FAQ |
Calendar |
![]() |
#1
|
||||
|
||||
![]()
sumber: http://okanila.brinkster.net/...ID=1449
Oleh I Ketut Wiana Toga angganustanada sudhi-Ksaye jnyanadipitraviveka. (Yoga Sutra Patanjali) Maksudnya: Dengan melaksanakan berbagai-bagai bagian ajaran yoga, maka kekotoran diri akan hilang dan kesadaran batin akan bersinar cemerlang untuk berviveka. TOGA adalah salah satu dari enam pandangan filsafat berdasarkan Weda. Enam pandangan filsafat berdasarkan Weda itu disebut sad darsana. Isi ajaran yoga itu tentang pengendalian diri secara fisik dan mental untuk mencapai jalan Tuhan. Darsana yang lainnya adalah nyaya darsana isinya filsafat logika, pembangunnya Resi Gotama. Waisesika darsana isinya pengetahuan untuk menuntun manusia memahami realisasi sang diri, pembangunnya Resi Kanada. Samkhya darsana isinya tentang proses perkembangan kejadian alam semesta, dibangun oleh Resi Kapila. Mimamsa darsana disebut pula purwa mimamsa, isinya pembahasan tentang bagian-bagian awal dari ajaran Weda Sruti, pembangunna Resi Jaimini. Wedanta darsana disebut juga uttara mimamsa wedanta, isinya hubungan antara Tuhan dengan dunia, antara atman dengan paramatma. Yoga darsana itu adalah bagian yang tidak terpisahkan dengan sad darsana, enam pandangan filsafat tentang Weda. Karena itu, kelirulah kalau ajaran yoga itu dilepaskan begitu saja dari Weda -- kitab suci agama Hindu. Ada sementara pihak yang ingin melepaskan ajaran yoga ini dengan sumbernya yaitu Weda Sruti Sabda Tuhan itu demi mengikuti suara pasar semata. Rumusan Ajaran Pembangun ajaran yoga darsana adalah Resi Patanjali. Artinya, Resi Patanjali menggali ajaran yoga ini dari Weda Sruti itu. Nama karya Resi Patanjali ini adalah yoga sutra. Pustaka ini merumuskan ajaran yoga dalam adyaya I.1 sbb.: Yogascitta vrtti nirodhah artinya yoga adalah pengendalian gelombang-gelombang pikiran dalam alam pikiran. Pustaka Yoga Sutra ini dibagi menjadi empat adyaya (bab) terdiri dari 194 sutra (syair suci). Adyaya pertama mengajarkan teori yoga, kedua mengajarkan tentang praktik yoga, ketiga mengajarkan tentang cara mencapai tujuan yoga, dan keempat mengajarkan tentang kelepasan atman dan menyatu dengan brahman. Ini artinya, untuk mencapai pengendalian gelombang-gelombang pikiran dalam alam pikiran, seyogianya menempuh empat adyaya dari ajaran yoga sutra tersebut. Untuk mewujudkan ajaran yoga itu, Pustaka Yoga Sutra II.29 menyatakan ada delapan tahapan untuk mencapainya. Delapan tahapan itu disebut astangga yoga yaitu yama, niyama, asana, pranayama, pratyahara, dharana, dhyana dan samadhi. Mendalami yoga semestinya melalui enam tahapan itu secara seimbang. Dalam kehidupan empiris, masih banyak yoga itu dipahami seagai kegiatan asana dan pranayama saja, melatih sikap fisik dan pernafasan saja. Hal inilah yang paling populer disebut yoga. Ada yang menanggapi yoga itu adalah tidak beda dengan olah raga biasa. Padahal olah raga dan yoga asana amat beda. Olah raga mengenal gerakan fisik dengan sentakan, sedangkan dalam yoga asana tidak mengenal adanya gerakan fisik dengan sentakan. Yoga asana itu dengan gerakan yang halus lembut alami menurut irama tubuh dan mental. Yama dan niyama sebagai tuntunan etika moral kurang dieksistensikan sebagai ajaran yoga. Misalnya ajaran yama terdiri dari lima tuntunan moral etik yaitu ahimsa artinya tanpa kekerasan. Satya, konsisten berpegang pada kebenaran dan kejujuran. Asteya, tidak mencuri seperti korupsi. Brahmacari, mengendalikan nafsu seks dan aparigraha yaitu tidak loba atau rakus. Semuanya itu adalah tergolong ajaran yoga. Demikian juga ajaran niyama yang meliputi sauca hidup bersih dan suci lahir batin. Santosa, membina hidup tenang dan damai. Tapa, melatih agar kuat menahan gejolak nafsu. Swadyaya mengembangkan minat belajar sendiri. Iswarapranidhana, selalu membina diri untuk senantiasa berbakti pada Tuhan. Tuntunan-tuntunan etika moral itu jarang diperkenalkan sebagai ajaran yoga. Pun melatih pikiran untuk lepas dari ikatan objek-objeknya. Hal ini tergolong tahapan yoga yang kelima yang disebut pratyahara. Melatih untuk terus menerus mengheningkan pikiran disebut Dharana. Selanjutnya latihan konsentrasi pada kesucian Tuhan yang disebut dhyana. Dalam Sarasamuscaya dinyatakan, "Dhyana ngarania Siwasmaranam" yang berarti "Dhyana adalah selalu mengingat-ingat nama Tuhan". Ini artinya mengkidungkan nama-nama suci Tuhan sebagai wujud bhakti pada Tuhan juga termasuk yoga. Beragam Pandangan Karena kurang seimbangnya pemahaman berbagai pihak terutama umat Hindu tentang yoga, maka muncullah beragam pandangan. Pandangan yang ingin mendorong agar yoga dilepaskan dari sumbernya yaitu Weda juga cukup berkembang. Pandangan itu muncul karena substansi ajaran yoga itu universal. Artinya, yoga itu tidak ada hubungannya dengan Weda. Hal inilah yang dapat menimbulkan citra pro dan kontra di kalangan umat Hindu. Bahkan, setiap ajaran Hindu yang universal mau disapih dari sumbernya, Weda. Kalau setiap yang universal dari Hindu itu disapih dari Weda, maka proses selanjutnya bisa saja menimbulkan kesan bahwa agama Hindu itu bukan agama universal. Padahal agama Hindu itu adalah agama yang universal. Agama Hindu bisa dianut oleh siapa saja di seluruh jagat ini, yang utama mereka yakin pada Weda sabda suci Tuhan sebagai pegangan hidupnya. Manawa Dharmasastra menyatakan, Weda tidak boleh diajarkan pada mereka yang tidak percaya. Karena itu ada baiknya diupayakan agar jangan citra yoga tercoreng, informasikanlah Yoga dengan benar dan jujur. Jangan mengikuti selera pasar -- yoga disapih dari sumbernya yaitu Weda. Agar semua orang mau berlatih yoga di tempat kita, maka Yoga kita katakan tidak ada hubungannya dengan Weda. Source : balipost |
![]() |
|
|