Sisi Lain dari Lagu Pak SBY: �Dari Jakarta ke Oslo untuk Bumi Kita�

[valsVIP]

Sisi Lain dari Lagu Pak SBY: �Dari Jakarta ke Oslo untuk Bumi Kita�

Pada peringatan Detik-detik Proklamasi di Istana Merdeka kemarin, Rabu (17/08/2011), salah satu lagu yang diperdengarkan usai upacara pengibaran bendera adalah lagu dengan judul �Dari Jakarta ke Oslo untuk Bumi Kita� ciptaan Pak SBY. Lagu ini cukup mendapat apresiasi dari sejumlah tokoh, misalnya mantan wakil presiden Jusuf Kalla (JK) dan putra Presiden Pertama Republik Indonesia Guruh Soekarno Putra. Menurut JK, lagi Pak SBY cukup enak didengar, sedangkan menurut Guru, lagu tersebut layak untuk diperdengarkan. Bagi Anda yang belum pernah mendengar atau membaca lirik lagu tersebut, berikut adalah link video dan liriknya.



Nun jauh di sana, di ujung dunia.
Aku datang, menjinjing harapan.
Bersama kawanku, umat hamba Tuhan.
Bersatu untuk kelestarian alam.

Bumi kita ini, taman kehidupan.
Hutan dan lautan, di relung langit biru.
Mari kita bersama, cegah kerusakan.
Bersatulah wahai bangsa dunia.

Reff:
Bersatu, bersatulah kawan.Bersatu dunia, untuk Bumi kita.
Lakukan, mari kita lakukan.
Bergandengan tangan, untuk menjaganya.
Tengadahkan tangan, mohon pada Tuhan.
Anak cucu kita, selamat semuanya.

Lagu yang bertemakan pelestarian lingkungan ini dicipatkan oleh SBY di sela-sela kunjungan kerjanya di Oslo, Norwegia untuk menghadiri konferensi Perubahan Iklim dan Hutan (Oslo Climate and Forest Conference/OCFC) pada Mei 2010 yang lalu. Konferensi ini membahas pengurangan emisi dari deforestasi dan degradasi hutan (Reduction Emmision from Deforestation and Gradation/REDD+). Saat berpidato di konferensi ini, SBY mendapat pujian dari Pangeran Charles sebagai pemimpin Asia yang peduli terhadap perubahan iklim.

Diperdaya asing
Dalam konferensi tersebut SBY dan Perdana Menteri Norwegia Jens Stoltenberg menyaksikan penandatanganan kerja sama pelestarian hutan dalam program REDD+ yang salah satu poinnya adalah adanya kewajiban bagi Indonesia untuk mengurangi emisi karbon dengan iming-iming hibah sebesar 1 miliar dollar AS jika berhasil.

Namun, sudah setahun lebih setelah perjanjian tersebut, Indonesia kenyataannya belum mendapat apa-apa. Sebaliknya, perjanjian tersebut justru menguntungkan Norwegia dan negara Eropa lainnya. Ketika Indonesia berusaha keras mengurangi emisi karbon, dengan menelantarkan lahan tidur yang jika didayagunakan dapat menyerap jutaan tenaga kerja, Norwegia dan negara maju lainnya malah dengan seenaknya memproduksi emisi karbon melalui industri mereka. Padahal, seharusnya merekalah yang terlebih dahulu mengurangi emisi karbon ketimbang negara-negara berkembang seperti Indonesia. Sungguh tidak adil.
Saat ini, Norwegia menggunakan energi batu baru sebesar 9 persen untuk pembangkit listriknya, sementara Indonesia hanya sebesra 1 persen. Padahal, pembangkit listrik dengan batu bara adalah salah satu peghasil emisi karbon terbesar.

Kenyataan ini, sebagaimana yang diungkapkan oleh Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Sofjan Wanandi merupakan bukti kalua Indonesia masih saja diperdaya oleh asing dalam bidang ekonomi, meskipun telah merdeka selama 66 tahun

Tidak ada yang salah memang dengan lagu SBY yang cukup layak dan enak didengar itu. Tetapi perjanjian Oslo yang menjadi spirit diciptakannya lagu tersebut tentu bermasalah. Karena, dalam kenyataannya hanya menguntungkan Norwegia dan negara-negara maju lainnya.
Mudah-mudahan, duta besar Norwegia dan negara eropa lainnya tidak tertawa ketika mendengarkan lagu tersebut didendangkan di Istana Merdeka pada upacara hari kemerdekaan kemarin.

Sumber: antara dan kompas.com

Terkait:

• ( pict )jangan melihat dari sisi BB++ tpi lihatlah dari sisi seni dan kerumitannya.
• Sisi lain dari Malaysia yang tidak banyak kita dengar dan ditutupi dari pemberitaaan