Ceriwis  

Go Back   Ceriwis > DISKUSI > Health

Health Mencegah lebih baik dari mengobati. Cari tahu dan tanya jawab tentang kesehatan, medis, dan info dokter disini

Reply
 
Thread Tools
  #1  
Old 18th September 2010
GadoGado's Avatar
GadoGado GadoGado is offline
Ceriwis Geek
 
Join Date: Sep 2010
Posts: 13,165
Rep Power: 32
GadoGado memiliki kawan yg banyakGadoGado memiliki kawan yg banyakGadoGado memiliki kawan yg banyak
Default Berobat dengan Rasa Wisata

Berobat dengan Rasa Wisata



Setelah mal-mal di Orchard Road, Singapura, kehilangan pamor karena munculnya pusat-pusat perbelanjaan serupa di negara sekitarnya, beberapa waktu belakangan Singapura meningkatkan promosi layanan kesehatannya.

Singapura menawarkan pelayanan kesehatan yang lengkap dan unggul, dengan jumlah tenaga kesehatan�dokter maupun paramedis�kompeten yang sangat banyak, serta fasilitas diagnostik dan perawatan terbaru. Dengan modal itu, diharapkan pasien berdatangan dari negara-negara di wilayah Asia Pasifik. Satu lagi kelebihan Singapura, yaitu menawarkan biaya yang lebih murah atau setidaknya sama dengan biaya perawatan di negara asal pasien namun dengan pelayanan yang lebih profesional.

Bisa jadi promosi itu tidak salah. Terbukti setiap tahun tak kurang dari 200.000 orang dari pelbagai negara datang untuk berobat. Tahun 2005, menurut Manajer SingaporeMedicine Singapore Tourism Board Tan Wei Wei, ada 374.000 orang dari luar negara ini berobat ke Singapura. Mereka berasal dari Pakistan, Banglades, India, Filipina, AS, negara-negara Timur Tengah, dan jumlah terbanyak datang dari Indonesia.

Potensi itu disikapi dengan cerdas oleh Pemerintah Singapura. Pengembangan rumah sakit milik pemerintah maupun swasta, peningkatan manajemen rumah sakit, kapasitas para dokter dan tenaga kesehatan pendukung, investasi peralatan kedokteran terbaru, dan pendirian pusat penelitian biomedik Biopolis, tentu sangat berlebih jika hanya melayani kebutuhan penduduk Singapura (total populasi penduduk negara pulau itu 4,351 juta jiwa). Karena itu, Pemerintah Singapura berupaya menarik minat penduduk negara lain untuk datang lewat apa yang mereka sebut wisata medis.

Orang yang datang berobat akan dilayani seperti wisatawan. Calon pasien bisa melakukan reservasi dari negaranya lewat pusat layanan medis internasional di setiap rumah sakit. Calon pasien bisa berkonsultasi mengenai keluhannya sehingga akan mendapat saran klinik spesialis yang seyogianya didatangi, lengkap dengan perkiraan biaya yang harus dibayar sebelum berangkat.

Pada saat kedatangan, pasien akan dijemput di bandar udara atau pelabuhan kedatangan. Diperlakukan dengan keramahan yang profesional, pemberian informasi yang jelas, sehingga pasien merasa aman, nyaman, dan mendapat kepastian.

Fasilitas rumah sakit pemerintah maupun swasta nyaris tidak berbeda. Ruangan sangat bersih, desain minimalis modern dengan warna lembut maupun cerah. Di lantai dasar berjejer toko pakaian, mainan, peralatan kecantikan, serta kedai makanan dan minuman. Nuansanya sangat wisata.

Rumah sakit pemerintah digabung dalam dua kelompok jaringan pemberi pelayanan kesehatan, yaitu Singapore Health Services (SingHealth) dan National Healthcare Group (NHG) agar mereka bersaing. Ada delapan rumah sakit di bawah SingHealth, antara lain Singapore General Hospital, KK Women�s and Children�s Hospital, Changi General Hospital, dan National Cancer Centre Singapore. Adapun National University Hospital, Tan Tock Seng Hospital, dan Alexandra Hospital tergabung dalam NHG bersama institusi lain.

Komunikasi

Mungkin kemampuan para dokter di negara lain termasuk Indonesia sama baiknya. Namun, dalam berkomunikasi dengan pasien, dokter Singapura lebih baik.

Seperti penuturan Nita yang mengantar pamannya berobat mata. "Waktu berobat di sebuah institusi terkenal di Jakarta, paman saya merasa dokter bersikap arogan dan tidak menerangkan dengan jelas hal-hal yang terkait dengan gangguan matanya. Saat di Singapura, dokter bersikap ramah dan egaliter, menjelaskan secara detail gangguan mata dengan bahasa awam sehingga pasien bisa memahami dan menerima kondisi kesehatannya," katanya.

Dokter di Singapura juga lebih mudah dihubungi pasien. Mereka mencantumkan nomor telepon seluler atau setidaknya nomor pusat informasi yang bisa menghubungkan pasien dengan dokter pada kartu namanya.

Peralatan yang baru dan lebih canggih memungkinkan dokter melakukan diagnosis lebih akurat. Hal itu yang mendorong orangtua dari Adrian (6) yang dijumpai Kompas di KK (Kandang Kerbau) Women�s and Children�s Hospital. Mereka telah membawa Adrian ke tiga dokter di Indonesia, tapi mendapat diagnosis yang berbeda.

Akhirnya mereka ke Singapura untuk memastikan gangguan pernapasan yang diderita Adrian. Demikian juga Jenny (46) yang ditemui di KK Breast Centre. Ia merasa lebih sreg periksa di tempat itu karena merasa lebih pasti, baik diagnosis maupun biayanya. "Biayanya sama saja," katanya.

Dokter ahli bedah Esther Chuwa menyatakan, KK Breast Centre dilengkapi dengan mamografi digital dengan radiografi komputer serta magnetic resonance imaging (MRI) yang memungkinkan deteksi benjolan pada payudara dengan lebih akurat. Selain itu, ada fasilitas biopsi payudara dengan luka minimal menggunakan jarum BARD core yang dipandu alat ultrasound atau menggunakan mammotome dipandu alat ultrasound. "Cara ini memungkinkan diagnosis jaringan lebih akurat dibanding analisis sel pada biopsi konvensional," ujar Chuwa.

Tempat itu juga memberikan pelayanan kemoterapi, radioterapi, serta bedah kanker dengan konservasi payudara, rekonstruksi maupun mastektomi sekaligus pemasangan prostesis.

Kemampuan tim kesehatan dan peralatan rumah sakit hampir merata. Rumah sakit di bawah SingHealth, NHG, maupun Parkway Hospitals Singapore Pte Ltd yang swasta, mampu melakukan transplantasi sumsum tulang maupun sel induk dalam pengobatan kanker serta penyakit lain.

Mount Elizabeth Hospital di bawah Parkway Group memiliki alat PET/CT dan tomoterapi. Alat tomoterapi, menurut dokter konsultan radiologi onkologi Lee Kim Shang, memungkinkan pemeriksaan, perencanaan, dan pemberian radioterapi lebih terfokus, paparan lebih rendah pada jaringan sekitar tumor sehingga efek samping lebih kecil.

Potensi Singapura dalam wisata medis mendorong Johns Hopkins Hospital dan The West Clinic dari AS membuka pusat kanker di negara itu, yaitu Johns Hopkins Singapore International Medical Centre yang terletak di Tan Tock Seng Hospital dan The West Clinic Excellence Cancer Center yang terletak di Camden Medical Centre di One Orchard Boulevard.

Mereka memberikan pelayanan dengan teknologi terbaru, ruang perawatan yang nyaman, dan sikap tenaga kesehatannya yang menghormati privasi dan martabat pasien.

Sikap atas pasien

Jika rumah sakit di Indonesia tidak segera berbenah, terutama dalam sikap terhadap pasien, bukan tak mungkin para pasien Indonesia dengan segala daya makin banyak berdatangan ke negara tetangga itu.

Sekalipun pelayanan kesehatan oleh rumah sakit-rumah sakit di Singapura cukup kompetitif, dan bila ditilik dari beberapa aspeknya cukup "menggiurkan", namun sejumlah pengalaman warga kita yang pernah berobat di Singapura di bawah ini mungkin bisa menjadi pertimbangan plus-minus bila kita hendak berobat di Singapura.

Tony (55), seorang karyawan swasta di kawasan Senayan, Jakarta, sempat memeriksakan gangguan jantungnya pada pertengahan 2006 lalu di Raffles Hospital Singapura. Untuk konsultasi ia harus membayar 80 dollar Singapura (Rp 480.000).

Sebagai perbandingan, pemeriksaan di Indonesia yang ditangani oleh seorang dokter spesialis jantung sekitar Rp 300.000-Rp 400.000. "Memang lebih sedikit mahal di Singapura, tapi saya puas karena saya bisa berhubungan dengan dokter lewat e-mail atau SMS untuk menanyakan perkembangan kondisi jantung dan keluhan-keluhan saya," tutur Tony yang saat itu transit di Singapura dalam perjalanan ke Kazakstan.

Lain lagi dengan pengalaman Ny Warda (42), warga Jakarta, yang menderita kanker rahim stadium lanjut. Untuk konsultasi dan pemeriksaan yang dilakukan di Mount Elizabeth Hospital, ia harus membayar 700 dollar Singapura (setara dengan Rp 4,2 juta), sedangkan di Indonesia ia hanya mengeluarkan Rp 400.000-Rp 500.000.

"Kelebihan pelayanan kesehatan di Singapura adalah dokter maupun paramedisnya sangat profesional dan peralatannya sangat modern," tutur Warda.

Namun, Warda akhirnya memutuskan menjalani operasi pengangkatan rahim dan seluruh organ reproduksinya di Indonesia karena pertimbangan biaya yang separuh dari biaya pengobatan di Singapura.

Reply With Quote
Reply


Posting Rules
You may not post new threads
You may not post replies
You may not post attachments
You may not edit your posts

BB code is On
Smilies are On
[IMG] code is On
HTML code is Off


 


All times are GMT +7. The time now is 06:48 AM.


no new posts