FAQ |
Calendar |
![]() |
|
Lounge Berita atau artikel yang unik, aneh, dan menambah wawasan semuanya ada disini dan bisa dishare disini. |
![]() |
|
Thread Tools |
#1
|
||||
|
||||
![]()
Kisah Para Runner Up
Ara Wiraswara - Bogor Cerita ini saya awali dari kompetisi bernyanyi dengan label idol. Kompetisi ini telah menjadi salah satu waralaba terlaris di dunia. Amerika Serikat, India, Finlandia, bahkan Irak telah mempunyai acara serupa ini. Dan Indonesia pun tercatat sebagai salah satu negara yang juga turut mengadopsi konsep ini dari Fremantle Media. Selain kisah suksesnya yang mengglobal, ada satu cerita menarik dari kompetisi bernyanyi yang berawal dari Inggris ini. Cerita menarik itu adalah soal posisi nomor dua. Posisi nomor dua alias runner up di kompetisi ini tak lagi dipandang sebagai sebuah kegagalan. Bahkan boleh jadi, beberapa peserta yang berniat untuk mengikuti kompetisi ini mungkin sempat berikrar dalam hati mereka masing-masing agar Tuhan memberikan posisi runner up kepada mereka. Istilahnya, menjadi runner up itu lebih baik daripada menjadi nomor satu. Itu terjadi karena dalam beberapa kali penyelenggaraan kompetisi ini di beberapa negara, sang runner up justru lebih memiliki karier mengkilap dibandingkan sang juara. Sebagai contoh Gareth Gates. Penyanyi pop ini adalah runner up Pop Idol, nama asli kompetisi Idol di Inggris. Pada saat grand final, Garet kalah dengan cukup meyakinkan dari saingannya, Will Young yang lebih memiliki tipe suara jazz. Tetapi, beberapa bulan kemudian Gareth Gates, saat single mereka berdua keluar di pasar, semua berbalik. Will hanya beberapa saat menikmati momen sebagai juara pertama. Karena Garet dengan singlenya "Anyone Of Us" merajai tangga-tangga lagu di Inggris. Jauh meninggalkan single milik Will. ![]() ![]() Cerita yang kurang lebih sama terjadi di American Idol saat memasuki musim ke dua. Clay Aiken yang dikalahkan Rubben Studdard di malam final, jusru mampu menempatkan singlenya di posisi yang lebih baik di tangga lagu Billboard ketimbang sang juara. Pun dengan penjualan album Clay yang selalu lebih baik dari Rubben Studdard. Cerita berlanjut pada seorang Katharine Mcphee. Ia berhasil menjungkirbalikan posisi pertama dan runner up ketika menempatkan single perdananya pada posisi yang jauh lebih baik di tangga lagu Billboard dibandingkan single sang juara, Taylor Hicks. Bahkan kemudian, Mcphee telah pula memikat beberapa produser Hollywood yang berniat mempercayakan peran-peran penting kepadanya. Hal yang kurang lebih sama tengah pula dirasakan David Archulleta, runner up American Idol musim 2008. David mungkin berbangga karena single �Crush� memperoleh posisi lebih baik daripada single sang juara, David Cook, yang berjudul �Time of My Life� di tangga lagu Billboard. Di Indonesia Idol, kisah ini telah diawali dari musim pertama. Joy Tobing, sang pemenang musim pertama, harus mengakui popularitas dirinya berada di bawah bayang-bayang Delon, sang runner up. Album yang terjual lebih banyak, iklan-iklan yang lebih banyak dibintangi atau kesempatan membintangi layar lebar dan layar kaca adalah indikator yang cukup untuk mengatakan karir Delon lebih cemerlang dibandingkan Joy, sejak Indonesia Idol pertama berakhir. Di musim ke dua, cerita itu tak seekstrim musim pertama. Mike Mohede, sang pemenang, masih mampu mengimbangi Judika, runner up musim ke dua. Tetapi harus diakui perjualan album Judika dan konsistensi karirnya lebih baik daripada Mike. Dirly, runner up musim ke tiga, kembali merajut cerita yang sama. Karir Dirly melesat tajam meninggalkan sang juara, Ihsan. Pemain sinetron, bintang iklan, dan penyanyi, adalah predikat yang sekarang berada di tangan Dirly. Albumnya yang terlambat keluar pun penjualannya lebih baik dibandingkan album Ihsan. Dan rasanya, Gissel, runner up Indonesian Idol musim 2008, akan melaju dengan cerita yang sama. Sekarang, cerita saya lanjutkan dengan pemilihan kepala daerah atau pemilihan presiden di Indonesia. Satu yang pastinya, setiap orang yang akan mengikuti pesta demokrasi tak pernah ingin merasakan posisi runner up seperti halnya peserta Idol. Semuanya jelas ingin menjadi nomor satu. Tak heran, segala usaha dikerahkan semua kandidat untuk menjadi yang nomor satu. Bukan untuk nomor dua. Tetapi, ada yang cukup menarik dengan posisi nomor dua pada saat sebuah pemilihan kepala daerah atau pemilihan presiden terjadi dalam dua putaran. Kisah runner up dalam sebuah pesta demokrasi tak seberuntung kisah para runner up kompetisi Idol. Karena biasanya, sang runner up hanya akan menjadi bayang-bayang sang pemenang di putaran ke dua. Posisi nomor dua itu pun tak mengalami perubahan alias tetap berada pada posisi yang sama dengan putaran pertama, saat hasil putaran ke dua diketahui. Setidaknya itu yang saya amati dari pemilihan presiden Indonesia 2004, pemilu gubernur dan wakil gubernur Kalimantan Timur, pemilu gubernur dan wakil gubernur Jawa Timur, dan pemilu Bupati Bogor. Kita awali dengan hasil pemilihan presiden yang kali pertama dilaksanakan di Indonesia pada tahun 2004. Pada putaran pertama yang dikuti oleh lima pasang calon, pasangan SBY-JK dan Mega-Hasyim berhasil masuk putaran ke dua. Karena pada saat itu tidak ada pasangan yang mampu meraih suara lebih dari 50 persen. Pasangan SBY-JK hanya meraih 39.838.184 suara atau sekitar 33,57 persen. Sedangkan Mega-Hasyim memperoleh 31.569.104 suara atau sekitar 26,61 persen. Hasil pada Pemilihan Presiden putaran kedua menunjukkan cerita yang sama dengan putaran pertama. SBY-JK tetap unggul dibandingkan Mega-Hasyim. Bahkan dengan keunggulan yang lebih mutlak. SBY-JK meraih 69.266.350 suara atau 60,62 persen dan Mega-Hasyim dengan 44.990.704 suara atau 39,38 persen. ![]() ![]() Kemudian, Pemilu Gubernur dan Wakil Gubernur Kalimantan Timur mengulang cerita yang sama. Pasangan Achmad Amins dan Hadi Mulyadi yang pada putaran pertama ada di posisi dua, tetap berada di posisi yang sama di putaran kedua. Dan pasangan pesaingnya, Awang Faroek dan Farid Wadjdy, yang meraih suara terbanyak pada putaran pertama dan kedua ini pun terpilih menjadi Gubernur dan Wakil Gubernur Kalimantan Timur. Tak berbeda dengan hasil putaran ke dua Pemilu Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Timur. Pasangan Khofifah-Mudjiono (KaJi) yang pada putaran pertama berada di posisi ke dua juga berada pada posisi yang sama pada putaran ke dua. Meskipun untuk hasil putaran ke dua ini hasil akhirnya masih menunggu proses lanjutan karena ada putusan Mahkamah Konstitusi terkait pemungutan suara ulang di dua kabupaten yaitu Kabupaten Bangkalan dan Kabuparen Sampang, serta perhitungan suara ulang di Kabupaten Pamekasan. ![]() Artis gaek Ebbiet G Ade, melantunkan lagunya ketika meramaikan acara deklarasi pasangan Khofifah-Mujiono sebagai calon gubernur dan wakil gubernur Jatim di Gedung Expo Surabaya, Jawa Timur, Selasa (22/4). Cerita yang sama terjadi di Pemilu Bupati Bogor. Pasangan Nungki sareng Endang Kosasih (NuSae) yang berada di peringkat ke dua pada putaran pertama tak mampu mengimbangi popularitas Rahmat Yasin-Karyawan Faturahman (RY) pada putaran ke dua. Alhasil, NuSae tetap berada di posisi kedua pada putaran ke dua. Hasil yang sama yang diraih pada putaran pertama. Jadi, memang lebih enak dan lebih mujur ketika menjadi runner up sebuah kompetisi idol daripada runner up sebuah pemilihan kepala daerah atau presiden. Dan mungkin, putaran ke dua sebuah pemilihan kepala daerah tak perlu dilakukan karena toh hasilnya hampir selalu sama dengan putaran pertama. Siapa tahu bisa menghemat anggaran dan mengalihkan anggaran tersebut untuk kebutuhan lain seperti pendidikan atau kesehatan murah. Tetapi, usul yang terakhir ini, seperti judul lagu milik Potret terbaru, Mungkin. ARW |
#2
|
||||
|
||||
![]() ![]() tetap lebih asik jadi nomer 1st, namanya juga kompetisi ![]() Posted via Mobile Device |
#3
|
|||
|
|||
![]()
makasih infonya...
![]() :bravo: |
![]() |
|
|