FAQ |
Calendar |
![]() |
|
Gossip & Gallery Gossip, artist, images of unique and interesting all here. |
![]() |
|
Thread Tools |
#1
|
||||
|
||||
![]()
Quote: salam ceriwiser. kali ini kita akan coba jalan2 ke luar pulau, ke hutan. kita akan menengok saudara2 kita di kepulauan mentawai, sumatera. mereka anak2 yang hebat gan, patut diacungi jempol. kenapa? kita simak yuk... Quote: Intro : Mereka tidak berseragam. Jangankan sepatu, sandalpun dilepas karena harus melalui jalan becek dan berlumpur. Tidak ada kursi atau meja, . bahkan kelas pun tidak ada, hanya lantai beranda yang sekaligus kandang babi suku Sangong. Muridnya hanya berjumlah 19 orang. mereka bukan anggota Laskar Pelangi yang siap melewati hadangan sang buaya. Tapi, mereka harus menghadapi hutan lebat dan bukit-bukit terjal untuk mendapatkan ilmu pengetahuan. Mereka adalah anak-anak Sekolah Hutan Sangong. Quote: poto: Spoiler for : Spoiler for : ![]() Spoiler for : ![]() Spoiler for : ![]() Spoiler for : ![]() Spoiler for : ![]() Spoiler for : ![]() Spoiler for : ![]() Spoiler for : ![]() Spoiler for : ![]() Spoiler for : ![]() Quote: Mereka tinggal diperkampungan pinggir hutan di wilayah adat suku Sangong, di Mongan Simasapsap-Silaoinan Hulu, Kec. Siberut Selatan, Kep. Mentawai. Sampai 2008, di hulu Bat Silaoinan (DAS Silaoinan) belum ada Sekolah. Anak usia SMP tidak bisa baca tulis. Beberapa remaja masih buta huruf. Sampai apda akhirnya, para orang tua Di Silaoinan Hulu dan LSM lokal (YCM Mentawai) mendirikan kelompok belajar untuk anak-anak mereka. Kegiatan belajar di laksanakan di Uma (rumah adat) yang menjadi tempat tinggal Aman Saba. Disini selain belajar baca-tulis-hitung, anak-anak juga belajar tanaman obat dan beragai ketrampilan yang biasa dipakai orang tua mereka. Mereka menamakan kelompok belajar ini Sekolah Hutan Sangong. Pengajar Sekolah Hutan adalah relawan dari YCM Mentawai, dibantu beberapa orang tua dan relawan dari luar negeri. Mereka belajar di lantai kandang babi Sangong atas izin kepala suku Aman Sabaogok, tanpa fasilitas apapun. Tak ada kursi, tak ada meja, tak ada seragam. �Akan tetapi, sistemnya modern seperti sekolah-sekolah di Amerika: tak perlu seragam, tak harus duduk berpangku tangan di meja, bahkan tak perlu alas kaki, boleh bertanya dan bicara kapan saja, dan yang membuat murid semakin senang adalah mereka boleh belepotan lumpur ala gulat lumpur yang di jepang dan amerika sangat mahal harganya,� celetuk seroang relawan. Bedanya di Sangong, aroma ruang belajar didominasi bau kandang babi dan sagu makanannya yang rada masam. Akan tetapi, semangat anak2 Hutan Sangong ini jauh melebihi semangat para pelajar kota. Bayangkan saja, disaat kota2 besar didukung oleh sarana transportasi yang memudahkan anak2 untuk bersekolah, masih banyak dari mereka (anak sekolah) yang sering magkir alias bolos. Di sana, tidak ada kata bolos, mereka rela menempuh perjalanan 2-3 jam untuk menuju �sekolah� mereka. Kalaupun mereka tidak datang, itu karena alsan2 yang memang tidak bisa dihindari seperti longsor, banjir atau membantu orangtuanya berdagang ke luar pulau/kota. Quote: gimana gan, kita2 ajah yang hidup di kota dengan fasilitas mulai dari transportasi, gedung, hape hingga komputer dan internet, masih ajah mangkir/bolos ke sekolah. mereka yang serba kurang dan tidak punya mau berjuang demi mendapatkan ilmu. semoga ini semua menjadi pembelajaran untuk kita semua Quote: sumber : fotokita.net padangmedia.com Terkait:
|
![]() |
|
|