerakan-gerakan kaderisasi di basis teritorial atau kategorial sesuai fokus dan kekhasan gerakan mereka masing-masing. Mereka menyapa dan mendampingi orang-orang muda, menyatukan dan mengkoordinasi sumber daya, mengembangkan kurikulum, mengembangkan materi, membangun basis jaringan pendukung, dan tentu saja, berkomunikasi dan bekerja bersama secara intensif dengan hirarkhi. Perlahan tapi pasti mereka mengembangkan sistem pendampingan jangka panjang.

Dari romantisme menjadi perutusan


Hingga taraf tertentu, komunitas Pendampingan bercorak romantis. Mereka lahir dari komunikasi intensif dan kedekatan personal dalam satu jejaring alumni pelatihan/komunitas tertentu yang kemudian, setelah melalui penegasan diri, menjelma menjadi pilihan untuk bertindak. Orientasi komunitas-komunitas awal ini pun berubah dari ke dalam menjadi ke luar. Dari diskusi internal menjadi eksternal.

Antara kegagalan pastoral dan gerakan partisipasi awam


Mau tidak mau, harus diakui kemunculan gerakan-gerakan komunitas kaderisasi yang bertumpu pada awam ini mencerminkan kegagalan-kelambatan pastoral kaum muda konvensional dalam melahirkan generasi demi generasi kaum muda Katolik yang kuat, berbobot, dan misioner. Ini bukan berarti mereka tidak bergerak, karena dinamika gerakan kaum muda di wilayah ini sebenarnya tidak pernah berhenti. Luasnya ladang garap, yang tentu saja membutuhkan banyak pekerja kadang membuat apa yang telah dilakukan pastoral kaum muda konvensional kurang bisa memberi warna. Sistemasi reksa pastoral mulai dari akar rumput hingga pendampingan para pendamping dan formatio moderator/administrator pendampingan membutuhkan lebih banyak lagi sumber daya dan perhatian yang harus dicurahkan di sini.

Pendampingan sebagai kemitraan


Di sisi lain, ini sekaligus menjadi berkat : partisipasi seluruh warga gereja atas pendampingan orangmuda. Peran serta awam yang lebih besar dalam karya hidup Gereja sebagaimana diakui dan digariskan dalam Konsili Vatikan II menjadi kongkrit di sini. Upaya reksa pastoral kaum muda tidak semata-mata menjadi tanggung jawab hirarkhi atau aktivis kaum muda itu sendiri, tetapi awam secara keseluruhan.

Fakta di lapangan, gerakan-gerakan Pendampingan semacam ini sungguh bisa merajutkan diri dengan amat baik dengan hirarkhi. Mereka membangun partisipasi yang merajutkan diri dalam gerakan pastoral kovensional yang relatif mapan. Mereka jelas tidak mungkin masuk ke lini-lini pastoral tradisional dalam gerakan teritorial. Mereka mewujudkan panggilan ini dalam gerakan Pendampingan dengan jangkauan yang lebih terbatas tetapi intensif dan jangka panjang.

Tidak mendominasi tetapi teman seperjalanan orang-orang muda


Yang juga harus ditegaskan dari komunitas atau gerakan semacam ini adalah kehadirannya yang tidak boleh mendominasi dinamika orang-orang muda. Mereka sama sekali tidak boleh menggantikan dinamika orang muda Katolik. Komunitas pendampingan mungkin memiliki dinamika tersendiri, mulai dari arisan reunian, gerakan pemberdayaan umat, hingga gerakan seni budaya, tetapi mereka tidak boleh memaksakan model dan pola gerakannya sendiri pada orang-orang muda yang didampinginya.

Demikian pula, komunitas pendampingan tidak boleh memanjakan subyek dampingan mereka. Sebaliknya komunitas harus memberdayakan orang-orang muda Katolik dampingannya. Komunitas pendampingan juga tidak boleh menjadi komunitas donatur, komunitas pendampingan harus memberi orang-orang muda tantangan di satu sisi, dan insentif di sisi lain, abar orang-orang muda tergerak untuk mendidik dan mengembangkan dirinya sendiri.

Letak komunitas Pendampingan


Dimanakah letak komunitas semacam ini dalam arsitektur pendampingan orangmuda Katolik Indonesia ?

Latar pengalaman sejarah yang hampir sama (satu alumni pelatihan/program kaderisasi tertentu), atau satu spiritualitas tertentu, atau latar sosio-kemasyarakatan tertentu menyebabkan komunitas ini memiliki kelebihan dan peran yang unik yang barangkali bisa dirumuskan dalam 3 kata : kedalaman, sosialitas, dan praksis.

Kedalaman: karisma khusus, komunitas ini secara lebih intensif menggarap kader daripada Komisi Kepemudaan/pendamping kaum muda lainnya, ini menyebabkan mereka bisa lebih fokus, mendalam, dan intensif dalam penyemaian gagasan dan nilai pada orang-orang muda. Ini biasanya juga dilengkapi dengan tenaga-tenaga spesialis yang umumnya ada di komunitas semacam itu.

Sosialitas: pada saat yang sama, komunitas semacam ini dihidupi sebagai sebuah komunitas, lengkap dengan jejaring sosial yang relatif matang dan terbangun di dalamnya. Sebuah bentang sosialitas yang akan membantu orang-orang muda mengembangkan dirinya, lebih dari pelatihan dan kaderisasi biasa, karena dengan segera mereka memperoleh masyarakat spesifik yang menaungi dan mendampingi mereka.

Praksis tentu saja, karena dengan segera menyatukan orang-orang muda peserta gerakan kaderisasi ke dalam dinamika riil masyarakat pengkadernya.

Dalam dan bersama komunitas dan lembaga Gereja lainnya


Dengan sama sekali tidak boleh menjadi eksklusif dan elitis, sebuah paroki, sekolah Katolik, universitas, atau lembaga-lembaga Katolik lainnya, serta secara khusus jaringan awam maupun tertahbis yang gelisah atas situasi pendampingan kaum muda saat ini, kiranya perlu mendorong lingkaran-lingkaran Pendampingan semacam ini. Tenaga-tenaga kritis yang gelisah akan tantangan internal dan eksternal yang sedang dihadapi gereja setempat maupun gereja nasional saat ini menjadi motor utama gerakan kaderisasi.

Maka sejak awal mula komunitas semacam ini perlu dan harus membangun relasi intensifnya dengan hirarkhi, sebagai tanda kemitraan dan kesatuan yang utuh dengan Gereja Allah sendiri di tataran teologis, agar bisa dirajut menjadi satu gerakan bersama pendampingan kaum muda di tataran praktis. Dan memang ini umumnya yang berkembang di lapangan : gerakan pendampingan yang dimotori awam tetapi tetap melibatkan para kaum tertahbis dalam kerangka pribadi maupun jabatan sebagai penggerak bahkan pelaku lapangannya.

Lapisan-lapisan gerakan


Gerakan pendampingan yang berkesinambungan akan dengan sendirinya menata dirinya menjadi sistem yang lebih teratur : mereka yang bergerak dalam penggalangan dana dan jaringan dukungan lainnya, mereka yang bergerak dalam penyusunan materi dan terlibat dalam pendampingan-pendampingan, serta mereka yang lebih muda yang terlibat langsung dalam jejaring dan massa. Semua ini membentuk satu pola sederhana dari banyak komunitas pendampingan kaum muda.

Membangun gerakan Pendampingan di tingkat lokal


Gerakan-gerakan kaderisasi semacam ini tidak harus berupa gerakan besar, ia dapat saja merupakan gerakan kecil para aktivis umat di stasi, di wilayah, atau di paroki. Bagaimana membangun lingkaran-lingkaran pendukung kaderisasi ini di tingkat lokal ? Pertama-tama tentu saja harus ada sekelompok orang yang memiliki keprihatinan sama atas situasi orang muda di daerah tertentu. Mereka bertemu dalam diskusi dan perbincangan santai di berbagai kesempatan yang akhirnya sampai pada satu kesimpulan : mereka harus ambil bagian dalam dinamika kaderisasi Katolik muda setempat. Kesadaran ini kemudian mengarahkan para pemerhati masuk lebih jauh ke dalam pertanyaan lebih mendalam tentang orang muda dan tantangannya, dan perlahan menarik mereka ke aksi-aksi riil untuk lebih mendorong dinamika orang muda di daerah masing-masing.

Komunitas pendampingan, komunitas para sahabat


Akhirnya, komunitas pendampingan haruslah menjelma menjadi komunitas para sahabat. Mereka barangkali telah menapak satu dua langkah lebih dahulu dari orang orang muda, tetapi tak ingin meninggalkan sahabat-sahabat muda mereka. Mereka telah berjalan terlebih dahulu, tetapi tidak serta merta ingin memaksakan jalan mereka sendiri kepada sahabat-sahabat muda mereka. Mereka adalah sekelompok sahabat, yang rindu berbagi tualang kehidupan bersama sobat-sobat muda mereka. Mereka menopang langkah, meneguhkan harapan-harapan, dan menjadi ruang berbagi lelah dan gelisah. Menjadi sahabat orang-orang muda, menjadi sahabat bagi ujung terdepan dari Gereja kita tercinta !

Yogya, 2011

oleh Lilik Krismantoro

__________________
ﷲ ☯ ✡ ☨ ✞ ✝ ☮ ☥ ☦ ☧ ☩ ☪ ☫ ☬ ☭ ✌

Reply With Quote
Reply


Posting Rules
You may not post new threads
You may not post replies
You may not post attachments
You may not edit your posts

BB code is On
Smilies are On
[IMG] code is On
HTML code is Off


 


All times are GMT +7. The time now is 06:22 PM.


no new posts