SURABAYA- Maraknya kasus pemerkosaan dan kekerasan terhadap tenaga kerja wanita (TKW) di Hong Kong membuat lembaga non-pemerintah memberikan solusi singkat. Mereka mengirimkan dua orang pesilat untuk melatih sejumlah TKW di negara tersebut ilmu bela diri.
"Dua pesilat itu sedianya akan melatih para TKW teknik bela diri singkat. Tentunya itu adalah solusi singkat untuk menanggulangi kekerasa kepada TKW," kata Ali Yasin, Manajer Program Migrant Institute, ketika berbincang-bincang dengan Okezone di kantornya, Jalan Ngagel Jaya Selatan, Surabaya (7/7/2011).
Dua pendekar itu, lanjut Yasin, adalah pesilat tangguh dari aliran silat Jampang Betawi. Pelatihan tersebut, akan diberikan pada hari Minggu. Pada hari itu, seluruh TKW yang ada di Hong Kong diberikan waktu libur.
Saat itu, para TKW bebas berorganisasi dan berkumpul. Kesempatan itulah yang digunakan untuk berlatih teknik bela diri singkat ini.
Solusi ini, lanjutnya, adalah tindakkan yang konkret untuk perlindungan para buruh migran ini. Sebab selama ini perlindungan pemerintah kepada buruh migran sangat minim.
Sementara itu, pengiriman 2 pesilat ini adalah kerja sama dengan lembaga sosial yang konsen terhadap nasib buruh migran.
"Kebetulan Migrant Institute memiliki dua shelter penampungan TKW yang bermasalah. Yakni Shelter Iqro di Hongkong dan Shelter Matim di Macau," jelasnya.
Menurut Yasin, dua pendekar itu dikirim ke Hongkong pada 2 Juli lalu.
Mereka langsung bekerja memberikan pelatihan kepada para TKW. "Meski hal itu bukan solusi utama, minimal menjadi perlindungan bagi para buruh migrant wanita," harapnya.

